ELEVEN

3.9K 338 41
                                    

"Nara?"

Daniel hampir tidak bisa menyembunyikan kekagetannya. Hatinya mencelos ketika melihat Luna berlari dengan riang ke arah sekretaris bosnya tersebut. Di tengah-tengah rasa khawatir yang mulai memuncak, Daniel bisa merasakan genggaman tangan Eunwoo semakin kencang.

Nara mendekati Daniel dengan wajah yang tidak bisa ditebak. Wajahnya yang biasanya menampilkan senyum manis kepada Daniel berubah menjadi kaku. Daniel sendiri juga tidak bisa menahan diri ingin menuntut penjelasan dari Nara.

Nara mengelus surai Luna dengan sayang. Itu yang membuat Daniel merasakan ada sensasi menusuk di hatinya. Ia agak cemburu ketika Luna memberikan kasih sayang selain ke dirinya dan Eunwoo.

"Om, kurasa kau harus bicara berdua dengan Nara. Biar aku mengajak Luna jalan-jalan," saran Eunwoo. Daniel mengangguk paham.

Nara yang ikut mendengarnya langsung membisikkan sesuatu pada Luna yang dibalas dengan anggukan kecil Luna. Setelahnya, Eunwoo membawa Luna untuk jalan-jalan keluar dari apartemen Nara.

Saat ini, Nara dan Daniel saling beradu pandang. Daniel dengan tatapan menuntutnya dan Nara dengan tatapan 'mau apa kau?'.

"Kurasa aku tidak bisa membiarkan tamuku berdiri saja. Silakan duduk, Daniel," kata Nara yang duduk di sofa yang sebelumnya diduduki oleh Daniel.

Daniel duduk di samping Nara. Hanya memberikan jarak yang cukup di antara mereka. Daniel tidak ingin melihat kebohongan yang akan dilontarkan Nara kepadanya.

"Apa yang kau katakan pada Luna tadi?" selidik Daniel dengan nada berat.

Alih-alih menjawab pertanyaan Daniel, Nara malah mengibaskan rambut panjang salonnya dan menatap Daniel intens. Ditatap oleh wanita cantik seperti Nara juga bisa membuat Daniel gugup. Untung saja dia bisa mengendalikannya.

"Kira-kira apa yang sudah kukatakan?" tanya Nara dengan senyum seduktif.

Daniel meneguk salivanya kasar. Saat ini dia sedang berusaha keras agar tidak meledak di hadapan Nara. Ia berniat untuk menyelesaikan masalah ini pelan-pelan.

"Kenapa kau membawa Luna? Apa tujuanmu sebenarnya?" kali ini Daniel bertanya dengan tatapan menuntut.

Nara duduk mendekat ke arah Daniel. Sebenarnya ia sudah lama menaruh hati kepada manager bawahan bosnya itu. Tapi, setelah orang yang sudah lama dinantikan oleh Nara membalas perasaannya, perasaan Nara kepada Daniel lama-lama memudar. Tapi itu tidak menghilangkan fakta kalau Daniel masih menarik atensinya. Benar-benar beruntung sekali Eunwoo mendapatkan jackpot seperti Daniel ini.

"Sebelum aku menjelaskan segalanya, aku harap kau sudah bersiap-siap untuk memberikan hak asuh Luna kepadaku, Niel," kata Nara. "Tapi, tanpa itupun Luna tetap akan kembali kepadaku."

"Apa maksudmu?" Daniel nyaris naik pitam.

"Luna itu putriku," jawab Nara singkat. Ia masih menyunggingkan senyum bangga.

Daniel rasanya seperti disambar petir. Apa yang selama ini selalu dia kubur dalam-dalam sebagai mimpi buruknya malah terjadi. Dia takut kalau ada orang lain yang mengambil putrinya darinya. Baginya Luna sangat berharga. Dia yang membesarkan Luna dari masih bayi hingga sudah menjadi gadis kecil yang cerdas seperti sekarang. Tanpa sadar, Daniel memang mengakui kalau ia juga memerankan peran ibu bagi Luna. Tentu saja dia tidak terima jika begitu saja orang tua kandung Luna muncul begitu saja merebut kebahagiaannya.

"Kau bohong, Song Nara."

"Aku tidak bohong," tantang Nara. "Bisakah kau melihat kesamaan di antara aku dan Luna?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DADDY || Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang