Harapan dan Kepalsuan

872 97 28
                                    

Sejak awal Shingeki no Kyojin milik Hajime Isayama.
Ini hanya imajinasi yang tertuang dalam tulisan.
Typo, OOC, AU, bahasa jelek, salah penulisan dll.
Levi×Mikasa
Romance/Hurt/Comfort
Kritik dan Saran dibutuhkan

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suara ketukan pintu itu menyadarkan Mikasa, membangunkan wanita bersurai hitam dari sela-sela mimpi indahnya. Mengajak kedua kakinya untuk menuruni ranjang. Wajah sayu menatap jendela, kelamnya malam telah menaungi langit. Ada perasaan kebahagian dari dalam dirinya, menghilangkan kesayuan yang beberapa saat lalu menghiasi wajah orientalnya. Secara perlahan-lahan dia mulai menuruni ranjang dan berjalan ke arah sumber suara. Sebersit harapan dari hati bahwa suami tercinta akan pulang ke rumah untuk kali ini.

.

.

.

.

.

"Hari ini kau pulang"

Suara Mikasa terlalu ceria saat bertemu orang dibalik pintu tersebut. Lengkungan di bibir tak henti-hentinya mengekspresikan kebahagian. Ternyata ketukan pintu berasal dari suaminya, seorang yang selalu ia rindukan, berharap sang suami akan terus tinggal disampingnya.
Pikiran wanita berdarah oriental selalu tertuju pada sosok pria didepannya. Rambut hitam yang tertutup topi baret dan wajah tampan nan dingin. Tetapi mengandung banyak cinta di dalam hati, terutama untuknya. Mata obsidian memperhatikan tubuh kokoh sang suami. Lengkap dengan pakaian kebesaranya. Seragam kebesaranya sebagai seorang kapten sekaligus sebagai seorang prajurit sejati. Mikasa mengakui tidak ada pria di dunia ini yang bisa menggantikan posisi suaminya. Tetap saja, hati dan perasaanya akan tetuju pada suaminya ini.

"Emb, aku pulang"

Tangan kokoh itu mengusap rambut hitam Mikasa. Seperti biasa wanita itu selalu terlihat pucat. Tapi tidak mengurangi aura kecantikan yang dipancarkan dari dalam diri Mikasa. Ada sebersit senyuman di wajah pria tersebut, mata yang terlampau tajam terlihat begitu sedih dihadapanya.

Ada apa dengan suaminya? Pikir Mikasa. Sebuah pelukan hangat dari suaminya, memeluk tubuh Mikasa. Tak ada pelukan sehangat ini dan Mikasa menyukainya. Takdir memang tidak berpihak pada kedua manusia tersebut, mereka selalu terpisah dari jauhnya jarak dan perbedaan waktu. Tapi hati tetaplah hati, dan ketulusan dari keduanya yang selalu menjadikan mereka satu. Antara Mikasa yang senangtiasa menunggu dan seorang suami yang senangtiasa merindu.

"Masuklah" dengan perlahan-lahan Mikasa menarik tangan suaminya untuk masuk kedalam rumah.

Sebelum tangan kokoh tersebut kembali menariknya lagi. Kedua mata menatap wajah pucat sang istri kembali. Sebuah sentuhan halus menyentuh wajah elok itu . Diam, adalah hal yang dilakukan Mikasa saat ini, coba menikmati apa yang dilakukan sang suami pada dirinya. Sentuhan hangat ini adalah hal yang selalu ia nantikan. Oh ya berapa lama dia tidak merasakan sentuhan ini? Mikasa selalu bertanya dalam hati kenapa sentuhan suaminya akhir-akhir ini terasa begitu berbeda, seperti perasaan yang penuh dengan keputusasaan serta syarat akan kehilangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang