The Monologues Of Heartbeat

Dengarkan Aku, Agar Kau Tak Tersesat Diantara Jutaan Rasa

Dengarkan ceritaku. Ku mohon.
Jangan kau tutup lembaran ini.
Aku hanya ingin bercerita tentang sakit yang kurasai. Aku juga ingin bercerita tentang rindu yang menggebu. Agar kau tak tersesat diantara jutaan rasa yang kuberi segenap hati.

Coba kau ingat. Jangan berpura-pura lupa. Aku tahu kau bukan pelupa, kau hanya tak pernah peka.

Ingat, ketika kau beri aku peluang untuk mendapati hatimu dan segenap rasa yang kau miliki. Ku kira kau serius untuk itu. Nyatanya yang ku temui hanyalah harapan lengkap dengan kekecewaan. Pun aku memaafkan atas dasar rasaku yang dalam padamu.

Ingat, ketika kau beri titik ternyaman yang kunamai perhatian. Apa artinya bagimu?

Bagiku, itu adalah kekecewaan yang aku rasakan saat ini dan sampai aku mati.
Kau tawari aku kelapangan dadamu untuk menjadi temanku atas keluh ku saat itu.

Nyatanya tak pernah kutemui tulus dalam hatimu. Kau tawari aku segenap rasa yang kau punya. Nyatanya kau tak pernah memberi apa yang ku pinta. Itu cinta.

Ingat, kau rendahkan hatimu untuk menopang segala kesahku lengkap dengan wajah teduh yang selalu membuatku tenggelam dalam jutaan rasa. Nyatanya kau hanya lelaki biasa yang menuntutku untuk menderita.

Sudah.

Kini aku menanggung rindu. Rindu untuk kau lukai dengan senyum. Rindu untuk kau sakiti dalam tawa. Rindu untuk kau campakkan diam-diam. Rindu untuk kau buai dengan hinaan.

Kau tahu, itu rindu terberat yang pernah ku tanggung sepanjang sejarah. Dan rindu terpanjang sepanjang musim.

Dan masih banyak ingatan yang ku lupa.
Lebih banyak rasa yang tersimpan di dalamnya.

Aku pun tahu itu cinta. Tapi aku tak pernah menuntutmu untuk membalas. Karena aku tahu cinta tak butuh pembalasan. Dan kau pun tahu, aku hanya meminta pertanggungjawaban. Bukan sejenis pengharapan. Tapi pernikahan yang tentu saja tak akan pernah ku dapatkan.

Kuantar terimakasih atas cinta yang tak pernah terbalaskan, pun tanpa penjelasan.

Lampung, 21/04/2017