REPOST

626 53 1
                                    

Chapter 7: Sadness
Maaf sebelumnya karena FF ini harus naik rate jadi M karena kebutuhan seksual gue #nahloh? bhak! Bukan! Maksud gue kebutuhan cerita supaya lebih greget lagipula banyak kata-kata kasar kayaknya kurasa. Semoga gak ada yang keberatan.

SELAMAT MENIKMATI #makanan keles

::. HunHan .::

::

:

Nafas Luhan masih terengah-engah, jantungnya juga berdetak kencang sedang kedua matanya tak juga berkedip memandang Yoona yang tak sadarkan diri di depan sana. Perlahan Luhan menghampiri Yoona dengan cara merangkak, tangannya yang gemetar memeriksa urat nadi gadis itu di leher.

'Masih berdenyut.'

Seluruh sendi tubuh Luhan melemas, Yoona masih hidup. Gadis itu tidak mati.

Bunyi pintu yang dihempas kuat mengalihkan perhatian Luhan. Seorang laki-laki tinggi yang pernah Luhan liat berlari dengan raut wajah penuh khawatir diikuti beberapa tim medis di belakangnya. Laki-laki itu menyerbu Yoona yang terbujur lemas di lantai, merapalkan nama Yoona berkali-kali sebelum diambil alih oleh Dokter.

"Apa yang telah kau lakukan?" Suara laki-laki itu menggeram dengan nada marah yang kentara. Tatapan mata tajam yang mengarah padanya itu menggembalikan akal sehat Luhan. Dia Park Chanyeol, salah satu orang kepercayaan Sehun yang selalu tersenyum lebar dan ramah padanya.

"Apa yang kau lakukan padanya?!" Chanyeol bertanya dengan nada yang lebih tinggi. Luhan terkesiap dan mendadak merasa takut, Chanyeol yang biasanya terlihat konyol kini berubah mengerikan dengan aura membunuh disekelilingnya.

"A-aku," Luhan kehilangan suaranya. Tangan Chanyeol menarik kerah almameternya, membuat Luhan merasa tercekik.

"Lepaskan tanganmu atau kupatahkan sekarang juga!" Teriakan itu menggema di ruangan indoor kolam renang.

Luhan maupun Chanyeol lantas menoleh ke pintu masuk, mendapati Sehun yang tengah berlari ke arah mereka dengan wajah marah. Chanyeol mendengus sebelum melepaskan cengkramannya. Sehun menatap tajam dengan raut wajah tak suka akan sikap Chanyeol barusan tapi ia mengabaikannya. Perhatiannya sekarang tertuju pada Luhan yang masih syok dengan pandangan bingung.

Dengan lembut, Sehun merengkuh tubuh Luhan yang bergetar, membisikkan kalimat penenang ditelinga prianya itu agar merasa lebih baik. Sehun menangkup wajah luhan, ia bisa melihat luka lebam disudut bibir Luhan. Sehun menggeram, ia menahan diri supaya tidak memukul Chanyeol, dengan cepat Sehun menggendong Luhan lalu membawanya pergi dari sana.

Luhan yang merasa tubuhnya meringan, menyadarkan dirinya kembali. Pandangan matanya yang tak fokus, ia arahkan pada wajah Sehun yang teramat dekat dengannya.

"Kita ke rumah sakit." Ucap Sehun yang paham akan pandangan Luhan.

Luhan diam, enggan merespon. Ia hanya mengeratkan pegangannya pada leher Sehun. Sampai mereka di rumah sakit, Luhan tetap diam tanpa mengucapkan sepatah katapun sepanjang perjalanan. Bahkan saat diobati Luhan tetap bisu tanpa meringis sama sekali. Ia hanya menunjuk perutnya ketika ditanya apa ada bagian tubuh lain yang sakit.

Sehun bersikeras ingin melakukan pemeriksaan menyeluruh dengan MRI, barulah Luhan berkata tidak untuk mencegah Sehun. Ia menyakinkan Sehun dengan berucap tidak apa-apa dan meminta lelaki itu untuk mengantarnya pulang. Luhan pikir Sehun menurutinya, nyatanya lelaki itu malah mengajak Luhan ke apartemen Sehun. Luhan yang merasa tubuhnya sangat lelah pasrah saja direbahkan Sehun ke atas ranjang milik pria itu.

"Istirahatlah."

"Kenapa kau tidak mengantarku pulang saja?"

Sehun tersenyum hangat dan jujur saja Luhan merindukan hal tersebut. Selimut di bawah kaki Luhan, Sehun tarik hingga sebatas dada.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang