Chapter 8: Kill Me
Suara deru angin yang membentur bodi mobil disertai decitan ban yang bergesekan dengan aspal terdengar kencang di daerah pegunungan dengan jalanan berliku itu. Sehun menyetir seorang diri tanpa ditemani seorang supir yang biasanya akan mengantar dia kemanapun ataupun Kris yang selalu mengajaknya berbicara sepanjang perjalanan. Lelaki jangkung itu entah kenapa akhir-akhir ini jarang ditemukan sedangkan Chanyeol benar-benar memutuskan berpihak kepada ayahnya sekarang.Park Chanyeol. Lelaki itu sudah Sehun anggap sebagai kakaknya sejak pertama kali mereka bertemu. Chanyeol biasanya akan mendengarkan semua keluh kesah Sehun, memberikan beberapa nasehat khas seorang kakak atau terkadang melontarkan lelucon agar Sehun melupakan sejenak masalah yang dihadapinya.
"Hyung~" Sehun mengusap wajahnya dengan satu tangan sedang yang lain memegang kemudi.
Chanyeol. Sehun tahu jika dialah yang menyebabkan dirinya dan Luhan berpisah. Tapi sejahat apapun Chanyeol, selicik apapun pria itu hingga mampu membuat Luhan menyerah untuk mempertahankannya. Sehun tetap tak mampu membenci Chanyeol. Sehun tahu jika Chanyeol hanya menjalakan perintah Ayahnya demi melindungi Yoona. Sehun paham, Chanyeol sama seperti dirinya yang akan melakukan apapun demi orang yang mereka cintai. Maka dari itu ia tak bisa menghakimi Chanyeol begitu saja.
Sehun terus melajukan mobil tanpa arah, ia bahkan tidak memiliki rumah yang dijadikan setiap orang untuk pulang. Tidak, Sehun tidak akan mampu untuk menginjakkan kaki ke apartemennya lagi, di sana terlalu banyak kenangannya bersama Luhan. Jadi yang Sehun butuhkan sekarang hanyalah tempat sepi yang ia harap mampu memberikan ketenangan baginya. Ia ingin sendirian.
'Sendirian'
Bahkan tanpa harus menginginkannya Sehun sudah sendirian sekarang. Astaga! Sehun baru menyadarinya, ia benar-benar sendirian. Sendirian? Sendirian seperti delapan tahun yang lalu? Hidup sendirian tanpa siapapun untuk dijadikan tempat bersandar kala susah. Sehun jadi teringat kehidupan sebelumnya. Saat ia berusia 12 tahun Sehun memutuskan untuk keluar dari Panti Asuhan karena yakin tak ada seorang pun yang mau mengadopsi anak pendiam sepertinya, rata-rata para pengadopsi menginginkan seorang anak periang yang dapat meramaikan suasana. Jadi ketika Ibu Panti menyetujuinya, Sehun pun keluar dari tempat amannya. Masuk ke dunia kejam penuh cemoohan dan keras. Sehun menjadi buruh cuci di kedai pinggir jalan selama 4 tahun. Barulah ketika usianya 17 tahun, Sehun mulai bekerja di sebuah bar sebagai pelayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Sehun terus hidup seperti itu sampai kecelakaan itu terjadi dan mulai saat itulah kehidupannya berubah.
'Kecelakaan'
Jika saat itu dia tidak mengalaminya, bagaimana kehidupannya sekarang? Apa ia akan tetap bertemu dengan Luhan? Apa ia akan tetap bekerja sampai tua? Atau apa ia akan menemukan seseorang yang dapat menemani hari-harinya? Tapi ia tidak ingin yang lain. Sehun hanya menginginkan Luhan. Saat pertama kali ia bertemu dengan Luhan, Sehun merasa hatinya menghangat dan mulai terisi rasa yang begitu menggelitik tapi terasa nyaman. Sehun yakin jika lelaki mungil itu dapat membuat hidup gelapnya menjadi bewarna karena mulai saat itu Sehun sadar jika Luhan adalah mataharinya.
"Luhan." Tatapan mata yang biasanya terisi penuh intimidasi itu mulai kosong secara perlahan. Pandangannya fokus pada mentari di depan sana yang mulai menyingsing hingga Sehun harus menyipit karena sinarnya mengenai mata.
"Matahari. Luhan." Sehun tersenyum. Itu mataharinya, Luhannya. Sehun terus melajukan mobil dengan pandangan tanpa lepas pada matahari hingga tidak menyadari jalan yang menikung. Mobilnya berjalan terus, menabrak pembatas jalan dan jatuh ke dalam jurang.
::. HunHan .::
::
:
PRANGG!
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Way
FanfictionRepost dari ffn cerita favorit aku Mafia hun and high schooler han