Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_____
Liana menyipitkan mata, tatkala indera penglihatannya menangkap sosok Icha yang sedang memotret di pinggir lapangan. Hal itu membuat senyumnya merekah dengan lebar. Dia ingin menghampiri sahabatnya itu, namun tidak jadi karena salah satu temannya memanggil dirinya untuk persiapan lomba tarik tambang. Alhasil, dia menghela napas panjang, mungkin nanti dia bisa menemui Icha.
Di lain tempat, Icha sibuk memotret perlombaan yang sedang berlangsung. Melangkah kesana-kemari demi hasil jepretan yang bagus. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Dicky yang berada tak jauh dari tempatnya. Dicky pun melakukan hal yang sama sepertinya. Diam-diam dia mengukir senyum tipis. Hal tersebut tak lepas dari pandangan Darren, Darren tau pasti siapa penyebab dibalik senyum Icha itu.
"Cha, minum dulu nih." Darren memberikan sebotol minuman dingin kepada Icha.
Icha menoleh ke arah Darren sebentar. "Makasih, Ren, tapi gue belum haus." Selesai mengatakan itu, Icha melangkah pergi dari Darren.
Seringai kecil terbit dari bibir Darren, tawarannya ditolak. Tak masalah, dia tidak akan menyerah hanya karena hal kecil seperti ini. Dia tidak membiarkan Icha pergi begitu saja, melainkan dia mengikuti perempuan tersebut. Tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang menatapnya sembari berbisik.
Darren tak sengaja menabrak punggung Icha, membuat Icha terhuyung ke depan. Untung saja tidak sampai jatuh. Icha membalikkan badan, menghadap Darren sepenuhnya.
Icha mengembangkan senyumnya. "Darren, tolong ya, jangan ngikutin gue terus," ujarnya dengan lembut. Dia hanya merasa risih dengan keberadaan Darren, dengan adanya Darren di dekatnya, membuat dia mendapatkan tatapan tak bersahabat dari siswa lain.
Darren mengambil alih kamera yang berada di tangan Icha, lalu dia berikan kepada Radendra yang kebetulan berada di dekatnya.
"Endra, gue titip kamera bentar ya, sama botol minumnya," ujar Darren.
Untuk memotret itu, Icha memakai kamera Darren pribadi. Kebetulan Darren hari ini membawanya. Dan Darren sendiri yang memberikan kamera itu kepadanya.
"Oh ya, Ren," balas Radendra, santai. Radendra mengambil alih kamera dam botol minum itu dari tangan Darren.
Seusai itu, Darren memegang pergelangan tangan Icha. Dia membawa perempuan itu untuk menjauh dari lapangan.
"Darren, mau kemana? Terus kenapa kamera lo malah dititipin ke Kak Radendra? Gue 'kan harus motret lomba-lomba?" dumel Icha, memberengut sebal.
Darren mengulas senyum tipis tanpa sepengetahuan Icha. Kemudian, dia menghentikan langkah dan menoleh ke arah Icha yang sudah memberengut. Melihat itu, membuat dia jadi gemas sendiri, secara spontan tangannya mencubit pipi Icha.
"Aishh!" Icha menepis tangan Darren.
"Lo tambah cantik kalau lagi marah," celetuk Darren.
Seketika pipi Icha memanas, semburat merah terpancar dari pipinya. Sontak dia segera memposisikan diri supaya tampak biasa saja.