_____
Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia, SMA Satria mengadakan berbagai lomba dan pentas seni. Seluruh siswa diharapkan bisa berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Masing-masing kelas wajib mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti lomba. Apabila ada salah satu kelas yang tidak mengirimkan perwakilannya, akan dikenai denda sebesar 200 ribu rupiah per lomba.
Radendra, selaku ketua OSIS mengumumkan kepada seluruh siswa supaya segera berkumpul di lapangan.
Seusai pengumuman itu, para siswa berbondong-bondong keluar dari kelas masing-masing menuju lapangan. Icha melangkah beriringan bersama Liana menyusuri koridor.
"Semalem gue begadang, Li," seru Icha, tanpa menatap lawan bicaranya. Berulang kali dia menguap lebar.
Liana melirik sekilas ke arah Icha, lingkaran hitam di mata perempuan itu nampak kentara sekali. "Ngapain begadang sih, Cha?" tanyanya.
"Demi chatting-an sama Kak Dicky," ujar Icha, menampilkan deretan gigi putihnya.
"Astaga, Cha, sampe segitunya. Kalau misal udah ngantuk, ya udah si tidur aja jangan dipaksain."
"Yah lo mah nggak pernah ngerasain sih betapa senangnya kalau chat kita di balas sama gebetan."
"Ih jangan salah, gue jelas pernah ngerasain kali."
"Terakhir kapan hayo?"
Liana menghentikan langkah sejenak, seraya meletakkan jari telunjuk nya di kening. Layaknya orang yang sedang berpikir keras. "Terakhir ... dua tahun yang lalu. Hwa!" pekiknya.
Hal itu membuat Icha menghentikan langkah juga.
Icha tertawa, lalu melingkarkan tangannya di leher Liana. Sesekali menepuk-nepuk bahu nya. "Ternyata lo lebih miris dari gue, Li. Haha."
"Biarin, yang penting cinta gue nggak pernah bertepuk sebelah tangan." Liana tertawa renyah, lalu menjulurkan lidah sekejap.
Deheman singkat terdengar dari Icha, lalu menarik tangan nya kembali. Perempuan itu memutar kedua bola matanya. Sial! Kini Liana yang menertawakan nya. Baik Icha ataupun Liana tak lagi terlibat percakapan sampai menginjakkan kaki di lapangan.
Siswa kelas XII dan XI mendominasi barisan paling depan. Liana menempatkan diri di barisan depan sebelah kanan, sementara Icha berada di samping Liana.
"Cha, lo kenapa senyum-senyum terus si, bikin takut gue aja." Liana bergidik ngeri melihat sikap Icha.
Icha tidak menjawab, dia malah mengedarkan pandangan ke barisan laki-laki. Liana hanya memutar kedua bola matanya dengan malas, siapa lagi kalau bukan Dicky yang sedang dicari Icha. Pesona sepupunya itu memang tidak diragukan lagi. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang atletis membuat para perempuan terhipnotis. Dengan sekali tatap pun, mereka pasti akan berdecak kagum, sama halnya ketika Icha pertama kali bertatap muka dengan Dicky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darren [Sudah Terbit]
Genç KurguSesungguhnya, memilih salah satu hati akan membuat resiko hati lain tersakiti.