Setiap orang mempunyai cerita cinta yang berbeda-beda. Baik dengan alurnya ataupun endingnya
_____
Rumah minimalis dengan material modern yang notabene mewah itu tampak mencolok di antara deretan rumah lainnya. Berbagai tanaman bunga menghiasi halaman rumah tersebut. Satu mobil baru saja memasuki pelataran rumah itu. Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam mobil, bersamaan dengan seorang pemuda.Wanita paruh baya yang diketahui bernama Irene itu menyeret kakinya memasuki rumah. Sementara sang pemuda hanya mengikuti langkah wanita tersebut.
Embusan napas terdengar berat, tidak ada yang mengeluarkan suara saat keduanya masuk ke rumah. Irene menatap punggung pemuda yang melewatinya begitu saja. Tak ada ekspresi apapun yang tergambar diraut wajahnya. Senyum yang biasanya mengembang, kali ini tak tercetak dibibirnya.
"Maafin Mamah, Ren. Cuma ini jalan yang terbaik," gumam Irene, tak bersemangat. Irene berbelok ke kiri menuju kamarnya, namun langkahnya dihadang oleh Bi Inah.
Dengan tampang lelah, Irene angkat suara, "Ada apa, Bi?"
"Makan malam udah siap, Nyonya," ujar Bi Inah.
"Iya, Bi, saya mau mandi dulu. Bibi tolong bawain makanan ke kamar Darren ya?"
Lekukan-lekukan horizontal muncul di kening Bi Inah, "Lho, kenapa Nyonya nggak makan malam sama Den Darren?" Bi Inah balik bertanya.
"Nggak, Bi," ujar Irene. "Lakukan apa yang saya minta ya, Bi." Seusai mengatakannya, Irene melanjutkan langkah kakinya menuju kamar.
Darren membanting tubuhnya ke sofa, lalu menyandarkan punggungnya di sana. Tangannya terulur untuk memijit pelipisnya yang terasa pusing. Ternyata masalah orang dewasa itu merumitkan.
"Den Darren," ujar Bi Inah dari balik pintu kamar, dia mengetuk pintu sembari memanggil nama Darren.
"Iya sebentar, Bi," sahut Darren, beranjak dari tempat duduknya, lalu melangkah menuju pintu kamar.
Setelah pintu terbuka, nampak seorang wanita berumur 45 tahunan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. Sejenak wanita itu mengulas senyum simpul di hadapan Darren.
"Bi Inah bawain makan malam buat Den Darren, dimakan ya, Den." Bi Inah mengulurkan nampan tersebut kepada Darren.
Kedua sudut bibir Darren tertarik, membentuk seulas senyum. Dia menerima nampan yang diberikan Bi Inah itu. Pandangannya mengarah ke lantai bawah, tepat dimana kamar Mamahnya berada. Siapa lagi kalau bukan Mamahnya yang meminta Bi Inah membawakan makanan ke kamarnya .
Bagi Darren, sosok Irene seperti malaikat. Irene tidak pernah lupa mengingatkannya untuk beribadah dan belajar, apalagi makan. Irene pun selalu memperbaiki setiap kesalahan yang diperbuatnya. Darren ingat, Mamahnya pernah bilang kalau kebahagiaan Mamahnya ada pada kebahagiaan Papah dan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darren [Sudah Terbit]
Novela JuvenilSesungguhnya, memilih salah satu hati akan membuat resiko hati lain tersakiti.