Bagian 1

428K 22.5K 840
                                    

Gadis berambut hitam ikal berjalan masuk ke lobby perusahaannya bekerja. Sesekali menguap, ia melihat laporan ditangannya, laporan dari salah satu distributor langganan Gianotech, tempat ia mencari pundi-pundi Rupiah selama satu tahun dua bulan.

Hanya melihat isi dari laporan, gadis bernama Monik itu tersenyum lebar. Ia berhasil mencapai target bulan ini, bahkan lebih! Rasanya Monik tidak sabar melihat nominal gajinya nanti karena gaji pokoknya akan ditambah dengan bonus.

"Yes!" kata Monik dengan semangat. Ia pun menyimpan laporan itu di tas kerjanya dan berjalan menuju lift.

Namun, ketika baru sampai di kerumunan depan lift umum, terdengar keributan di depan lift eksekutif yang sering digunakan oleh para petinggi perusahaan. Sebenarnya itu bukan keributan dari orang berkelahi, melainkan dari sang Presdir yang sedang mengomeli tiga orang mekanik.

Monik pun penasaran lalu bertanya acak pada pegawai yang entah dari divisi mana, "Kenapa ya Mbak?" tanyanya.

Salah satu Mbak cantik pun menoleh, "Itu tuh Pak Ray lagi marahin mekanik karena lift khusus masih rusak. Padahal udah dari kemarin dibenerin," jawabnya sambil berbisik.

"Ohh.." jawab Monik sambil melihat ke depan.

Presdir perusahaannya memang dikenal temperamental dan pemarah. Apalagi banyak gosip beredar kalau Beliau memakai narkoba karena cekung hitam di bawah matanya. Tapi Monik tidak percaya, kalau orang yang memakai narkoba, pasti tubuhnya kurus ceking, lah Pak Ray saja masih sehat, bugar, tegap, dada bidang begitu.

"Saya tidak mau tahu, siang ini harus selesai! Kalau tidak, silahkan angkat kaki dari perusahaan ini!" tegas Raymond Giano, sang Presdir yang berkuasa.

"I..iya pak," jawab para mekanik bersamaan.

Raymond berjalan dengan gagahnya menuju lift umum yang kebetulan baru sampai di lantai dasar. Karyawan beserta Monik pun mundur secara otomatis mempersilahkan Presdir mereka menunggu paling depan. Beberapa orang di dalamnya pun keluar dan terkejut melihat pimpinan mereka ikut menunggu di antara bawahannya. Biasanya sih Raymond tidak pernah naik lift biasa itu.

Tanpa bicara apapun, Raymond masuk ke lift dan memencet angka 40, lantai tertinggi dimana ia bekerja seharian. Tapi yang anehnya, pintu lift tetap tidak tertutup padahal Raymond sudah berada di lift sendirian.

Tidak disangka, ternyata Raymond menahan tombol 'Open' sehingga pintu itu tetap terbuka.

"Kalian tidak masuk? Lift ini muat 13 orang," kata Raymond datar.

Para karyawan pun melongo. Tidak percaya seorang Presdir yang terkenal mudah marah itu mempunyai hati yang cukup baik. Dia tidak seegois itu membiarkan dirinya sendirian naik lift.

Tapi, walaupun Raymond sudah bicara seperti itu, tetap saja karyawannya ragu sekaligus takut. Hanya satu orang yang berani berjalan duluan sambil berkata, "Ayolah, Pak Ray sudah mempersilahkan kita masuk.", dan gadis itu ialah Monik. Dia pun melenggang ke dalam lift. Setelah itu, satu per satu orang pun ikutan masuk.

Saat Monik masuk, Raymond mundur ke belakang dan membiarkan lift terisi penuh oleh karyawannya. Lagipula, pria itu keluar paling belakangan. Monik juga berada tidak jauh dari Raymond, hanya berselang satu orang saja. Setelah memenuhi muatan lift, bilik itu pun bergerak ke atas dengan gerakan dinamis.

"Monik!" panggil seorang pria dengan suara pelan. Takut mengganggu 'penumpang' lift lainnya.

"Eh Husen? Aku gak liat kamu tadi," jawab Monik sambil menoleh ke samping.

Rupanya yang memanggil dia tadi adalah Husen, temannya di divisi Marketing. Monik juga bicara sangat pelan, hampir berbisik. Tidak enak di dengar oleh Presdir mereka.

Lovesomnia [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang