rintik hujan yang mendadak turun membasahi bumi membuat tungkai kaki hyungseob berlari tanpa arah untuk melindungi diri.
dan entah bagaimana caranya, tungkai kakinya malah bergerak menuju coffee shop dan berhenti di emperan sana.
tak ada yang salah.
hanya saja, tempat itu memiliki kenangan yang berarti untuknya.
ketika sma dulu, tiap kali pulang sekolah, hyungseob pasti akan selalu mampir ke coffee shop bersama guanlin untuk menghabiskan waktu bersama di sana.
bercanda dan tertawa.
berbicara dari hati ke hati.
membicarakan masa depan bersama.
merajut tali kasih yang akan mereka bentangkan bersama ketika sudah membangun rumah tangga nantinya.
ya, pembicaraan yang serius. tapi baik itu hyungseob maupun guanlin sama-sama menikmatinya.
karena mereka percaya bahwa mereka saling mencintai dan hubungan mereka akan bertahan sampai waktu yang lama.
namun sayang, semuanya kini hanya tinggal kenangan.
guanlin melanggar janji, dan pergi meninggalkan hyungseob seorang diri.
"hhhhh~" hyungseob menghela napas berat.
entah apa yang ada di pikirannya saat ini ia malah melangkahkan kaki masuk ke dalam coffee shop.
meniti langkah sambil mengingat seluruh kenangan yang masih membekas dalam ingatannya tentang tempat ini.
empat tahun berlalu begitu cepat. tapi hyungseob masih saja berdiri di tempat. karena tak bisa lagi melangkah bersama guanlin yang hadir dalam hidupnya hanya sesaat. membuat hyungseob kini hidup seperti orang melarat.
langkah hyungseob terhenti di depan kasir. matanya menyapu pada menu yang terpajang di atas. sebenarnya dia tak berniat membeli, tapi mulutnya malah bersuara pada seorang pegawai yang berdiri di balik meja kasir.
"mas, caramel macchiato-nya dua ya. yang satu, esnya dikit aja, jangan dingin-dingin banget. yang satu lagi, gulanya sedikit aja, jangan manis-manis banget."
caramel macchiato. sama-sama minuman kesukaan hyungseob dan guanlin.
untuk hyungseob yang esnya sedikit, karena hyungseob punya masalah kesehatan pada giginya untuk tidak meminum minuman yang terlalu dingin.
dan untuk guanlin yang gulanya sedikit supaya minumannya tidak terlalu manis. guanlin selalu bilang kalau dia tidak mau terkena diabetes hanya karena minum caramel macchiato yang manis sambil memandangi hyungseob yang tak kalah manis.
ah sial, bahkan kenangan sekecil itu masih tidak mau lepas dalam benaknya hyungseob.
"semuanya jadi 8500 won," kata pegawai tersebut setelah meletakkan pesanan hyungseob di atas meja.
lantas hyungseob segera mengaduk-aduk isi tasnya untuk mencari dompet. sesaat setelahnya, dia tertegun.
"astaga, dompetku kan tertinggal di rumah," ucapnya spontan.
hyungseob merutuki dirinya sendiri yang sama sekali gak ingat kalo dompetnya tertinggal di rumah. padahal selama seharian di kampus tadi dia telah menahan rasa laparnya. tapi kenapa saat ini dia malah membeli caramel macchiato dan melupakan fakta bahwa dia gak bawa dompet.
gara-gara dia berteduh di tempat penuh kenangan ini, alam bawah sadarnya malah menonaktifkan seluruh fungsi sarafnya sehingga tanpa sadar dia melakukan hal yang seharusnya tak ia lakukan.
"8500 won, mas."
hyungseob disadarkan kembali oleh penjaga kasir itu.
baru saja hyungseob hendak berkata untuk membatalkan pesanannya karena dia gak bawa dompet, tiba-tiba saja seorang cowok yang mengantri di belakangnya merangsek maju ke depan sambil menyerahkan kartu kredit pada penjaga kasir.
"biar saya yang bayar pesanan dia, mas," ucap cowok itu.
hyungseob tertegun. dia menoleh pada cowok yang kini berdiri di sebelahnya dan memandangnya dengan pandangan seperti ini,
spontan hyungseob langsung menggerakkan tangannya ke kanan-kiri pada cowok itu.
"eh, gak usah, mas. saya bisa bayar sendiri," kata hyungseob.
"lalu kamu mau bayar pake apa? dompetmu ketinggalan, kan?"
sekali lagi hyungseob tertegun. dari mana cowok itu tahu? apakah tadi dia mengatakan kalau dompetnya ketinggalan? oh, berarti dia telah berbicara tanpa sadar.
"jadinya gimana mas?" penjaga kasir kembali bersuara.
"pake kartu saya aja, mas."
"oke, mau tambah pesanan apa?"
baru saja cowok itu mau berbicara, hyungseob sudah menyela.
"gak usah mas, itu aja."
setelah transaksi selesai, penjaga kasir kembali menyerahkan kartu kredit pada cowok itu.
"aku pesan dua minuman. kamu ambil aja minuman yang satunya lagi. sisa uangnya akan kutransfer ke rekeningmu, jadi bolehkah aku minta nomor rekeningmu?" tanya hyungseob pada cowok itu.
bukannya menjawab, cowok itu hanya tersenyum lucu pada hyungseob yang kini menyerahkan segelas caramel macchiato padanya.
"kamu datang bersama orang lain?"
"eh? enggak kok."
"lalu kenapa memesan dua minuman?"
hyungseob gak jawab. gak mungkin dia menjawab kalo sebenernya dia gak sadar telah memesan minuman untuk orang yang sudah meninggal, kan?
melihat hyungseob gak jawab, cowok itu kembali tersenyum sambil menerima minuman dari tangan hyungseob.
"aku terima minumanmu, tapi maaf, aku gak akan memberikan nomor rekeningku."
"lalu bagaimana caranya aku membayar hutangku?"
"hm, hutang ya," gumam cowok itu.
sesaat kemudian, cowok itu menunjuk bangku kosong yang terletak di dekat jendela besar.
"bagaimana kalau kita minum bersama di sana sambil menunggu hujan reda? kalau kamu mau, akan kuanggap kamu sudah membayar lunas semua hutangmu."
hyungseob tidak menjawab, tapi tungkai kakinya tetap bergerak mengekori langkah cowok itu menuju bangku kosong sana.
tanpa hyungseob sadari, kepada hatinya yang selama ini membeku akibat ditinggal pergi oleh guanlin, di tempat itulah dia kembali merasakan kehangatan yang menyebabkan kebekuan itu perlahan mencair.
dan pelakunya itu adalah... cowok itu, si lelaki asing yang memperkenalkan diri dengan nama park woojin.
yang tanpa permisi menggantikan posisi guanlin di dalam hatinya untuk waktu yang lama.
bukankah pertemuan pertama ini benar-benar sederhana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar 5 Bulan [Jinseob] ✔
Fanfictiontentang hyungseob yang tiap kali pacaran selalu bertahan cuma lima bulan. "ini bulan kelima kita pacaran, kamu gak akan putusin aku di bulan depan, kan?" - ahs, 22 tahun, yang sedang bersedih karena selalu diputusin setelah lewat lima bulan. highest...