tak perlu waktu lama bagi hyungseob dan woojin untuk bisa dekat satu sama lain.dengan melewati detik, menit, dan jam bersama di coffee shop itu, mereka membicarakan banyak hal hanya dalam waktu semalam.
bercanda dan tertawa.
mengenal satu sama lain.
saling terbuka satu sama lain.
bahkan sampai ke bagian yang paling sensitif dibicarakan sekalipun.
"sangat disayangkan dia pergi dengan usia yang masih semuda itu," sahut woojin usai hyungseob menceritakan soal pemilik caramel macchiato kedua yang dibeli oleh hyungseob.
ya, memang dibeli oleh hyungseob, tapi dibayar dan diminum oleh woojin.
"kita memang gak tau kapan akan pergi dari dunia ini. hanya tuhan yang tahu," tambah woojin.
hyungseob hanya mengangguk sambil mengaduk minumannya tanpa nafsu. woojin memerhatikan ekspresi sedih yang tergambar pada wajah hyungseob.
"kamu masih belum bisa merelakannya pergi?"
hyungseob menghela napas berat. dia memandangi tetesan air hujan di luar jendela.
"mungkin aku baru bisa benar-benar merelakannya kalau saja kepergiannya itu bukanlah salahku."
"kenapa jadi salahmu?"
"aku selalu ditinggalkan oleh pacarku setelah lewat lima bulan. dan dia juga meninggalkanku setelah lima bulan kami bersama. kurasa aku adalah salah satu orang yang telah membuatnya pergi. kalau saja dia gak pacaran denganku, mungkin dia--"
"ini sudah takdir tuhan, hyungseob. jangan salahkan dirimu sendiri, kamu gak salah apa-apa."
hyungseob terdiam selama beberapa saat sebelum menyahut, "tapi nyatanya kejadian itu membuatku sadar kalau seberapa besar keinginanku untuk bertahan dengan seseorang, orang itu pasti akan pergi dariku setelah lewat lima bulan, entah itu adalah keinginan dia sendiri ataupun keinginannya tuhan."
"jadi itukah sebabnya sampai saat ini kamu gak pernah membuka hatimu untuk orang lain lagi? karena takut kamu akan ditinggal pergi setelah lima bulan?"
"aku hanya lelah, woojin. hubunganku selalu saja bertahan sampai lima bulan. aku ingin merasakan cinta yang bertahan dalam waktu yang sangat lama, bukan hanya lima bulan saja. tapi aku tak pernah merasakannya. jadi aku memutuskan untuk tidak jatuh cinta lagi."
mungkin selama ini tak ada orang yang menyangka bahwa kebekuan hati hyungseob itu sebenarnya diciptakan oleh diri hyungseob sendiri karena telah mencamkan dirinya sendiri sebagai orang yang telah membuat guanlin meninggal sehingga dia gak mau lagi berpacaran dengan siapapun.
woojin benar. dia memang tak mau berpacaran dengan siapapun lagi karena dia takut akan ditinggal pergi lagi setelah lima bulan. tapi dia juga lelah. lelah karena dia tak pernah mendapatkan cinta yang bertahan lebih dari lima bulan.
bagaimana dia akan hidup di masa depan kalau hubungannya selalu saja berakhir setelah lima bulan terlewati?
"bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri, hyungseob. kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. jadi, kenapa kamu harus takut untuk jatuh cinta lagi setelahnya? hanya karena takut ditinggalkan? atau karena kecewa? marah? benci? jangan-jangan itu karena kamu gak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta." [1]
hyungseob tertegun mendengar ucapan woojin.
"ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi gak bisa tinggal dalam hidup kita. maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. menerimanya dengan baik justru akan membawa kedamaian." [1]
"jadi maksudku adalah cobalah untuk membuka hatimu lagi untuk cinta yang baru, hyungseob. biarkanlah kamu merasakan hidup yang damai tanpa memikirkan kejadian di masa lalumu. karena kamu hidup untuk masa depan, bukan untuk masa lalu," tutup woojin kemudian.
entah apa yang kini hyungseob rasakan, tapi hatinya yang sudah lama membeku itu perlahan mencair akibat perkataan yang diucapkan woojin. entah kenapa ucapan itu terasa hangat di dalam hatinya.
setelah berkata begitu, woojin berdiri dari duduknya dengan pandangan yang masih mengarah pada hyungseob.
"sudah larut malam. ayo kita pergi sekarang. aku akan mengantarmu pulang."
lagi dan lagi, entah kenapa perhatian kecil dari woojin mampu membuat hati hyungseob mencair. sudah lama dia tidak diperhatikan seperti itu oleh seseorang. guanlin adalah orang terakhir yang melakukannya.
beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan rumah hyungseob.
"masuklah, aku akan menunggumu di sini sampai kamu masuk ke dalam," ucap woojin pada hyungseob.
hyungseob mengangguk, lalu melangkah menuju pintu rumah.
"hyungseob..." tiba-tiba saja woojin memanggilnya.
hyungseob berhenti, tapi dia tidak berbalik. hanya memutar kepalanya ke arah woojin.
"maukah kamu memberikan kesempatan padaku kalau aku gak akan jadi pacar lima bulanmu?"
untuk yang kesekian kalinya pada hari ini, hyungseob tertegun.
"aku akan buktikan padamu kalau hubunganmu gak akan selalu berakhir dalam waktu lima bulan, jadi mari kita bertemu lagi besok di tempat yang sama, hyungseob."
sesederhana itu.
hati hyungseob yang sudah membeku selama empat tahun, kini perlahan mencair hanya dalam waktu semalaman.
karena seorang park woojin.
esok harinya, hyungseob dan woojin bertemu lagi di kafe yang sama.
bukan karena tak sengaja seperti pertemuan mereka sebelumnya, melainkan karena disengaja.
esok harinya dan esok harinya lagi, mereka masih bertemu di tempat yang sama. juga karena disengaja.
sampai pada pertemuan mereka yang kelima, woojin mengutarakan perasaannya pada hyungseob.
"mari kita bersama-sama untuk waktu yang lama, hyungseob. aku mencintaimu."
tanpa embel apa-apa, tanpa membawa bunga, tanpa tempat yang romantis dan juga kalimat-kalimat gombalan yang dulu pernah disiapkan oleh barisan para mantan hyungseob saat mengatakan cinta padanya, woojin mengatakan kalimat tersebut pada hyungseob dengan cara yang begitu sederhana, dengan segenap perasaannya, dengan sepenuh hatinya, sambil menatap kedua manik hyungseob dalam-dalam. tatapan penuh cinta.
hyungseob balas menatap woojin dengan tatapan yang sama. dia meraih tangan woojin dan menggenggamnya.
"aku selalu putus dengan pacarku setelah lewat bulan kelima, apa kamu bisa berjanji padaku untuk gak mutusin aku setelah lewat bulan itu?"
woojin tersenyum, lalu menganggukkan kepala. dia balas menggenggam tangan hyungseob sambil berkata,
"ya, aku berjanji."
kemudian bibir keduanya menempel.
menghantarkan perasaan cinta kasih dan sayangnya satu sama lain lewat ciuman.
dan ciuman itulah yang mengawali komitmen baru yang kini dipegang oleh hyungseob.
bukan hanya dipegang oleh hyungseob, tapi juga dipegang oleh woojin.
sebuah komitmen baru yang dipegang keduanya untuk bertahan dalam waktu yang lama.
[1] quotes by tere liye - hujan (dengan beberapa kalimat perubahan)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar 5 Bulan [Jinseob] ✔
Fanfictiontentang hyungseob yang tiap kali pacaran selalu bertahan cuma lima bulan. "ini bulan kelima kita pacaran, kamu gak akan putusin aku di bulan depan, kan?" - ahs, 22 tahun, yang sedang bersedih karena selalu diputusin setelah lewat lima bulan. highest...