bulan pertama

3K 614 242
                                    


juni 2017

hyungseob baru saja keluar dari gedung kampus sambil mendekap buku kuliahnya di depan dada. dia berbelok di persimpangan jalan menuju halte bus. namun...

tin!

suara klakson tak jauh darinya membuat kepala hyungseob bergerak untuk menoleh ke sumber suara.

demi tuhan, matanya langsung membola begitu melihat sosok cowok yang akhir-akhir​ ini memenuhi pikiran, hati, dan hari-harinya, kini sedang duduk di atas jok motor yang terparkir di tepi jalan dari arah sebrang.

"woojin!" pekik hyungseob sambil berlari kecil menghampiri cowok itu.

sementara woojin hanya tertawa kecil melihat ekspresi hyungseob. sepertinya dia telah berhasil memberi kejutan pada kekasihnya itu.

"kok kamu gak bilang sih kalo mau jemput?"

"loh, siapa yang bilang mau jemput kamu? orang aku cuma numpang lewat sini. udah ya, aku lanjut jalan dulu, kamu pulangnya hati-hati," kata woojin lalu menstarter motornya, bersiap hendak pergi.

"ih, bercanda! nyebelin deh!" hyungseob mencubit pinggang woojin dengan gemas.

woojin kembali tertawa, lalu menarik tangan hyungseob untuk mendarat di pinggang belakangnya sehingga posisi mereka saat ini adalah hyungseob yang berdiri di samping motor sedang memeluk woojin yang masih duduk di atas jok motor.

oh, mesranya pasangan baru ini.

"mau langsung pulang? atau jalan-jalan dulu?"

hyungseob hanya tersenyum. woojin selalu saja begitu. dia pasti akan bertanya seperti itu tiap kali menjemput hyungseob di kampus. seakan ingin memberi kesempatan pada hyungseob untuk mengeluarkan pendapat. dan hyungseob menyukainya.

hyungseob berpikir sejenak sebelum menjawab, "hmm, katanya ada kafe baru di daerah gangnam. ke sana yuk?"

"oke, sampai jam 6 aja ya. habis itu pulang biar kamu bisa cepet-cepet istirahat dan juga lanjutin nulis skripsi."

hyungseob juga menyukai woojin yang selalu mendengarkan serta menghargai pendapatnya. hyungseob merasa didahulukan, didengarkan, dan diperhatikan. sederhananya, dia selalu menyukai woojin yang menanyakan pendapatnya. karena hyungseob akan selalu menjawabnya pula dengan jujur tanpa perlu berkode-kode.

sudah bukan waktunya lagi untuk mereka berkode ria. mereka sudah memasuki usia yang matang dan dewasa, untuk saling memahami satu sama lain dengan cara dikomunikasikan, bukan dengan cara saling kode-kode. mereka adalah manusia yang memiliki mulut untuk berbicara, bukanlah barang elektronik yang hanya bisa dipahami lewat kode-kodean.

ketika hyungseob hendak naik ke atas jok motor woojin, tampak segerombolan cowok baru saja keluar dari gedung kampus dan berjalan menuju persimpangan sambil tertawa-tawa. tawanya mengundang hyungseob dan woojin untuk menoleh. dan saat itu pula, tatapan hyungseob bertemu dengan tatapan salah satu dari mereka.

hyungseob membuang muka dan melanjutkan naik ke atas jok motor. dia tak peduli dengan kehadiran cowok itu yang ternyata kini tengah melangkah mendekatinya dengan senyum seringai di bibirnya.

"oh tunggu, tunggu, siapa nih yang gue liat? hyungseob bersama seorang cowok?"

woojin menoleh bingung pada cowok itu dan hyungseob. dia tak mengenal cowok asing itu, tapi tampaknya hyungseob mengenalnya.

"jadi sekarang lo udah move on dari guanlin?" tanya cowok itu lagi.

"lo siapa?" kali ini woojin yang bertanya.

"gak usah ditanggepin, jin," bisik hyungseob pada woojin.

"gue? lo tanya gue siapa?" cowok itu menunjuk dirinya sendiri, lalu tertawa seolah ada yang lucu. padahal woojin dan hyungseob sama sekali tak tertawa, malah memandang cowok itu dengan tatapan sebal. "gue jinyoung, mantan pacarnya hyungseob."

Pacar 5 Bulan [Jinseob] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang