-1-

19K 863 4
                                    

Duduk termenung di tepi ranjang kecil dalam kamar yang penuh dengan pernak-pernik Iron Man itu, Sakura single mother yang memiliki seorang putra dari kekasihnya yang menolak kehadiran buah hatinya.

Haruno Rei, bocah laki-laki yang berusia lima tahun itu terbaring sakit di kamarnya. Bocah lelaki cacat yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari ayahnya karena ia sudah ditolak bahkan sebelum terlahir ke dunia.

Haruno Sakura, dokter 26 tahun yang cukup tangguh saat semua orang menolak putranya bahkan ditolak oleh Sasuke--ayah biologis Rei-- hingga akhirnya ia memutuskan pergi dari Konoha dan tinggal di Suna sampai sekarang.

"Mama..." Rei, bocah kecil dengan rambut hitam dan mata emerald yang kontras dengan warna rambutnya itu memanggil Sakura lirih. Sakura menoleh ke arah putranya, satu-satunya keluarganya yang ia miliki.

"Ya.. Rei-kun?" Sakura tersenyum kecil, dan mengusap kepala putra tunggalnya itu.

"Kapan Papa pulang? Rei rindu Papa..." Pertanyaan polos Rei mencubit hati Sakura. Memaksanya mengorek kembali luka lama yang mulai mengering itu.

"Rei-kun.. Papa akan pulang nanti, oh ya Rei-kun besok kita ke rumah paman Gaara, bermain dengan Sato kau mau kan?" Sakura menjawab pertanyaan Rei dengan gemetar, dan selalu menhalihkan perhatian Rei tentang pertanyaan 'kapan Papa pulang, Ma?' yang menyakitkan bagi Sakura.

"Iya, Rei mau Ma.." Mendengar jawaban Rei, Sakura mendesah lega. Kadang ia takut jika nanti Rei sadar jika Sakura membohonginya selama ini. Sakura berjanji pada dirinya sendiri akan menceritakan perihal Sasuke pada Rei saat anak itu cukup mengerti.

•••

"Sasuke-sama, Naruto-sama ingin bertemu dengan Anda.." Suara Shion-- Sekretaris Sasuke-- menginterupsi kegiatan Sasuke yang melamun menghadap jendela besar ruangannya. Ia berbalik ke arah Shion dan menghela napas sebentar,
"Suruh dia ma--" Suaranya terhenTi saat teriakan cempreng dari anak kecil 6 tahun memenuhi ruangannya.

"Paman Sasuke... Aku dan Tou-san datang..."

"Oi.. Sasuke..." Ayah dan anak sama saja! Begitu pikir Sasuke.

"Ada apa, Naruto, Boruto?" Sasuke menatap jengah kepada Naruto. Dan beralih menggendong Boruto yang terus mengulurkan tangannya kepada Sasuke.

"Apa kau sudah tau kabar Sakura-chan?" Naruto membicarakan Sakura? Gadis yang coba ia lupakan selama lima tahun terakhir ini?

Sasuke melirik Naruto dan Boruto, kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Suigetsu, ke ruanganku sekarang." Setelah itu ruangan itu kembali hening hingga Suigetsu datang.

"Bawa Boruto jalan-jalan ada hal penting yang harus kubicarakn dengan Naruto." Suigetsu hanya mengangguk sejurus kemudian ia mengambil Boruto yang bermain di depan meja Sasuke.

"Ada apa dengan Sakura, Naruto?" Sasuke cukup tertarik dengan topik yang dibicarakan Naruto. Jujur saja Sasuke masih sangat menyukai bahkan mencintai Sakura, tapi karena kehamilan Sakura--yang menurut Sasuke bukan anaknya-- itu membuat Sasuke membencinya.

"Aku menemukannya di Rumah Sakit Suna, yang dekat dengan Kantor Walikita Suna Sabaku Gaara saat aku mengunjungi ayah Hinata seminggu yang lalu." Naruto menjelaskan panjang lebar kepada Sasuke.

"Jadi... Apa hubungannya denganku? Bahkan aku sudah melupakan bagaimana wajahnya." Ucap Sasuke dengan nada datar.

"Aku tak peduli apa yang terjadi antara kalian, tapi anak kalian... Butuh dirimu Sasuke, dia butuh ayahnya." Naruto mulai kehilangan kendali emosinya.

"Aku pergi. Suruh Suigetsu untuk memulangkan Boruto ke rumah." Naruto bangkit dan pergi begitu saja dari ruangan Sasuke.

•••

"Ayo, Ma! Kita ke rumah paman Gaara sekarang! Aku sudah ingin main bersama Sota!" Rei berteriak tidak sabar di ruang tamu, menunggu ibunya berdandan.

"Iya, Rei-kun sebentar--Nah ayo!" Sakura berdiri di belakang kursi roda Rei dan mendorongnya pelan.

"Ma, aku mau es krim. Belikan ya Ma! Aku ingin memakannya bersama Sota nanti!" Ucap Rei, anak kecil yang sangat bersemangat meski ia cacat dan tidak bisa berjalan.

Sakura hanya bergumam kecil dan terus mendorong kursi roda putra satu-satunya itu menuju mobil.

•••

Sakura dan Rei memasuki halaman rumah Gaara, Walikota Suna yang membantunya hidup di Suna saat pertama kali ia datang ke kota itu.

"Paman Gaara!! Rei datang!!!" Bocah laki-laki itu berteriak saat mengetahui Gaara dan Sato keluar dar dalam rumahnya.

"Rei..." Sato beringsut turun dari dalam gendongan ayahnya dan berlari menghampiri Rei yang masih Sakura dorong memasuki halaman rumah Gaara.

"Sato..!" Rei balas berteriak dan mereka berpelukan singkat, Gaara yang melihat itupun tersenyum dan beranjak mengahampiri Sakura dan Rei.

Sakura hanya tersenyum saat Gaara menggendong Rei meninggalkan Sakura dan diikuti Sato. Tanpa sadar air mata Sakura meleleh melihat kedekatan Rei dengan Gaara, andai Gaara itu Sasuke. Andai Sasuke menerima Rei. Andai...

•••

Sejak kepergian Naruto tadi, Sasuke terus saja memikirkan perkataan Naruto, apa benar yang dikatakan Walikota Konoha yang bodoh itu? Apa benar Sakura berjuang sendirian melahirkan anak--Sakura--nya? Pikiran-pikiran itu terus membuat Sasuke pusing dan berakhir menelepon Shion melalui interkom di ruangannya. "Kosongkan jadwalku setelah makan siang. Aku pergi ke Suna." Setelah itu Sasuke melesat pergi dari ruangannya menuju basement parkir kantor dan menuju Suna untuk membuktikan ucapan Naruto.

•••

BACK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang