-7-

9.7K 595 12
                                    

Atas desakan Mikoto dan Itachi, saat ini Sakura berada di Restoran keluarga di sekitar rumah sakit. Mereka makan malam bersama dan sesekali berbicara untuk mencairkan suasana canggung itu.

Sakura sangat senang karena keluarga Uchiha sangat ramah dan hangat dan begitu juga dengan mereka yang begitu terbuka dengan Sakura.

Saat sedang asyik menikmati makan malam, mereka dikejutkan dengan dering ponsel Itachi. "Itachi-nii, apa Sakura bersamamu?" Itachi hanya bergumam menyahuti telepon Sasuke di seberangnya.

"Sampaikan padanya bahwa Rei sudah sadar." Itachi mengakhiri panggilannya setelah mengatakan, "Baiklah."

"Siapa, Itachi? Apa Sasuke?" Fugaku langsung bertanya pada Itachi setelah ia selesai dengan ponselnya.

"Iya, tou-sama. Tadi Sasuke-- dan ya Sakura, dia bilang tado Rei sudah sadar." Mata Sakura berbinar mendengar perkataan Itachi barusan.

"Itachi sensei, Fugaku-sama, Mikoto-sama, saya pamit dulu... Terimakasih untuk ma--"

"Boleh kami ikut denganmu?" Fugaku bertanya pada Sakura hati-hati.

"Tentu saja, mari.." Sakura memimpin langkah mereka untuk kembali ke rumah sakit.

•••

Sasuke memeluk putranya itu dengan erat dan menangis haru, sambil sesekali pria itu menghujani anaknya dengan ciuman-ciuman. Menyesal. Ya hanya hal itu yang dirasa Sasuke saat ini, bahkan jika ia diminta untuk bunih diri ia akan melakukannya demi mendapatkan maaf dari Sakura.

"Papa se--sak..." Rei memukul-mukul punggung Sasuke dengan tangan kecil dan rapuh miliknya.

"Ah.. Gomen.. Rei.. Papa.. Papa hanya terlalu bahagia karena kau sudah sadar." Sasuke melepas pelukannya pada Rei dan kemudian tersenyum kecut.

"Rei.. Apa Papa boleh tanya sesuatu padamu?" Rei mengangguk kecil sebagai jawaban atas pertanyaan Sasuke.

"Apa Rei juga sering pingsan seperti tadi pagi?" Rei mengangguk lagi lalu tersenyum.

"Dulu tidak sesering ini, Pa. Dulu Rei akan pingsan jika kelelahan atau terlalu sedih. Makanya Mama melarangku untuk bermain terlalu lama. Padahal aku hanya duduk di kursi roda atau di sofa. "

Hati Sasuke berdenyut ngilu, memikirkan kenapa anak sekecil Rei bisa menderita penyakit yang begitu menyiksa.

•••

Mikoto, Fugaku, Itachi dan Sakura sampai di depan pintu ruangan Rei, dengan hati-hati dia membuka pontu ruangan itu dan melihat pemandangan yang sangat mengharukan bagi Sakura. Melihat Rei dan Sasuke bercanda dan sesekali saling memeluk membuat air matanya meleleh lagi. Dengan cepat ia menghapus air matanya dan tersenyum simpul untuk bersikap --seolah semua--baik-baik saja.
"Rei-kun..." Sakura masuk dan kemudian mencium kening anak tunggalnya itu. "Ada yang ingin vertemu denganmu.." Sakura berbisik di telinga Rei yang membuat manik zamrud itu membola terkejut.

"Ayo, masuklah..." Sakura menyuruh Fugaku, Itachi dan Mikoto untuk masuk. Mereka masuk dengan air mata Mikoto yang meleleh sejak baru pertama melangkah masuk ke ruangan Rei.

"Kakek...  Nenek.. " Rei memekik riang menyambut kakek dan neneknya. Baik Sakura maupun Sasuke terkejut memdengar Rei emanggil kakek dan neneknya begitupula dengan Fugaku dan Mikoto yang sama terkejutnya dwngan Sakura dan Sasuke.

"Jadi hanya kakek dan nenek? Aku tidak?" Itachi pura-pura merajuk, Rei yang tidak tahu siapa Itachi hanya menatapnya bingung.

"Paman ini siapa, Pa?" Rei beratanya polos pada Sasuke, Sasuke hanya mampu menahan tawa melihat kepolosan Rei.

"Dia pamanmu, Paman Itachi. Dia kakak Papa." Sasuke menahan tawanya yang kemudian di beri death glare oleh Itachi. Rei hanya mengangguk kecil mengerti.

Sakura merasa bahagia, melihat Rei bahagia karena bertemu dengan keluarga Sasuke. Ia hanya mampu menitikkan air mata harunya melihat semua itu.

•••

Sabaku Sato dan Ibunya Matsuri berjalan beriringan di lorong rumah sakit itu. Mereka berjalan menuju ke ruang rawat Rei.

Tiga hari sudah Rei di rawat di rumah sakit. Selama itu juga ia terus merengek kepada ayahnya ingin bermain dngan Sato. Sasuke yang tidak mengenal Satopun bingung, siapa itu Sato. Dan Rei hanya menjawab, "Dia itu temanku, Pa."

Ditengah kehangatan obrolan yang terjadi antara ayah dan anak--Sasuke dan Rei-- itu, pintu ruangan Rei berderit dan perlahan terbuka menampilkan sosok Matsuri dan Sato yang tingginya hanya sebatas pinggang ibunya.

"Reii... Kejutan... Aku datang..." Sato berlari masuk dan berteriak pada Rei, tanpa peduli ada Sasuke di sekitar mereka sedangkan Matsuri hanya tersenyum canggung pada Sasuke.

"Rei, kau datang! Aku baru saja membicarakanmu dengan Papaku-- ya 'kan, Pa." Sasuke hanya mengangguk sebagai respon dari pertanyaan Rei.

"Okaa-san aku ingin naik..." Rengek Sato pada ibunya.

"Bagaimana aku bisa mengangkatmu Sato-kun?" Matsuri mengeluh terhadap permintaan Sato. 'Tentu saja wanita ink kesulitan karena saat ini ia mengandung tujuh bulan' Batin Sasuke membenarkan ucapan Matsuri.

Sasuke yang tahu diri dan sadarpun membantu menaikkan Sato ke atas ranjang Rei. "Terimakasih, Tuan--" Ucapan Matsuri menggantung begitu saja karena bingung menyebut nama Sasuke dengn apa. "Panggil aku Sasuke." Sasuke memperkenalkan dirinya secara tidak langsung kepada Matsuri.

"Aa.. Baiklah. Terimakasih Sasuke-san.."

•••

BACK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang