Sakura baru saja selesai melakukana operasi dan sekarang ia menuju ke ruangan Rei.
Saat tinggal beberapa langkah sampai di depan pintu ruangan Rei, ia melihat Matsuri, Sato dan... Sasuke yang berada di depan pintu. Mereka berbincang sebentar sebelum Matsuri dan Sato pergi menjauhi ruangan Rei.
Jujur saja semenjak tiga minggu yang lalu, sejak Sasuke pertama kali datang ke apartemennya membuatnys sedikit takut. Takut jika Sasuke mengambil Rei darinya, memang Sakura sedikut berlebihan tapi melihat respon Sasuke dan keluarganya terhadap kehadiran Rei membuatnya semakin takut setiap detiknya.
Setelah melihat Sasuke masuk kembali, Sakura perlahan melangkah menuju tujuan awalnya. Melihat keadaan Rei.
"Rei-kun.. Mama ada kabar baik untukmu!" Ucap Sakura setelah selesai menutup pintu ruangan itu.
Sakura melirik Sasuke sejenak yang terlihat tertarik dengan kabar yang dibawa Sakura. "Apa itu, Ma?" Ucap Rei dengan antusias juga.
"Besok kau sudah boleh pulang. Tadi dokter Kankurou bilang pada Mama." Senyum Sakura terus mengembang mengingat dokter Kankurou berkata Rei bisa pulang besok.
Menurut dokter Kankuro kondisi Rei semakin membaik dan ia bisa pulang besok siang.
"Nah... Jika besok Rei sudah boleh pulang, sekarang Rei cepat tidur." Perintah Sasuke yang merebahkan Rei dan menyelimutinya sebatas dagu.
"Tapi Papa, tidak akan pergi kan?"
"Tidak, Rei. Tidak akan. Jadi cepat tidur." Setelahnya Sasuke melirik Sakura dan memintanya untuk mengikuti Sasuke melalui tatapan mata Sasuke.
Sakura mendesah pasrah dan duduk di salah satu bangku kantin rumah sakit. Suasana canggung kembali tercipta dengan salah satu yang tidak mau mengalah dan tetap pada pendirian mereka masing-masing.
"Sakura..." Sasuke membuka percakapan setelah suasana hening diantara mereka berlalu sepuluh menit lamanya. Bukannya tidak ada topik pembhsan, hanya saja mereka terlalu malu dan gengsi untuk memulainya.
"Ya?" Sakura hanya menjawab singkat panggilan Sasuke.
"Aku ingin minta persetujuanmu tentang--" Ucapan Sasuke terpotong dengan kalimat Sakura yang mulai meninggi.
"Tentang apa? Kau ingin aku menikah denganmu sebagai penebusan rasa bersalahmu pada Rei, iya?!" Ucap Sakura dengan nada tinggi dan penuh penekanan.
"Jangan mimpi, Sas. Bahkan aku tidak akan sudi menikah denganmu setelah semua yang kau lakukan teradapku dan Rei. Tidak akan pernah." Sakura mulai kehilangan kendalinya. Sasuke kemudian bangkit dan memeluknya.
"Ya aku tahu, kau tidak akan mau menikah denganmu bahkan jika Rei yang memintanya. Aku hanya ingin membawa Rei pulang ke Mansion Uchiha. Aku ingin menjaganya.. " Sasuke mengatakan yang sebenarnya. Sasuke tidak bohong.
"... Dan juga aku sudah tahu, dari direktur rumah sakit ini. Yukata-sama bahwa kau terpilih untuk menjadi ketua tim relawan rumah sakit untuk di kirim ke Myanmar selama delapan bulan dan berangkat minggu depan..."
"Kau tidak mungkin bisa menolak. Dan juga kau tidak mungkin membawa serta Rei... Kau juga tidak mungkin menitipkannya pada Gaara atau siapa itu, karena istrinya sendiri akan melahirkan..." Sasuke berucap panjang lebar sambil terus mengecupi puncak kepala Sakura.
"Jadi... Satu-satunya pilihan adalah biarkan dia bersmaku, aku janji dia akan baik-baik saja. Biarkan aku menebus kesalahanku pada Rei selama ini. Kumohon, Sakura." Sakura terisak dan terus terisak di dalam dekapan Sasuke. Ia bingung, jujur ia masih mencintai lelaki ini, bahagia karena Rei bertemu ayahnya dan senang karena Sasuke begitu menyesal. Tapi kabut benci dan dendam menutupi semua itu karena perkataan Sasuke lima tahun yang lalu, yang masih sangat segar di kepalanya.
"Biarkan aku berpikir sampai besok pagi." Sakura berucap dingin meski suaranya serak. Ia melepaskan pelukan Sasuke dan berlalu begitu saja. Sementara Sasuke hanya tersenyum lirih melihat kepergian Sakura.
•••
Sakura duduk di samping ranjang rawat Rei. Menggenggam tangan anak lelakinya itu dan sesekali menguspnya dengan ibu jarinya.
Sakura bingung dengan apa yang akan ia jelaskan pada Rei besok pagi. Menyerahkan Rei pada Sasuke dan ia pergi ke Myanmar rasanya terlihat seperti Sakura yang membuang Rei. Tapi itu juga yang terbaik mengingat ia tidak bisa membawa Rei ke Myanmar. Memikirkan hal itu membuat kepala Sakura berat dan akhirnya ia terbang ke alam mimpi.
...
Sasuke duduk termenung di sebuah restoran cepat saji di dekat rumah sakit terbesar di Suna tersebut jalanan yang sepi ditambah ia menunggu teman bodohnya itu datang membuat jalanan yang sepi menjadi atensi terbaik baginya saat ini.
"Teme... " Naruto memanggilnya. Dia datang kemari seorang diri, tanpa pengawal tanpa anak maupun istrinya. Naruto paham jika Sasuke memohon padanya itu berarti masalah Sasuke berat. Sangat berat.
"Hn. Kau sudah sampai, Dobe." Naruto mendengus sebelum akhirnya ia duduk di hadapan teman satu angkatannya di kampus dulu.
"Ada apa? Sasuke?" Naruto bertanya to the point pada Sasuke.
"Apa aku berlebihan jika memisahkan anak dengan ibunya, Naruto?" Sasuke bermonolog pada Naruto.
"Aku takut dia akan semakin membenciku jika aku melakukan ini..." Sasuke melanjutkan monolognya.
"Bicara yang jelas, Sasuke!" Naruto mencengkeram kerah baju Sasuke. Dan Sasuke hanya menepis kasar tangan Naruto.
"Aku... Aku meminta kepada Sakura agar Rei tinggal bersamaku... Apa itu salah?" Sasuke bertanya pada Naruto yang duduk di depannya.
"Iya kau salah. Dasar baka! Bahkan jika aku harus mati, aku tidak akan membikarkan Boruto meninggalkan Hinata. Lebih baik aku yang menderita daripada melihat anakku menderita!" Naruto mendesis pada Sasuke.
"Apa bisa seperti itu? Bahkan Sakura sendiri akan pergi meninggalkan Rei, anakku!" Sasuke berteriak tertahan kepada Naruto.
"Tu-tunggu Sakura-chan? Akan pergi meninggalkan Rei?" Naruto tergagap dengan pernyataan Sasuke. "Hn." Sasuke hanya bergumam ambigu menjawab pertanyaan Naruto.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK [COMPLETE]
FanfictionFIRST STORY Kuharap aku masih memiliki kesempatan untuk kembali padamu, Sakura. Uchiha Sasuke Desclaimer: Mashashi Kishimoto #414 In Fan Fiction 9/11 2017