-2-

11.2K 756 1
                                    

Disinilah Sasuke, di lobi rumah sakit Suna yang Naruto maksud, bukannya Sasuke peduli, hanya saja ia ingin membuktikan bahwa Sakura benar di Suna.

Membayngkan gadis itu mengenakan jas rumah sakit dan berlarian menolong pasien membuat Sasuke tersenyum kecil, ia mengingat Sakura dulu yang begitu ingin segera lulus kuliah kedokterannya dan bekerja.

Sasuke yang hanya duduk di kursi tunggu depan UGD sambil melamun membuat pria itu sedikit banyak menjadi pusat perhatian para pengunjung maupun para medis disini.  Sasuke yang terus melamun dan mengingat Sakura akhirnya harus terhenti dan tertarik kembali pada kenyataan saat suster yang melintas menyapanya. "Tuan, ada yang bisa kami bantu?" Tanya suster itu dengan halus.

"Aa. Tidak ada-- Oh ya, Sus. Apa kau mengenal dokter Sakura?" Tanya Sasuke hati-hati kepada suster itu.

"Ah dokter Sakura... Maksud anda dokter Haruno?" Sasuke hanya mengangguk menimpali jawaban suster itu.

"Dia sedang tidak ada praktik hari ini, apa anda ada perlu dengannya? Jika iya, besok silahkan kembali lagi pukul sebelas siang..." Suster tersebut menjelaskan kepada Sasuke yang hanya disahuti dehaman seperti biasa.

"Kalau begitu saya pergi dulu, Tuan. Selamat sore." Sasuke hanya mengangguk dan membiarkan perawat itu pergi. Pikirannya menjadi campur aduk, perjalanan tiga jam dari Konoha ke Suna rasanya menjadi sia-sia saja karena Sakura tidak ada di rumah sakit.

Sasuke keluar dari rumah sakit dan berjalan menuju kafe dekat rumah sakit, mungkin dengan secangkir kopi bisa menenangkan hatinya.

•••

Sakura dan Gaara menatap dua bocah laki-laki yang tengah asyik bermain itu dengan pandangan yang berbeda, Sakura dengan tatapan sendunya dan Gaara dengan tatapan kagum kepada Rei yang begitu riang meski pergerakannya terbatas.

"Gaara-sama..." Sakura memanggil Gaar setelah berdehem kecil membebaskan tenggorokannya yang penuh.

Gaara berdecak mendengar panggilan Sakura untuknya. "Cukup panggi aku Gaara, Sakura. Sudah berapa kali aku bilang padamu?" Ia benci jika orang-orang yang deat dengannya memanggilnya dengan sebutan-- yang bagi Gaara-- aneg itu.

"Maaf..." Sakura menunduk, ia hanya merasa Gaara sangat berjasa dalam hidupnya. Gaara, pria itu bersama istrinya yang membantu membawa Sakura ke rumah sakit saat akan melahirkan Rei, putranya.

"Gaara--" Lagi, Sakura memanggil Gaara, dan Gaarapun menoleh ke arah Sakura sambil tersenyum.

"Kemarin Rei-kun kembali bertanya tentang ayahnya... Dan aku takut Rei akan membenciku karena membohonginya selama ini.." Sakura mulai terisak dan menutupi wajahnya. Gaara tahu yang dimaksud ayah oleh Sakura disini adalah Sasuke, kekasih Sakura yang membuangnya karena tidak percaya dengan Sakura bahwa ia mengandung anak Sasuke.

"Jangan takut, suatu saat pasti anak itu akan mengerti kenapa kau menutupi identitas ayahnya.." Gaara menepuk-nepuk bahu Sakura dan sesekeali mengusapnya untuk menenangkan Wanita itu.

"Kau tahu, Sakura? Kadang kebenaran tidak untuk diungkapkan tapi hanya untuk disimpan dan dijadikan kenangan." Ini yang Sakura sukai dari Gaara, suami Matsuri ini menurutnya sangat dewasa dan pengertian hingga membuatnya tenang dan bangkit saat ia merasa terpuruk. Ia selalu berangan bahwa Sasuke adalah sosok yang dewasa seperti Gaara.

•••

Disinilah Sasuke, di sudut kafe dekat jendela yang mengarah ke luar dengan secangkir kopi hitam pahitnya yang menjadi favorit Sasuke.

Ia termenung apa yang harus ia lakukan saat ini, apa ia harus pulang ke Konoha dan kembali lagi besok pagi ke Suna? Oh ayolah Konoha dan Suna tidak sedekat itu... Hingga akhirnya Sasuke memutuskan untuk menginap malam ini di hotel Suna.

•••

"Kakashi, cari tahu semua informasi tentang Sakura selama lima tahun terakhir." Klik. Suara panggilan yang diakhiri merupakan tanda mutlak untuk Kakashi-- pria aneh yang cerdas itu-- dari atasannya Uchiha Sasuke.

"Ha'i Uchiha-sama..." Kakashi hanya menghela napas kasar setelah panggilan itu diakhiri. Memang ia tak perlu bergerak sendiri, ia hanya erlu mengerahkan lagi anak buahnya untuk mencari itu lalu menyerahkannya kepada Sasuke.

•••

Sasuke berbaring di ranjang hotel ini dengan menatap langit-langit kamarnya menggunakan lengannya sebagai alas. Ia terus menggumamkan kata-kata yang sama, "Sakura.. Sakura.. Sakura.." selama tiga puluh menit terakhir.

Apa yang ia harapkan jika bertemu Sakura?

Apa yang ia inginkan dari wanita itu?

Kekalutan itu terinterupsi dengan suara notifikasi ponsel miliknya, ia melihatnya dan langsung terduduk saat mengetahui Kakashi mengirimkan email padanya.

•••

Pagi ini Sakura jalgani seperti biasa sebelum dirinya berangakat ke rumah sakut bersama Rei, untunglah hari ini ia masuk siang, sehingga ia dapat menyiapkan keperluan Rei dan bersantai sejenak.

Setelah menyiapkan sarapan, Sakura bergegas menuju kamar anak itu dan membangunkannya. "Rei-kun ayo bangun sayang kita sarapan, lalu mandi ya.." Sakura berucap halus sambil mengusak kepala Rei dengan sayang dan sesekali menepuk pipi anak lelakinya dengan halus.

Pelan namun pasti, Rei membuka matanya dan saat mata itu terbuka sepenuhnya ia berteriak serak khas orang bangun tidur, "Selamat pagi, Mama! Rei sayang Mama!" Sakura tersenyum simpul dan memeluk Rei erat. Mendengar Kalimat itu, kalimat yang membuat hati Sakura semakin kuat setiap harinya. Kalimat yang menyadarkan Sakura bahwa ia harus terus hidup demi malaikat kecilnya. Haruno Rei.

Setelah mendudukkan Rei di kursi meja makan, mereka sarapan dengan hangat yang dipenuhi cerita Rei tentang Sato dan Paman Gaara.

Rei terus berceloteh hingga suara bel apartemen mereka berbunyi. 'Siapa yang bertamu sepagi ini?' Sakura membatin kesal dan beranjak menuju pintu. "Sebentar!!-- Rei-kun tunggu sebentar ya."

•••

BACK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang