▶35

1.3K 256 33
                                    

Rosè paling benci ruangan ini.

Ruangan penghakiman, dimana semua masalah yang ada harus diselesaikan.

Ruangan ini cuma suatu ruang dimana ada satu meja panjang dengan kursi di sekelilingnya. Disini, para orang dewasa biasanya membahas sesuatu yang dianggap masalah dan diselesaikan sampai tuntas.

Dulu, waktu mereka masih kecil, ruangan ini dipakai sebagai ruang penghakiman untuk kalian yang nakal dan pembuat masalah. Eyang akan menasihati kalian dan memberi banyak wejangan dengan kurun waktu minimal 1 jam, baru deh kalian bisa keluar dari ruangan itu dengan selamat.

Dulu, Chanyeol sama June paling sering masuk ruangan itu. Kalau Rosè sih amit-amit aja. Jangankan mau masuk, lihat dari luar aja Rosè sudah malas.

Tapi sekarang keadaannya berbeda. Rosè malah duduk disana dengan June. Jangan lupa dengan eyang, orang tua June, dan orang tua Rosè yang siap menjadi jaksa, hakim, dan pengacara dadakan untuk mereka.

Ruangan itu gelap, membuat Rosè semakin dibuat mencekam.

"Gue udah sering diginiin. Jadi kalo lo takut, pegang aja tangan gue. Oke?" Itu bisik June sebelum masuk ruangan.

Dan Rosè memang setakut itu, sampai dia gak sadar kalau tangannya dan tangan June sudah bertautan di bawah meja.

"Kalian tau kalau jantung eyang sudah lemah kan? Terus maksud kalian bercanda seperti tadi itu apa?" Eyang membuka pembicaraan.

"June udah bilang kalau June serius kan eyang?" Jawab June.

Mama June langsung melotot dan mengode anaknya itu supaya diam saja dan gak membantah eyang. Tapi namanya juga June, dia sih merasa young and free.

"Jadi kalian serius berpacaran?" Tanya eyang.

June mengangguk pasti, sementara Rosè cuma bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Apa kalian juga tau kalau anak-anak kalian berpacaran?" Eyang ganti bertanya ke orang tua June dan Rosè.

Orang tua mereka otomatis menggeleng. "Kami tidak tau, bu. Setau kami, mereka memang baikkan," jawab mama June.

Mau gimana pun, mama June memang lebih sering interaksi dengan June dan Rosè daripada yang lainnya.

Eyang mengambil nafas. "Berbaikan tidak harus berpacaran. Kalian tau kan?"

"Tadinya June juga mikir gitu, eyang. Tapi tiba-tiba June suka sama Rosè, gimana dong?" Jawab June lagi.

Eyang beralih ke Rosè. "Rosè, eyang mau dengar penjelasan kamu."

Rosè mulai mengangkat kepalanya. "Maaf eyang, aku sama June memang pacaran."

Orang tua mereka tambah shock.

"Sudah berapa lama?" Tanya eyang yang kelihatan banget kalau sedang menahan marah.

"Baru satu hari kok, eyang. Serius! Rosè gak pernah mau kalau June ajak pacaran, terus baru kemarin deh setelah June paksa-paksa in Rosè akhirnya mau," jelas June.

"June!" Tegur papa June.

June langsung diam.

"Rosè, kamu serius nak?" Tanya ayah Rosè.

Rosè mengangguk pasrah. "Rosè gak bohong, ayah."

Eyang menghembuskan nafasnya. "Eyang selalu berfikir kalau June itu masih bisa dimaklumi. Walau dia nakal, eyang yakin kalau dia pasti akan cari pasangan yang baik untuk dirinya sendiri," kata eyang. "Tapi, eyang gak pernah menyangka kalau orangnya adalah Rosè, sepupunya," lanjut eyang.

"Maaf eyang," kata Rosè pelan.

June angkat bicara, "Cinta emang gak bisa ketebak, eyang. Apa June juga nyangka kalau ujung-ujungnya June malah pacaran sama sepupu June sendiri?"

"Tapi cinta sama sepupu kamu sendiri, itu gak masuk akal June," sanggah mama June.

June tersenyum miring. "Sekarang ini, aku lagi berdoa semoga aja Rosè sama aku itu gak bener-bener sepupuan. Entah itu aku yang anak pungut, atau mama yang bukan anak kandung eyang, apapun itu sekarang aku lagi berharap."

Papa June langsung memberikan pandangan galaknya ke June, begitu juga mamanya.

"Sayangnya itu cuma harapan kamu, June," jawab eyang. "Ayahmu itu anak kandung eyang, begitu juga kamu yang adalah anak kandung dari ayahmu."

Rosè mau angkat bicara, tapi June melarangnya. June malah bicara lagi, "Yaudah kalau gitu, June aja yang dihapus dari silsilah keluarga besar eyang dan dari kk, biar kalian bisa ngerestuin aku sama Rosè," kata June dengan gampangnya.

Rosè langsung menginjak kaki June dengan keras. "June!"

"Walau begitu, kalian tetap punya hubungan darah," kata eyang. "Hubungan darah dalam suatu ikatan itu tidak boleh," lanjut eyang.

June akhirnya cuma bisa menundukkan kepalanya. Tangannya semakin erat menggenggam tangan Rosè.

Dia gak mau pisah dari Rosè.

Hello, dia bahkan baru satu hari resmi pacaran sama Rosè. Masa iya udah pisah aja?

"Kalian punya solusi untuk dua anak ini?" Tanya eyang ke orang tua Rosè dan June.

Orang tua mereka hanya bisa menggeleng. Menyerahkan semua keputusan ke tangan eyang.

"Karena orang tua kalian juga bingung harus berbuat apa, eyang yang akan putuskan," kata eyang tegas.

Rosè dan June semakin menunduk. Mereka berdua sudah tidak sanggup lagi melihat kedepan.

"Eyang tidak akan pernah menghapus nama kalian dari silsilah keluarga besar, tapi eyang beri kalian kesempatan dan pilihan," kata eyang.

Rosè menjawab ragu. "A-apa eyang?"

"Rosè yang pergi, atau June yang pergi?" Tanya eyang.

Rosè dan June langsung mengangkat kepalanya. "Maksud eyang?" Tanya June.

"Kalian tidak boleh bersama, itu demi perasaan kalian. Jadi, siapa yang mau pergi?" Tawar eyang.

June menghembuskan nafas. Gimanapun, dia gak mau pisah dengan Rosè.

"Eyang, kita gak---"

"Aku aja yang pergi, eyang," kata Rosè dengan mantap, memotong kata-kata yang baru akan June ucapkan.

June langsung menoleh ke arah Rosè, begitu juga kedua orang tua mereka dan juga eyang.

"Siapa?" Tanya eyang memastikan.

Rosè mengangguk dengan sorot mata serius, membuat June gak bisa berkata-kata lagi. "Aku eyang. Aku aja yang pergi, biarin June disini."

Rosè perlahan melepaskan genggaman tangan June. Cewek itu menoleh ke arah June dan bergumam maaf tanpa suara, membuat June tiba-tiba merasa lemas dan gak bisa ngapa-ngapain.

"Kamu serius, nak?" Tanya mama Rosè.

Rosè mengangguk sembari tersenyum. "Serius, mama. Gak apa-apa, toh Rosè disini juga masih sebentar. June kan udah lama disini, jadi biar Rosè aja yang pergi."

Eyang mengangguk. "Baiklah. Besok eyang akan suruh Yugyeom dan orang tua kamu untuk mengurus masalah kepindahanmu," kata eyang.

Setelah itu, eyang dan kedua orang tua Rosè serta June langsung berdiri meninggalkan Rosè dan June di ruangan dengan pandangan kecewa.

Rosè baru mau berbicara dengan June. Tapi, June juga langsung berdiri dan pergi, meninggalkan Rosè sendirian di ruangan itu dengan sorot mata kecewa.

Dan Rosè gak pernah merasa sekecewa itu terhadap dirinya sendiri.

🌠🌠🌠

    





    

Lover ✔ Junhoe; RosèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang