Lover ✔ Junhoe; Rosè

▶28

"Angkat kepalanya princess, nanti mahkotanya jatuh," kaget Yugyeom.

Rosè kaget waktu Yugyeom tiba-tiba berkata sambil mengambil duduk disebelahnya.

Gak tau juga sih kenapa Yugyeom gak duduk di bangku kantin depannya aja yang jelas-jelas kosong.

"Gue beberapa hari ini liat lo selalu nunduk. Emang ada apa sih dibawah sana?"

Rosè menggeleng. "Gak ada apa-apa."

"Sorry baru sempet nanyain. Setiap gue mau nanyain selalu lupa soalnya."

"Gapapa ih, Yug."

Yugyeom membukakan kaleng soda yang memang sengaja dia bawa dan meletakannya di depan Rosè. "Gapapa  itu artinya kenapa-napa. Dan kalo lo gak cerita, gue gak bakal tau sebenernya lo itu kenapa."

Rosè menarik nafas. Yah percuma memang sih kalau mau kelihatan gak apa-apa di depan Yugyeom yang jelas mengenal dia hampir sepuluh tahun atau mungkin lebih? Ah dia juga lupa.

"Lagi galau gara-gara Jaehyun sama Yeri?" Tebak Yugyeom.

"Bukan. Gue udah anggap masalah itu selesai. Ya walau separuh dari hati gue tetep aja bilang kalau gue masih jatuh terlalu dalam ke seorang Jaehyun," jawab Rosè sambil tersenyum samar. Senyum miris.

Yugyeom menopangkan kepalanya dengan tangan. "Terus? Uang jajan lo kurang?"

"Bukan juga, Yug."

"Ya terus? Masalah keluarga? Ayah lo drop lagi ya?"

Rosè menggeleng. Dia ikut menopangkan tangannya, tapi dengan arah menghadap ke Yugyeom. "Kepo banget ya, Yug?"

Yugyeom mendorong dahi Rosè. "Iyalah!"

"Masalah keluarga mungkin iya. Tapi urusan ayah sih bukan," jawabnya sambil cemberut.

"June ya?" Tebak Yugyeom akhirnya.

Jujur aja, Yugyeom sudah mau mengatakan nama June sejak pertama. Tapi, Yugyeom coba tes dulu dengan nama lainnya. Soalnya Yugyeom mencoba menepis semua kemungkinan yang dia simpulkan sendiri.

Yugyeom masih gak siap kalau tiba-tiba dapet kabar Rosè sama June jadian atau apapun itu. Ya, karena Yugyeom gak tega ngelihat dua sahabatnya sama-sama sakit hati nantinya.

"He has a girlfriend."

Yugyeom menaikkan alisnya. "Sumpah? Ehh gatau deh. Setau gue memang pernah ada kabar katanya dia jadian sama adik tingkat. Tapi itu udah sekitar setengah tahun lebih. Emang mereka belum putus?"

"Gue gak tau dan gak mau tau, sejujurnya."

"Tapi?"

Rosè menaikkan alisnya. "Tapi?"

"Iya. Tapi? Kalimat lo terlalu menggantung buat jadi penutup."

Rosè akhirnya menelungkupkan kepalanya. "Tapi kenapa hati nurani gue terus-terusan kepo begini?"

Yugyeom terkekeh sedikit karena Rosè yang tingkahnya terlalu gemesin. Dia akhirnya mengangkat kepala Rosè. "Jangan galau ah."

Rosè menekuk wajahnya. "Gak galau!"

"Lo boleh pukul gue kalo menurut lo kata-kata gue keterlaluan. Tapi, dengerin sampe selesai oke?" Tanya Yugyeom.

Rosè cuma mendengarkan.

"Gue gak pernah mau kalau kesimpulan gue ini benar. Tapi, gue pikir lo juga mulai suka sama June. Iya? Oke, bahkan saat lo masih sama Jaehyun, lo sebenernya udah mulai sadar sesuatu. Tentang perasaan lo sendiri. Dan ini makin kejadian ketika Jaehyun yang tiba-tiba jadi cowok brengsek.

Lo pasti coba lupain Jaehyun. June juga pasti nawarin bantuan ke lo juga kan? Dan dari situ lo mulai berpikir untuk mencoba. Tapi, disaat lo mulai coba, June malah punya pacar. Lo pasti jengkel. Iya?"

Rosé diam. Rasanya, dia mau membenarkan semua spekulasi Yugyeom barusan. Semuanya.

         
          

🌠

       
      

"Ros, kita perlu bicara."

"Ya udah ngomong aja."

"Gak sekarang, Ino. Nanti, setelah selesai makan."

Rosè langsung berhenti mengunyah.

Ino.

Mungkin kalau Yugyeom yang memanggil, Rosè gak akan berfikir lagi. Toh Yugyeom masih memanggil dia Ino sampai sekarang.

Tapi ini June.

June yang dari kecil pun manggil dia Rosè.

Pernah sekali June manggil dia Ino. Dan itu waktu June benar-benar memohon ke Rosè supaya cewek itu mau menyusunkan lego supaya membentuk sebuah pesawat.

Dan Rosè langsung luluh.

"Ros? Buruan dimakan," kata June menyadarkan dia.

Akhirnya, Rosè melanjutkan kegiatan yang barusan tertunda gara-gara kenangan masa kecil yang tiba-tiba muncul.

     
     

🌠

      
       

"Gue gak inget apakah gue punya pacar. Oke?"

"Terus?"

"Jadi, anggap aja Dahyun itu bukan apa-apa. Lo harus berhenti ngediemin gue, Ros. Ini udah hampir dua minggu. Oke?"

Rosè memicingkan matanya. "Gak bisa gitu dong. Dahyun juga perempuan. Apa lo gak mikir, gimana perasaan dia kalo gak lo anggap?"

"Dia pasti paham--"

"Gimana rasanya gue diemin?"

"Gak enak."

"Nah. Dahyun juga pasti ngerasa gak enak."

June mendengus. "Lagian gue ngilang enam bulan aja baru dia cariin sekarang. Maksudnya apa?"

"Yang penting ada usaha, June. Dia mau nyariin lo lagi aja udah bagus."

"Tapi Ros, kan aneh. Enam bulan ini dia kemana aja woy?"

"Ya kamu harusnya bersyukur karena dia mau nyariin! Bukannya malah ditinggalin!"

June melongo. Kamu. Yaampun, kenapa jantungnya malah jadi deg-degan gak karuan begini?

"Kamu tega ninggalin Dahyun? Dahyun itu udah pas banget buat kamu. Dia ceria, bisa lah ngebuat orang senyebelin lo jadi lebih berwarna. Dia keliatan polos dan tulus banget waktu muji gue. Masih tega?" Kata Rosè dengan nada yang sudah meninggi.

"Ros, gue--"

"Kalo kamu tega ninggalin Dahyun. Aku juga pergi ninggalin kamu," potong Rosè cepat.

"Ros, aku jelasin dulu oke?"

June gemeteran sendiri. Kenapa dia ikutan ngomong pake aku-kamu sih????

"Dan kenapa lo harus jelasin itu ke gue?"

June langsung mingkem.

Gimana sih ini maksudnya? Kenapa keadaannya makin muter-muter begini?

"June, aku gak suka cowok brengsek. Jadi baik-baik sama Dahyun. Kamu boleh putus sama dia, asal alasan kamu jelas dan masuk akal. Kalo kamu ninggalin Dahyun cuma demi aku, sorry aja, kamu gak jauh beda sama Jaehyun," kata Rosè final.

Cewek itu akhirnya meninggalkan sofa dan berjalan ke kamarnya lalu menguncinya.

🌠🌠🌠