▶37

2.5K 269 54
                                    

Dulu, ayunan yang ada di belakang rumah eyang mungkin gak punya arti apa-apa kecuali memori tentang masa kecil yang banyak dihabiskan disana.

Ayunan itu sekarang sudah kelihatan kusam dan rapuh, tapi masih kuat kalau untuk diduduki.

"Time flies," Rosè membuka percakapan.

Sore ini, dia duduk di ayunan bersama Yugyeom dan juga June.

Yugyeom dengan sukarela menawarkan diri buat ada disana sebagai perijinan. Soalnya kalau cuma Rosè dan June, kayaknya gak akan boleh.

Alasannya jelas karena satu keluarga gak mau perasaan Rosè dan June semakin berlarut-larut.

"Entah kita yang tambah tua atau memang ayunannya yang gak berubah," sahut June.

"Kita yang berubah sekaligus tambah tua," kata Rosè.

Yugyeom memilih untuk diam aja sore ini. Dia tau kalau bahkan dia seharusnya gak ada disini. Tapi tanpa dia, Rosè dan June juga gak akan bisa bertemu.

Waktu pertemuan June dan Rosè benar-benar dibatasi. Mereka udah kayak dipingit, padahal gak dipingit sama sekali.

"Lo marah sama gue kan?" Tanya Rosè ke June.

June melirik sekilas ke arah Rosè. "Enggak."

"Bohong," protes Rosè.

June menghela nafas. "Gue kecewa."

June lantas berdiri. Berjalan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Yugyeom dan Rosè yang masih duduk di ayunan.

Yugyeom menatap Rosè. Lama. Dia jadi merasa gak tega sendiri.

"It's okay. Lo gak perlu terus menyalahkan diri lo sendiri buat kejadian ini, Ino," kata Yugyeom.

"Kenapa ya gue tuh kayaknya sial banget? Giliran dapet Jaehyun, ternyata orangnya brengsek. Giliran suka sama June, eh dia sepupu gue. Kenapa ya?"

Yugyeom gak menjawab, karena kata-kata Rosè barusan adalah pertanyaan yang gak wajib dijawab.

Keadaan hening sampai tiba-tiba June kembali lagi dari dalam dan mulai duduk di tempatnya semula.

Rosè bingung karena June dari dateng nyembunyiin tangannya di belakang badannya, membuat Rosè jadi penasaran kira-kira June bawa apaan.

"Lo ngumpetin apaan deh, June?" Rosè memiringkan badannya ke kanan dan kiri, tapi June juga ikut memiringkan badannya.

"Diem dulu dong," kata June.

Rosè akhirnya diem.

June lalu segera mengeluarkan sesuatu dari belakang badannya.

"Bunga?"

"Lebih dari bunga. This is buckwheat flowers," kata June.

Rosè menaikkan alisnya. "What does buckwheat flowers mean?"

"Lover."

"But---"

"Gapapa. Gue cuma mau lo simpen bunga itu. Gimanapun, lo itu sepupu sekaligus pacar gue."

"Gabisa gitu dong."

"Memang gabisa. Jadi gue harap di kehidupan kita yang selanjutnya, lo dan gue dipertemukan dalam satu takdir, bukan sebagai sepupu tapi sebagai kekasih," ujar June dengan senyum miris.

Senyum miris June langsung terganti dengan senyum yang benar-benar tulus sesaat kemudian. "Sometimes isn't the butterfly on your stomach telling that your inlove. Sometimes it's pain," ucap June.

Lover ✔ Junhoe; RosèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang