Lover ✔ Junhoe; Rosè

▶10

June lagi santai-santai di depan rumahnya sore ini. Setelah tadi pagi bantuin si bapak angkatnya buat ke sawah dan siangnya ngasih makan sapi peliharaan bapaknya, June sama Eunwoo akhirnya bisa santai.

"June, mandi dulu lo. Lo belum mandi dari kemarin sore kan?" Kata Eunwoo yang barusan keluar. Rambutnya basah dan ada aroma mint yang samar, bisa dipastikan kalau Eunwoo baru saja selesai mandi.

"Airnya dingin gak?"

"Gak usah manja. Air dingin doang gak bakal ngebuat lo mati elah," jawab Eunwoo malas. Dia lantas melemparkan handuk kepada June. "Buruan!" Tegasnya.

June menuruti perkataan Eunwoo. Lagipula, badannya udah kerasa lengket dan bau.

Sembari menunggu June yang lagi mandi, Eunwoo main ke rumah sebelah. Kebetulan banget, rumah yang dia tempatin sama rumahnya Rosè dan Jaehyun itu berjejer. Jadi deket. Rumahnya Rosè sama Eunha di tengah.

"Eunha," panggil Eunwoo begitu melihat Eunha ada di luar.

Eunha langsung melambai sambil senyum. "Halo, Woo! Widih, udah cakep. Habis mandi?"

Eunwoo mengangguk sambil tersenyum. Dia lantas duduk di depan Eunha yang kayaknya lagi olahraga sore. "Iyanih. Sendirian aja diluar?"

"Tadi ditemenin Jaehyun sih. Tapi, dia pamit mandi," kata Eunha. "Rosè lagi nemenin bapak nyari kayu bakar sama air."

"Lo gak ikut?"

"Gak. Tugas gue sih di rumah, bantuin ibu. Eh, tapi masaknya udah selesai. Jadi, gue olahraga bentar di luar sambil nungguin Rosè," jawab Eunha.

Eunwoo mengangguk tanda mengerti. Dia lantas mengobrol dengan Eunha. Jiho dan Chaeyeon yang kebetulan sedang jalan sore juga ikut mengobrol ketika tidak sengaja lewat. Begitupun dengan Dokyeom sama Bambam.

Mereka semua menikmati udara dan suasana sore hari di kota baru.

🌠
       
    

"Maksud bapak, Rosè hilang di hutan?" Kata Eunha tak percaya begitu mendengar cerita bapak angkatnya.

Barusan, bapak angkatnya pulang sendirian. Ketika ditanyai, si bapak mengaku kalau kehilangan Rosè waktu berpencar buat nyari ranting kering.

"Iya, Nak. Maafin bapak ya. Tadi udah bapak cari, tapi kayaknya temen kamu masuk ke dalam hutan," jawab sang bapak dengan takut-takut.

Eunha panik banget aslinya, tapi dia kelihatan kalem aja dan bersikap biasa aja supaya orang tua angkatnya gak panik dan merasa bersalah. "Gak apa-apa, Pak. Rosè pasti ketemu kok. Saya ijin keluar dulu ya, Pak. Mau ngasih tau temen yang lain," kata Eunha.

"Tapi udah hampir malam. Jangan masuk hutan. Berbahaya," kata si ibu memperingati.

"Demi teman, kami rela kok masuk hutan malam-malam. Asalkan teman kami bisa ketemu," kata Eunha mencoba menenangkan.

Bapak masih kelihatan bersalah banget. Beliau lantas menepuk bahu Eunha, "Maafin bapak ya, gak bisa jagain teman kamu. Bapak juga mau minta bantuan warga biar teman kamu secepatnya ditemukan."

Eunha mengangguk. Dia lantas pamit untuk pergi sebentar bertemu dengan temannya yang lain.

🌠
   
   

Kebayang gak sih gimana paniknya teman yang lain waktu tau Rosè hilang? Eunha aja sampai hampir menangis waktu cerita karena dia juga merasa bersalah banget.

Dengan tegas, Jaehyun sama Eunwoo dan juga Mingyu langsung atur strategi buat nemuin Rosè malam ini juga. Cewek-cewek mereka suruh buat cari di sekitar desa aja, soalnya udah malam. Sedangkan cowok-cowok mau gak mau harus masuk hutan.

Dengan modal penerangan dan beberapa benda keras, mereka mulai berpencar di hutan. Warga kampung juga sudah disebar supaya Rosè bisa cepat ditemukan.

June diam saja semenjak Eunha cerita. Dia nge-blank. Gak tau apa yang harus dia lakukan, dan cuma asal jalan aja masuk hutan begitu mereka disuruh berpencar.

"Ros?" Kata June pelan. Merasa kurang keras, June akhirnya teriak, "ROS!!!"

June mulai masuk ke dalam hutan dan mencoba menyoroti semua semak-semak tinggi dan pohon-pohon disana. Siapa tau Rosè lagi duduk di dekat-dekat tempat itu kan?

"ROS!" teriak June lagi.

Sudah cukup lama dia jalan dan dia bahkan gak tau dimana dia sekarang.

"Ros!" Teriak June gak sekeras awal-awal. Suaranya udah cukup serak buat teriak dan dia juga udah lumayan capek jalan.

"June?"

June langsung melihat kanan-kiri begitu ada suara orang bergumam. "Ros? Rose??" Teriak June lagi.

"June!!! Gue disini!" Teriak Rosè sambil menggoyang-goyangkan ilalang di dekatnya.

June buru-buru nyamperin Rosè. Dia mendapati Rosè yang sedang duduk sambil memegang kakinya. "Rosè?"

"Kirain gue bakal disini sampe mati," kata Rosè sambil tersenyum miris.

"Lo tuh ngapain duduk disini? Pulang, udah malem," kata June sambil berjongkok. "Kaki lo kenapa? Sakit?"

Rosè mengangguk. "Iya. Tadi jatuh waktu gue mau ambil kayu," jawabnya.

"Lo tuh jaga diri yang bener makanya!" Bentak June. "Udah gede jaga diri aja masih gak bener. Tau gak sih kalo gue khawatir?"

Rosè kaget. Antara takut karena June bentak-bentak dia, sama seneng karena June khawatir sama dia. "June..??"

"Lo janji jangan pernah ngilang lagi?"

Rosè melongo. Rasa sakit di kakinya tiba-tiba hilang begitu saja. "June???"

"Plis jangan ngilang lagi. Lo tau? Gue sejujurnya panik banget waktu Eunha cerita lo hilang di hutan. Gue panik sampai gak tau mau ngapain," kata June sambil menarik Rosè ke dalam pelukannya.

"June? Lo kesambet setan hutan apa gimana?" Kata Rosè sambil menepuk-nepuk punggung June.

June langsung melepaskan pelukannya. "Gue serius, Inocencia Rosè Prameswari," kata June.

Rosè mengangguk sambil tersenyum. "Maaf kalau gue gak bisa jaga diri dengan baik," kata Rosè.

June mengangguk. Dia lantas berdiri dan mengulurkan tangannya, "Yuk, balik. Gelap banget disini. Baru sadar anjing, daritadi gue ngelilingin hutan gelap banget."

Rosè memberengut. "Ih, kaki gue lagi sakit. Gak bisa jalan," rengek Rosè.

June menghembuskan nafasnya jengkel. Dia berjongkok membelakangi Rosè, "Lo selalu ngerepotin. Ayo naik," perintah June.

Rosè tersenyum bangga. Dengan semangat, dia langsung naik ke punggung June. "Makasih," katanya. "Punggung lo jadi lebih lebar," kata Rosè.

June berdiri. "Lo makin berat. Dan dada lo makin berisi," kata June santai.

Rosè melotot. Dia memukul-mukul punggung June dengan keras. "Aduh! Iya-iya.. bercanda doang duh!" Kata June sambil ketawa-tawa.

Malam ini, sadar ataupun tidak sadar, mereka sudah berbaikan.

🌠🌠🌠