SEVENTEEN

3.8K 399 40
                                    


Sorry for typo's

Happy reading..

❇❇❇

"Asap tidak akan bergemul mengiringi api jika tanpa adanya penyulut"

❇❇❇

◀⚫▶

 
Definisi bahagia setiap orang akan selalu berbeda, cara orang untuk bahagiapun tak selalu sama. Banyak yang harus melalui penderitaan, berbagai rintangan, masalah yang tak berkesudahan. Tapi ada juga yang tak banyak berbuat tapi dapat merasakan yang namanya bahagia.

Namun kembali lagi definisi bahagia setiap orang selalu berbeda, ada yang merasa cukup dengan kebahagiaan sederhana, ada juga yang tamak dengan tetap mengaharapkan kebahagiaan luar biasa.

"Kau baik baik saja bukan?"

"Tentu saja, lagi pula siapa yang berani menyakitiku"

"Baguslah setidaknya aku tidak perlu memberi perhatian padamu diakhir masa pemulihanku ini"

"Jadi kau akan keberatan jika aku terluka karna Dia"

"Tentu saja, karna jika seperti itu aku akan merasa kerepotan"

"Ku fikur kau terlalu kejam"

Kekehan lembut terdengar dari mulut yoona yang kini duduk dipangkuan sehun pada kursi taman rumah sakit "Tapi yang pasti aku sangat bersyukur tidak terjadi apa apa padamu, setidaknya Tuhan masih memberikan keselamatan padamu dan kau tidak harus meninggalkanku sendiri"

Sehun menenggelamkan wajahnya diceruk leher kanan yoona menghirup aroma khas seorang Im yoona "Mengapa kau mengatakan akan sendiri jika aku pergi, masih ada Abonim dan eommanim. Ah.. Juga beberapa teman temanku yang menyebalkan itu kurasa cukup untuk sekedar menghiburmu jika aku benar benar pergi"

Tidak seharusnya mereka membahas ini, karna kenyataanya sehun tetap utuh saat ini. Bahkan ia sedang mendekap tubuh yoona dengan hangat "Sehun"

"Hmm"

Tampak yoona menggigit sedikit bibir bawahnya, "Emm, apa kau bisa menceritakan untukku tentang putri kita?"

Raut wajah sehun tertegun mendengar pertanyaan atau lebih tepatnya permintaan dari yoona. Perlahan sehun menarik kepalanya mundur dari leher bahu yoona "Kenapa?"

"Kenapa??" yoona menjawab dengan kata yang sama "Tentu saja karna aku ingin tahu bagaimana putri kita, karna kau masih diberi kesempatan melihatnya jadi ayo ceritakan padaku tentang dia" tidak ada guratan sedih seperti saat pertama kali sehun melihat yoona sesaat setelah kepergian putrinya. Kini yoona nampak antusias dan sudah mampu memgendalikan emosinya, untuk menerima kenyataan.

Hembusan nafas sehun terasa meremang dileher yoona, menimbulkan sengatan sengatan aneh untuk sekujur tubuh yoona. Sehun kembali meletakan dagunya pada bahu kanan yoona, tanganyapun semakin mengerat pada tubuh yoona yang masih berada diatas pangkuanya.

"Apa kau sudah lupa saat aku mengatakan padamu tentang betapa cantiknya cerelia beberapa hari lalu?"

"Ce-re-lia?" wajah yoona menoleh kearah sehun sehingga kini wajah mereka berhadapan dengan jarak teramat dekat.

MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang