Selamat Membaca!❤
Sinar matahari masuk ke dalam sela-sela jendela apartemen kamar, memaksa Deborah membuka kelopak matanya merasa silau. Setelah kelopaknya terbuka, dia menelengkan kepalanya ke kanan, menyadari Willem yang masih tertidur. Wajah lelaki itu terlihat sangat memesona, membuat Debbie refleks menyentuh pipinya. Dia bertanya-tanya, berapa umur Willem karena wajahnya begitu amat muda. Kalau seumuran dengan Brad tidak mungkin, karena lelaki itu hanya berbeda tiga tahun di bawahnya. Mungkin dia perlu mempertanyakan nanti.
Jari telunjuk Deborah mampir menyentuh tiap lekukan wajah Willem. Pipi, hidung, lalu berakhir pada satu titik yang membuatnya lupa diri ... bibir. Bibir berwarna merah tanpa polesan apapun itu tampak begitu mempesona. Dia berkeinginan mencicipinya. Pikiran kotor menjalar kemana-mana. Dengan cepat dia menggelengkan kepala, mengusir jauh-jauh pikiran tersebut.
Baru kali ini Deborah merasa benar-benar puas. Selama beberapa tahun memakai Brad sebagai pemuas nafsunya, dia tidak pernah merasa sepuas ini. Willem menjadi jawaban atas kenikmatan yang sesungguhnya.
Sementara Willem masih tertidur, Deborah menuruni tempat tidurnya, hanya mengenakan pakaian seadanya. Kakinya menyentuh lantai yang dingin. Sebelum berlalu menuju dapur, dia mengambil ponsel di atas nakas lalu mengirim pesan kepada Jennie, memberi alasan jika dia tidak datang ke kantor khusus hari ini. Dia juga meminta agar semua jadwal di undur.
Setelah tiba di dapur, Deborah memilah isi kulkas yang di penuhi oleh sayuran. Apa saja tersedia disana. Dia mengambil beberapa bahan, menyiapkan dan memotong sebagian sayuran yang dia perlukan. Sekitar lima belas menit, nasi goreng ala Deborah telah matang. Dia menyiapkan dua buah piring berisi nasi goreng di atas meja. Tak lupa menyiapkan dua gelas air mineral, dan jus jeruk. Baru akan membangunkan Willem, lelaki itu ternyata sudah berdiri di depannya hanya mengenakan celana boxer tanpa balutan kaos apapun.
Ya Tuhan ... kenapa Willem harus memamerkan perut six pack yang menggoda itu? Memangnya tidak tahu kalau godaan terberat adalah melihat tubuh seksinya? Damn! Deborah berharap lelaki itu segera pergi dari apartemennya.
Deborah termasuk wanita normal yang menyukai hal-hal semacam itu. Perut six pack layaknya bongkahan coklat yang mengesankan. Rasanya dia ingin meraba perut Willem. Dan berulang kali dia mengusir jauh-jauh pikiran gila itu.
"Good morning, miss Deborah." sapa Willem seraya menarik kursi lalu duduk. Dia mengulas senyum manis bak mentari pagi yang bersinar cerah.
Deborah hanya berdeham. Dia ikutan duduk dengan mata yang tak berhenti memperhatikan bagian tubuh Willem yang tak bisa dia hindari—perutnya. Oh, dia perlu menjernikan pikirannya.
"Bagaimana tidurmu, miss?"
"Lumayan nyenyak."
"Baguslah kalau begitu. Ngomong-ngomong kita tidak makan?"
"Ya makan saja."
Kemudian perbincangan itu berakhir. Mereka mulai menyantap sarapan yang telah tersedia. Suasana hening dan hanya ada bunyi sendok yang sesekali menyentuh piring.
"Anyway, malam ini kau ada acara tidak miss?" tanya Willem tiba-tiba.
"Tidak ada." jawab Debbie singkat dan datar.
"Aku ingin mengajakmu pergi menonton konser. Kau bersedia, Miss?" ajak Willem.
Ajakan Willem mungkin terdengar menggiurkan. Tetapi Deborah tidak pernah pergi keluar bersama lelaki bayarannya. Dia membatasi kegiatan sehari-hari dengan kehidupan seks-nya. Brad juga tidak pernah berpergian bersamanya selama menjadi lelaki bayarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss Me Until I Lost My Mind (TAMAT)
Romance(21+) (#1 Poison Angels Series) (Sebagian sudah dihapus dan dipindah ke DREAME) Ketika semua wanita memiliki keinginan untuk menikah, hal yang sama tidak berlaku untuk Deborah William. Berhasil menjajaki kesuksesan dengan kemampuannya sendiri, membu...