Ch 8 - Ketiga

9.4K 1K 70
                                    


**********************************************************************************

Maaf untuk skip time yang jauh karena emak tidak mau ngutang update-an ff,, berhubung(?) akan pergi ke suatu wilayah(?) di hari sabtu..

Dan akan kembali buka wp antara 1 s.d 2 mg kemudian.. Lama kan? Ye mangkanya kudu beres dulu ini ff :v

Jadi untuk final chapter akan up bukan sabtu malam, tapi sabtu pagi. Kira2 begini skema nya :

Sekarang (kamis malam chap 8)
Besok (Jumat malam ch 9)
Lusa (Sabtu pagi ch final)

*pedahal belum tahu mu ngetik apaan tapi udah sok2 an nentu-in tanggal wkwkwkwk
(Biarin-lah semoga tida ada hambatan berarti untuk ngetik 2 chapter lagi,, aamiin..)

**********************************************************************************

_Kookmin_

Jungkook menatap jimin dengan sedih. Sejak hamil sungyoon dia tidak bisa bergerak bebas seperti biasanya. Bahkan sekarang jimin tidak bisa menghadiri acara kelulusannya di sekolah.

"Jimin..."

"Hm?"

"Aku pergi dulu ke sekolah."

"Nde.."

Kata jimin lemah.

"Jimin.. kita masih punya banyak kesempatan untuk memiliki anak. Lagipula dokter bilang kandunganmu terlalu lemah dan jika kau mempertahankannya, nanti kau tidak bisa punya anak lagi.."

Kata jungkook sambil menyampirkan poni di kening jimin. Sementara orangnya sendiri tengah menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku tidak akan membunuh anakku sendiri.."

"Jimin bukan itu maksudku. Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu."

"Aku baik-baik saja, jungkook.."

Kemudian jimin kembali menutup matanya.

"Aku hanya perlu tidur sebentar."

Kalaupun jimin sudah berkata seperti itu, tapi jungkook merasa dia tidak akan sanggup meninggalkan jimin sekalipun orangtuanya dan orang tua jimin sedang ada di rumah ini sekarang.

"Pergilah, jungkook. Kau harus melakukan pidato sebagai lulusan terbaik kan?"

Kata namjoon.

"Tapi jimin.."

"Kami akan menjaga jimin."

Ujar seokjin sambil tersenyum hangat pada jungkook.

"Tidak bisa. Aku ingin selalu ada sisinya."

"Jangan berlebihan, jungkook. Kau hanya pergi untuk dua jam."

Kata yoongi yang tidak tahan dengan sikap keras kepala jungkook.

"Aku tidak akan pergi ke sekolah tanpa jimin."

"Jungkook.. Aku siswa yang bodoh.. Aku pergi atau tidak.. Tidak akan ada yang peduli dengan kehadiranku.."

Kata jimin pelan sekali.

"Ada, jimin. Ak-"

"Kau. Sekarang hanya kau saja yang peduli padaku. Lalu temanku yang lain? Mereka sudah meninggalkanku, jungkook. Sekarang aku tidak ada apa-apanya."

Ya. Jungkook jelas tahu itu. Bagaimana kemudian teman-teman jimin berubah mem-bully-nya ketika mengetahui hasil USG yang tidak sengaja dibawa istrinya itu ke sekolah.

Itu terjadi sekitar empat bulan setelah malam-malam yang sering kali mereka lewatkan di dapur. Jungkook sungguh kasihan pada jimin. Dia terlalu pengecut atau memang karena dia menghargai keputusan jimin untuk menyembunyikan identitas ayah dari bayi yang dikandungnya.

Sulit bagi jungkook untuk menahan dirinya ketika jimin dicela di sekolah. Tapi jika dia mendekat. Jimin akan berlari menjauhinya, dan dia takut itu bisa membuat jimin dan anaknya celaka. Karena itu dia selalu bersabar selama ini.

"Jungkook.. Terima kasih.. Karenamu aku bisa lulus SMA."

Jungkook tersenyum mendengarnya. Rupanya jimin tahu kalau jungkook dengan sengaja mengelabui pengawas supaya dapat mengambil dua lembar jawaban saat ujian.

Jadi, ketika jimin mengaduh karena anaknya mulai mendang-nendang, jungkook lah yang mengerjakan semuanya. Kemudian dia dengan sabar menunggu jimin untuk mengumpulkan lembar soal tidak peduli berapa lama pun itu, sementara lembar jawaban jimin yang banyak kosongnya akan jungkook remas kecil untuk bisa dijejalkan di saku celana.

Jimin sudah cukup beruntung karena teman-temannya tidak menyebarkan berita tentang kehamilannya ke pihak sekolah. Ditambah lagi, pipi jimin sangat chubby dari bulan ke bulan. Sehingga orang-orang berpikir kalau jimin memakai seragam kebesaran adalah karena kenaikan berat badannya saja.

Padahal mereka hanya tidak tahu kalau jimin tengah mengandung buah cintanya bersama jungkook waktu itu.

Dan sekarang adalah bulan yang rawan bagi jimin. Kata dokter, jimin kehilangan cukup banyak berat badan dalam sebulan ini. Karena itu dia terlihat begitu lemas. Padahal kan orang hamil seharusnya semakin bertambah bobotnya untuk setiap bulan. Terlebih ini sudah memasuki awal trimester ketiga.

Ah, dan jangan lupakan jaehyun yang masih menyusu pada jimin. Tentu saja, hal itu menjadi beban yang menambah pikiran jungkook.

Sebenarnnya jungkook sudah menyuruh jimin untuk berhenti menyusui jaehyun setelah usia anaknya itu genap enam bulan. Tapi jimin bilang dia kasihan melihat jaehyun yang menjadi demam karena berhenti menyusu. Apalagi jimin juga merasakan nyeri yang mengganjal didadanya saat menahan untuk menyusui jaehyun.

Karena itu jungkook membiarkannya dan sekarang.. Jimin yang lemah masih harus memberikan makan untuk anaknya di tempat tidur.

"Ibumu sangat pucat, jaehyun-ie. Bisakah kau berhenti makan sebentar saja."

Kata jungkook pada bayi yang kini melepaskan mulutnya dari puting jimin dan memperlihatkan matanya yang begitu lucu.

"Jungkook.. Tidak apa-apa.. Biarkan jaehyun-"

"Aku akan membawa jaehyun dan taeyong ke sekolah. Akan kuakui semua kesalahan yang sudah kubuat padamu dan anak-anak kita. Dengan begitu, orang-orang akan tahu kalau akulah yang sudah membuatmu terpaksa menjadi seorang ibu, jimin.."

"Tidak, jungkook. Jangan mempermalukan dirimu sendiri.. Lagipula aku tidak pernah merasa terpaksa melakukannya.. Justru mungkin kau yang merasa berat hati dalam menerima kami sebagai beban untukmu.."

"Jimin..."

Jungkook dan jimin saling berpandangan dengan begitu mesra sampai yoongi menginterupsi momen yang mengharukan itu.

"Jadi, kau ini akan pergi ke sekolah atau tidak? Ini sudah satu jam setengah. Dan kalian masih melakukan opera sabun seperti itu."

"Yoon-"

"Diam kau, kuda."

'Yoongi T_T'

"Sekarang kau hanya perlu hadir untuk 30 menit saja. Jadi tolong berhentilah membuat orang tuamu sendiri sebagai penonton dari kisah ataupun drama apalah itu tentang pangeran dan putri yang sedang kalian mainkan di kamar ini."

Sindir yoongi lagi.

Lalu jungkook yang juga merasa kalau dia sudah sangat berlebihan akhirnya membawa jaehyun dan taeyong ke sekolah. Membiarkan jimin memiliki sedikit waktu untuk bisa beristirahat.

[End] Ketua GengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang