Jimin menggenggam tangan jungkook. Dia tidak bisa melihat apapun karena ada tirai yang mengahalanginya untuk dapat melihat perutnya sendiri. Tapi jimin yakin, jungkook yang sedang berdiri di pinggir ranjang pasti bisa melihatnya dengan baik.
"Apa sudah dikeluarkan?"
Jungkook mengecupi wajah jimin, sebelum akhirnya berkata..
"Belum, sayang."
"Apa perutku benar-benar dirobek?"
"Jimin, tenanglah.. Kumohon.. Aku juga gugup.."
"Tapi, jungkook. Aku tidak bisa merasakan perut dan kakiku.."
"Jangan berlebihan, jimin. Itu pasti karena biusnya bekerja."
Kata jungkook. Sepertinya karena terlalu gugup, dia jadi tidak sadar dengan apa yang diucapkannya.
"Kau brengsek.. Hiks.. Hiks... Aku kan mengalami ini karena kau... Hiks.. Kenapa kau bilang aku berlebihan.."
Oh tidak..
"Jimin, aku-"
"Aku menyesal. Lain kali kita tidak usah membuat anak lagi."
Beberapa perawat yang sedang membantu dokter terlihat tengah tertawa saat ini. Walaupun memakai masker, tapi mata mereka kan tidak bisa berbohong.
"Tapi, ji-"
"Dua anak saja kau tidak bisa merawatnya. Apalagi kalau sungyoon sudah lahir. Kau pasti akan menyerahkan semua tanggung jawabnya padaku. Kau jahat. Kau hanya ingin enaknya saja dariku.."
Para perawat itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka berpikir, pasangan ini produktif sekali. Sudah punya dua anak di usia yang sangat muda, tapi tetap saja memutuskan untuk punya anak lainnya.
"Pokoknya selama menyusui jaehyun dan sungyoon. Aku tidak mau mengantar jemput taeyong ke sekolah dasar nanti. Itu akan jadi bagianmu sepenuhnya."
Kata jimin yang tidak sadar kalau jungkook kini tengah salah tingkah karena kata-kata yang diucapkannya dihadapan cukup banyak orang.
Apalagi perawat-perawat itu terlihat mulai berpikir lebih keras. Bahwa pasien yang sedang melahirkan caesar ini, anak keduanya ternyata masih menyusu. Dan yang lebih tidak bisa dipercaya adalah anak pertamanya yang akan masuk sekolah dasar. Jika dalam data pasien jimin bahkan masih berusia delapan belas tahun. Maka pada usia berapa pasangan ini menikah dan melakukan... 'Itu'...
Jungkook dan jimin sungguh memiliki hormon yang luar biasa, pikir perawat-perawat itu.
Mereka terlalu sibuk berpikir sampai lupa memperhatikan kalau jimin sama sekali tidak punya luka bekas sayatan sebelumnya. Tapi, kemungkinan kalau pasien itu melakuakan operasi plastik untuk menghilangkan bekas lukanya kan mungkin saja terjadi. Lagipula prosedur seperti itu bisa dilajukan demi menutupi kelahiran dua anak sebelumnya.
"Kumohon, jangan salah paham."
"Aku bicara padamu. Tapi kau malah bicara dengan orang lain. Kau keterlaluan."
"Ji-"
Jungkook tidak sempat menyelesaikan kata-katanya. Karena suara bayi mereka mulai menggema di dalam ruang bersalin.
Dokter itu membawa bayi yang sebelum lahir saja sudah diberi nama lengkap 'jeon sungyoon' kedekat jungkook, sebelum kemudian menaruhnya diatas dada jimin.
"Aaaaa anakku ~ "
Kata jimin seraya menitikkan air matanya.
"Dia juga anakku, jimin."
"Aku tahu. Lihatlah, bahkan wajahnya saja mirip sekali denganmu."
Ujar jimin dengan nada ketusnya.
"Kuharap sungyoon tidak menyebalkan dan mesum seperti kau."
"Kau mengataiku mesum. Memangnya kau pikir siapa yang memancingku melakukannya untuk pertama kali?"
"Itu kan karena ibumu. Dan kau juga sama penipunya dengan dia."
"Benarkah? Jika kau merasa tertipu, kenapa kau menarik-narik wajahku untuk menyedot putingmu yang sakit karena jaehyun tertidur pulas sementara air susumu sudah terkumpul penuh. Asal kau tahu saja, jimin. Kau yang lebih sering menipuku supaya kau tidak merasa dadamu sakit."
"Kalau aku tahu kau akan berpikir seperti itu. Aku akan meminta tolong pada taehyung saja. Dengan senang hati dia akan melakukannya untukku."
"Silahkan saja, aku akan memulangkanmu pada ayah dan ibumu kalau kau berani melakukannya."
"Kau akan menceraikanku?!! Setelah kau merusakku seperti ini?? Aku tidak percaya ini, jungkook."
"Kau yang mulai duluan, jimin."
Dokter dan perawat-perawat yang ada disana hanya bisa terpaku menyaksikan pasangan itu bertengakr.
"Maafkan aku, nak. Tapi aku bahkan belum menjahit luka-"
"Jangan dijahit, dokter. Biarkan saja aku mati kehabisan darah."
Kata jimin dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jimin, kau ini apa-apaan?!"
"Sana. Bawa pergi anakmu ini dan menikahlah dengan orang yang kau rasa bisa mengurus anak-anak dengan baik."
"Jimin.. Jangan seperti ini.."
"Hiks.. Aku benci padamu... Kenapa kau selalu saja bersikap buruk padaku dari kecil.."
Jungkook menghela nafasnya.
"Baiklah.. Maafkan aku, jimin. Aku mengaku salah.."
"Huks.. Kau bahkan tidak tulus meminta maaf padaku.."
Jungkook ingin mengusak rambutnya. Hal yang memang sering dilakukannya ketika kalah-ah-mengalah saat berdebat dengan jimin. Tapi sayangnya, sekarang ini dia sedang memakai tutup kepala. Ingat, mereka ini kan masih di ruang operasi.
"Lalu kau ingin aku bagaimana?"
"Cium.. Huks.. Cium aku.. Lalu meminta maaf seperti yang sering kulihat di film-film.."
Argh. Seandainya jimin mengatakannya dari tadi. Jungkook tidak perlu sekesal ini.
Karena bagi jungkook, mencium jimin adalah hal yang paling ingin dilakukannya dalam setiap hari untuk tiap jam, menit dan detiknya. Hm... Ditambah sedikit-ah-banyak improvisasi tentu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Ketua Geng
FanficJimin dan Jungkook sama-sama ketua geng yang saling bermusuhan. Tapi mereka adalah 'orang tua' dari kedua anak yang sama pula. Kenapa bisa seperti itu? Jawabannya, karena sebuah keterpaksaan.. dan takdir akan sebuah cinta sejati.