Prolog

596 34 10
                                    

Bukankah kita hidup hanya untuk mengais ? Mengemis ? Atau hanya untuk mengakhiri semuanya ?

Entahlah aku tidak ingin memikirkannya . Lagi pula waktu itu umurku masih enam tahun . Aku hanya seonggok daging yang ditinggalkan di tepi jalan oleh orang orang berjas dokter itu . Aku hanya mencari dan terus begitu untuk bertahan hidup . Entah itu di pembuangan atau di tepi trotoar metropolitan ini . Entah apa yang ada di pikiranku . Setiap malam selalu ada teriakan yang terngiang . Apapun itu aku orang yang tidak memiliki Emosi . Mereka mulai menyebutku Frost . Aku hidup tanpa senyum , tangis , atau pun marah . Yang ku tahu hanya berjalan dan mengais . Hingga umurku 16 .

Lalu dia datang . Wajah itu begitu hangat dengan emosi yang tidak bisa aku gambarkan . Dia memberitahuku apa itu emosi . Apa itu dunia . Dan apa itu mimpi . Yang mulai mengisi kekosongan di organ yang mereka sebut hati .

Walau dia hanya seorang gadis yang rapuh . Dia orang pertama yang menggapaiku . Ya dia orang yang memberiku harapan . Untuk terus berjalan di birunya cakrawala .

Hingga akhir nafasnya aku terus mengenangnya . Kepergiannya yang membuatku harus mengenal kesedihan...

Brave BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang