Emotions

384 26 5
                                    


Mereka bukanlah sesuatu yang ingin kau lihat . Tapi bahkan untuk anak kecil sepertiku itu hal yang biasa . Seorang penodong yang menembuskan peluru panasnya di otak gelandangan . Aku hanya berlalu meninggalkan kerumunan pria berjas dengan kabaret itu .

Aku lebih tertarik dengan tempat sampah hotel Root . Karena disitulah aku bisa makan sesuatu yang terasa nyaman . Apapun itu , daging ayam dengan ulat ulat kecil ini bagi ku sesuatu yang masih baik di lambungku . Tidak ada satupun yang melirik bocah enam tahun yang memakan daging busuk . Terakhir kali seorang wanita karir malah menendang ku .

Aku selalu mendepis di samping tempat sampah . Jika aku beruntung aku seorang nenek akan menyiramkan air untukku . Itu caraku untuk minum .

Namun petang ini nihil . Mendung mulai bergelayut . Aku berlari mencari tempat baik untuk meneduh . Dan malamku kali ini di bawah jembatan . Setetes demi setetes jatuh dalam jilatan . Air mata awan jatuh dengan deras .

Hangatkan kami...
Beri perut kami makan

Lagu yang Kusch ajarkan selalu terdengar lebih baik . Andai saja lelaki tua itu tidak berakhir di tangan polisi karena perampokan . Saat dia berkata akan pergi dalam waktu yang lama dengan lubang di kepalanya , saat di pangkuanku . Dia hanya mengatakan ,

"Kita hanya sampah di sini ."

Aku hanya diam tanpa ekspresi .

.
.
.
Aku masih heram . Kenapa para gelandangan itu rela menjual hidup mereka hanya demi beberapa helai kertas itu . Toh , akhirnya mereka hanya akan jadi bangkai di pemakaman . Aku penasaran . Aku pernah menusukkan batang besi di kaki ku . Rasanya aneh darah mengalir . Dan ada semacam tegangan otot . Seusainya sangat sulit berjalan .

Menelusuri belakang Sekolah Dasar seperti ini akan membosankan . Tapi entah ada perasaan yang membuatku tertarik pada tempat ini . Dari balik pagar besi ini aku bisa melihat beberapa anak kecil yang memiliki tingkat emosi yang rendah dan tidak menentu . Beberapa ada yang menggembungkan pipi lalu menertawai dirinya sendiri bersama yang lain .

"Kau sedang apa ?"
Suara gadis kecil ini menegurku dari belakang .

Saat aku tolehi , seorang gadis berdiri di tempat itu .

"Hai aku Rena "
Ia tertatih tatih menuju tempatku berdiri . Beberapa kali ia jatuh .

Kenapa ia begitu ingin mengenal orang semenjijikkan sepertiku ini . Padahal aku juga tidak peduli . Manusia memang memiliki cara yang aneh untuk mengidentifikasi makhluk lain .
Ia langsung menyalamiku dengan lengkungan di bibirnya .

Saat itulah seseorang menyambar tubuh gadis itu . Dan entah apapun itu . Sebuah sapu tangan membekapku . Membawaku pada kegelapan yang dalam .

.
.
.

Brave BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang