Cells

291 23 1
                                    

"Kita sudah selesai dengan Alpha X . Kita lanjut dengan pembuka Sigma . "

Kata kata yang cukup aneh . Yang belum pernah masuk ke otak ku . Dalam setengah kesadaranku . Beberapa orang bermasker mengutak atik organ tubuhku . Rasa yang sama saat aku menusukkan batang besi di kaki ku . Tegang otot yang lebih sakit .

Setelah selesai dengan operasi itu . Mereka memberikan masker udara dan memasukkanku ke sebuah tabung . Kegelapan yang dalam ini kembali .

Detik .

Menit .

Jam .

Hari .

Mungkin sangat lama . Aku tidak tahu . Apa aku ? Siapa aku ? Kapan ini ? Yang aku tahu hanya kedip indikator jantung di tangan . Dan ajaibnya otakku menerima segala respon luar dengan baik . Atau lebih sederhananya pemikiran mulai tumbuh di otakku . Tapi tetap saja sulit untuk bergerak dan berpikir dengan semua cairan biru yang menenggelamkan tubuhku . Mataku menangkap seseorang berdiri di luar tabung . Wajah yang tak asing . Yang terakhir ku lihat . Selama ini aku masih bisa merasakan dia terus memperhatikanku . Setiap hari . Dengan tubuh tanpa balutan sehelai benang pun . Sejak awal aku merasa bukan dari manusia . Jadi mungkin itu alasannya memperhatikanku dari tempat itu .

Mulutnya bergerak mengirim beberapa isyarat . Yang tidak aku mengerti . Tapi sebuah tangan mendorongnya hingga tersungkur . Aku hanya diam . Tapi sesuatu membuatku ingin datang untuk menghentikan yang di lakukan lelaki berjas pada gadis itu . Aku ingin menyelamatkannya...

Sekejap sesuatu yang menyilaukan datang . Dan mengembalikanku pada alam bawah sadarku .

.
.
.
Semua di sini hancur . Beku . Hanya gadis ini yang tersisa . Aku melangkah , diatas pecahan tabung . Namun apalah itu . Tidak ada yang terasa . Walau kepingan kepingan kecil dengan mudahnya menembus dagingku .
Aku lihat selembar jubah hitam terjepit diantara puing puing . Lalu segera aku gunakan untuk menutupi tubuhku . Kain ini cukup besar hingga aku juga bisa menutupi bagian bawah ku .

Pikiranku mendorongku menuju tempat gadis itu . Aku harus membawanya pergi .

"Hangatkan kami...
Beri perut kami makan...
Jangan kau sakiti kami
Karena kami hanya ingin hidup..."

Malam gelap di sungai Randwood yang membuatku menyadari sesuatu . Bukan hanya hari tapi tahun . Bertahun tahun di tempat itu hingga aku melihat perubahan pada tubuhku . Aku juga masih menyimpan memori itu . Seingatku dulu sekali orang orang berjas itu membuang seorang bocah lelaki di tepi taman . Dan membuatnya harus mengalami seperti sekarang . Aku masih ingat wajah bermasker yang membuatku ingin lari darinya . Aku masih terlalu takut untuk mengingatnya .

Gemerisik daun membuatku menoleh ke arah gadis itu yang ternyata sudah siuman . Ia sedang duduk menatapku .

"Hai ."

"Hey . Fisikmu sudah normal . Kau sudah baik . Dan bisa pulang ."

Ia hanya diam , lalu memeluk lutut .

Aku segera beranjak . Setidaknya tanda fisiknya normal . Itu sudah cukup untuk bertahan hidup .

"Tunggu ! "

Ia tertatih menuju tempatku .

"Aku... "

Aku sudah ada di kota . Sebelum gadis itu menyelesaikan kata katanya . Itu membuatku tertegun . Dan satu hal yang lebih besar dari itu . Seluruh penjuru kota hanya tinggal kepingan .

#
#
#
#
Hai hai...maaf ya baru kali nongol . Soalnya lagi bingung mau buat genre apaan . Yang pertama mikir romance eh... taunya ide habis 😪😪

Lanjutin mikir sampe berhari hari eh... ga nemu . Akhirnya dari mimpi ketemu cerita ini .
Maaf kalo jelek...

Enjoy reading 😊😊😊

Brave BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang