Saat langit dipenuhi bintang, dan udara dingin berhembus dari ufuk barat istana, seorang Alexander ke-VII meluangkan sedikit waktunya untuk berdiskusi denganku. Tepatnya pukul 6 sore, kami berdua berjalan-jalan di taman barat istana. Suara gemericik air mancur dan jangkrik turut menemani langkah kami.
"Kau masih ingat alasan keberadaanmu di sini, kan?" tanya sang raja, ketika ia berjalan di sampingku.
"Kau bilang untuk menuntaskan suatu misi," balasku tanpa menoleh.
"Itu benar. Misi yang hanya dapat dituntaskan olehmu. Dan sekarang sudah tiba waktunya untuk menuntaskan misi tersebut."
"Tapi, pernikahan politik? Kau tidak pernah mengatakan apa pun soal itu sebelumnya."
"Aku pun terkejut, Raja William mendadak menggagas ide itu. Tapi kupikir ini kesempatan bagus. Menurutmu mengapa aku menyuruhmu memimpin pasukan selama ini?"
Seketika langkahku terhenti, lalu memandang heran kepadanya. "Perang?"
"Tentu saja tidak, gadis bodoh," sambar Alex ikut berhenti juga. Kini hanya ada kami dan suara serangga malam. Pantulan bulan terefleksi di atas kolam, tepat di bawah jembatan kecil yang kami pijak.
"Aku ingin kau merebut hati Raja William dan menusuknya dari belakang. Kau mengerti maksudku?" lanjut Alex seraya menatapku serius.
"Kau ingin aku membunuhnya?"
"Tepat sekali. Dengan begitu kita bisa membalaskan kematian pendahuluku. Dan merebut pusaka kerajaan ini kembali. Tanpa harta itu pula, aku bukanlah raja vampir Nightford seutuhnya," Alex menjelaskan.
"Banyak yang telah mereka rampas. Bahkan beberapa wilayah pesisir negara ini. Aku ingin merebutnya kembali. Tetapi aku tahu mereka bukanlah musuh yang mudah dikalahkan dalam perang. Jadi aku mengusungmu untuk perang taktik.
"Kau harus membuatnya lengah untuk mengambil kembali harta itu. Sebab Raja William pasti tidak akan menyimpannya sembarangan. Ditambah, dia juga pasti memiliki maksud lain ingin menikahimu. Jadi kau harus berhati-hati," tutur Alex menyudahi penjelasannya.
Kemudian aku menghela napas. Terdiam sejenak untuk berpikir.
"Baiklah, aku mengerti. Akan kuusahakan yang terbaik," balasku.
Alex pun tersenyum tipis. Tangannya yang lebar mengelus-elus pucuk kepalaku.
"Sepertinya aku tidak salah memilihmu sebagai pewaris. Suatu hari nanti aku pasti akan membalasmu," katanya.
Alex berbicara dengan nada yang sangat lembut. Jika dilihat-lihat, dia benar-benar terlihat seperti seorang ayah. Dan aku mulai heran, mengapa sampai sekarang ia belum menikah.
***
Malam semakin menjelang pada dini hari. Aku baru saja berniat kembali ke kamarku sampai aku melihat seseorang yang tengah termenung memperhatikan langit dari balkon istana. Koridor yang aku pijaki mendadak dipenuhi angin malam yang lembut dari luar. Angin yang meniup beberapa helai rambut silver seseorang di ujung sana.
Jika tidak salah melihat, yang sedang melamun itu adalah Raja William, kan? Apa yang dia lakukan di sini?
[Branch]
Kalau kau berniat menghampirinya, silahkan lanjutkan membaca. Jika tidak, silahkan lompat ke Part 11.
Kakiku menghampiri sosok tersebut, terpikat oleh ekspresi bergemingnya. Raja William yang terkenal menakutkan, kejam tiada ampun, dan dingin ternyata memiliki ekspresi sendu seperti itu.
Raja William menoleh ketika aku mendekat. Ia membuatku berhenti di tengah jalan. "Sedang apa kau di sini?" tanyanya.
Aku berusaha tersenyum. "Seharusnya saya yang bertanya demikian."
Raja William tidak merespon. Ia kembali menatap pemandangan di depan dan menepuk dinding pagar di sebelahnya seolah mengajakku bergabung.
"Aku tidak suka percakapan ini. Kemarilah, dan mengobrol informal denganku. Jika kau belum berniat kembali ke kamarmu," katanya.
Kuturuti ajakannya. Kami berdiri berdampingan sambil bertopang di dinding pagar.
"Apa kau sudah memikirkan jawabannya?" Raja William membuka percakapan. Oh, pasri maksudnya soal lamarannya.
"Saya—"
"—Gunakan 'aku'."
"Maaf—aku masih memikirkannya," jawabku agak ragu. Agak canggung juga berbicara informal dengan seorang raja selain Alex. Ini membuatku agak kurang nyaman.
"Aku ganti pertanyaannya kalau begitu. Apa pendapatmu soal gencatan senjata ini?" tanya Raja William lagi. Tetapi tidak sedikitpun dia melirik ke arahku.
"Negara kita sudah lama sekali bermusuhan. Tapi sekarang malah akan terikat dengan pernikahan. Pasti banyak rakyatmu yang tidak sependapat dan memilih untuk menolak pernikahan ini--jika kita benar-benar menikah. Hal-hal seperti itu pasti ada di masyarakat. Apa kau siap dengan itu?" tanya Raja William lagi.
Yaaah ... dia ada benarnya juga. Aku sama sekali tidak memikirkannya. Tetapi, apakah Raja William barusan berusaha menasehatiku?
[Branch]
Jika menjawab, "Tetapi Ayahku nampak menyetujuinya. Jika beliau sudah berkehendak demikian maka, tidak ada alasan untuk mengelak. Ini demi kepentingan Nightford juga." buka Part 8
Jika menjawab, "Aku pikir, mereka akan mengerti jika ini demi kebaikan mereka juga. Jikapun tidak, aku akan berusaha membuat mereka mengerti." buka Part 9
Jika menjawab, "Aku hanya mengikuti arus." buka Part 10
KAMU SEDANG MEMBACA
Revisi: Beast Darlin [bahasa indo]
FantasíaBangsa vampir dan warewolf tidak akan pernah menyatu. Begitulah kata orang-orang, bahkan setelah gencatan senjata. Leo William Ratclift, terkenal dengan sikapnya yang dingin, tegas, dan juga kejam. Meski begitu dia adalah salah satu pemimpin bangsa...