Part 3

435 27 0
                                    

"Tidak, terima kasih. Saya berteduh di sini saja," ucap [your name], menolak dengan halus.

Namun, pria itu masih saja bersih keras. Di berkata, "Maafkan aku, lupa memperkenalkan diri. Namaku Alexander. Aku tuan tanah di sini. Di dekat sini ada rumah peristirahatan, jika kau mau, kau bisa ikut denganku di sana. Kau bisa menghangatkan diri dengan mandi air hangat dan duduk di dekat perapian."

"Tidak, Tuan Alexander. Orangtuaku mengajarkanku agar tidak menerima tawaran orang asing," tolak [your name] lagi.

Sang Penjaga nampaknya tersinggung dengan perkataaan gadis yang basah kuyup itu barusan. "Lancang sekali kau, dasar manusia! Kau tidak tahu sedang berbicara dengan siapa!"

"Hei, kau diam saja," tegur Alexander menyela omelan penjaganya. "Bukankah kubilang untuk menyerahkan sisanya padaku?"

"Maaf, Yang Mulia Raja," dengan itu, sang Penjaga kembali ke dalam posnya.

[your name] berkedip beberapa kali setelah mendengar panggilan yang ditujukan pada Alexander. "Yang Mulia Raja?"

Alexander mendesah halus. Sirna sudah rencana 'ingin menjelaskan perlahan'nya pada [your name]. "Ya, aku raja kerajaan ini, kerajaan Nightford. Raja Alexander ke-VII."

"Kerajaan Nighford? Aku belum pernah mendengar kerajaan dengan nama tersebut."

"Kau sedang berada di kerajaan Nightford, [your name]. Kerajaan ini memang disembunyikan dari kaum manusia. Tidak aneh jika kau tidak tahu."

"Tunggu sebentar," [your name] berucap terheran-heran, "bagaimana Anda tahu namaku?"

"Aku tahu semua tentangmu. Hobi, nama orangtua, saudara-saudaramu, latar belakangmu, keahlianmu, semuanya."

Wajah [your name] seketika memucat. Siapa sih, pria aneh ini? Apa dia penguntit? Dan semua bualan ini membuat [your name] tidak nyaman.

"Um ... sebaiknya aku pamit saja sekarang. Hujannya juga sudah tidak terlalu deras. Terima kasih sudah mengizinkan saya berteduh di sini, Tuan. Selamat tinggal!"

Baru saja [your name] memutar badannya, seseorang berdiri di hadapannya, menghalangi jalan. Dia adalah Alexandrer sendiri. Kedua mata [your name] membulat. Bagaimana bisa secepat itu?

"Biasanya kami menghabisi setiap manusia yang tersesat ke wilayah kami sehingga tidak ada bukti hidup tentang kebenaran keberadaan kami. Jadi jika kau ingin keluar dari tempat ini, maka aku terpaksa menghabisimu," ucap Alexander dengan santainya. Pandangannya bertemu dengan [your name], dan dapat gadis itu rasakan adanya sedikit ancaman.

[your name] yakin jika Alexander serius, pasalnya meski mimik tubuhnya terlihat sangat tenang dan rileks, entah mengapa sorot pandangannya menyiratkan suatu gertakan. Belakang leher sampai berdesir, pria di hadapannya sungguh menyeramkan. Ini semakin membuat [your name] tidak nyaman.

Diam bukan berarti bergeming, kan?

"Siapa Anda sebenarnya?" Tanya [your name] merasa waswas.

Alexander kini menatap [your name] serius. Tidak sedikitpun senyuman terpampang di wajahnya. "Aku Raja di kerajaan Nightford, Alexander VII. Raja dari para vampir."

Vampir?

Tawa tidak sengaja terlepas dari mulutnya. [Your name] tidak kuasa lagi. "Lucu sekali. Apa Anda akan terbakar kalau terkena sinar matahari?"

Air muka Alexander bergeming. "Kau pikir ini lelucon?"

Tangannya menjulur meraih milik [your name], mencengkramnya kuat, membiarkan telapak tangan gadis itu memerahーmemperangkap sel-sel darah merah di sana. [your name] meronta tidak bisa kabur.

Dengan matanya sendiri, [your name] melihat bagaimana taring-taring milik Alexander memanjang, dan bola mata keemasan pria itu berubah warna menjadi merah. Layaknya sosok vampir yang sering ia baca di novel.

"Biarkan aku pergi!" Pekik [your name], tetapi membuahkan kenihilan.

Alexander pun berucap, "Akan kuberikan semua yang kau butuhkan. Tempat tinggal, makanan, perhiasan dan kekayaan, asal kau mau tinggal di sini."

"Tidak!" Tolak [your name] lagi. "Aku ingin pulang! Aku tidak sudi berada di tempat seperti ini!"

Alexander mendesah kasar. "Bahkan kekayaan tidak dapat membujukmu, hm? Baiklah jika itu yang kau putuskan. Pergilah."

Ketika pria itu melepaskan cengkramannya, pada saat itu pula [your name] berlari menuju gerbang yang semula ia lewati, tidak peduli jika ia harus kembali bertarung dengan jutaan air hujan yang menghujam. Itu lebih baik daripada berdiam diri di tempat tersebut, bukan?

Namun, baru selangkah ia menapaki dunia luar, langkahnya terhenti. Pasalnya terdapat benda pipih nan tajam menembus tepat di lehernya. Cairan merah bertetesan dari ujung benda tersebut, tersapu sedikit demi sedikit oleh siraman air hujan. Seseorang mencabut benda itu dari belakang, membiarkan sensasi nyeri menjalar ke seluruh tubuh.

"Tidakkah kau mengerti? Jika kau ingin keluar dari tempat ini maka satu-satunya jalan ialah kematian." Itu suara Alexander. [your name] membalikan tubuh menghadap pria itu. Tidak sedikitpun terlihat rasa kasihan di ekspresi Alexander. Hanya sepasang mata merah menyala yang menatap dingin.

Tubuh [your name] perlahan lunglai, ambruk terkapar di tanah. Darah menyeruak keluar dari lubang di dada dan punggungnya, membentuk sebuah genangan merah di tanah.

Kematian. Hal itulah yang sedang terjadi padanya saat ini.

TAMAT

Hayo! Siapa yang baru mulai udah dapat bad end? Ehehe ... tenang, kamu masih bisa mencoba rute lain. Dan semoga di lain waktu gak kena bad end lagi,  ya?

Jangan sungkan buat tinggalkan krisar. Adios!

Love,

Alice

Revisi: Beast Darlin [bahasa indo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang