Part 8

269 28 0
                                    

Mendengar jawabanku tersebut, si pemilik rambut perak di sebelahku menoleh. "Kau tipe yang mengikuti arus, ya?"

Aku mengerjap. Mudah sekali beliau menyimpulkan?

"Jika memang begitu, baiklah." Raja William memutar hilsnya, beranjak pergi ke dalam.

"Yang Mulia—"

"—Selamat malam, Putri [your name]," sela pemuda itu.

Dia mengabaikanku ... bahkan meninggalkanku begitu saja di sini!? Kupikir julukan Raja Es itu bukanlah iming-iming belaka. Dia memang bersikap sedingin es, bahkan kepada wanita!

***

Besok paginya aku dan Alex menemani Raja William sarapan. Oleh perihal momen spesial itu, maka aku berdandan layaknya seorang putri sungguhan. Gaun panjang hingga menutupi kaki, sepatu berhak lancip, perhiasan berlian, dan  riasan wajah menghiasiku. Tidak lupa, hari ini aku juga menata rambut [hair color and lenght]ku.

Raven yang memilihkan pakaian serta menata rambutku. Jangan heran, karena memang sudah menjadi tugasnya untuk melakukan semua itu. Ialah penjaga yang merangkap sebagai pengasuh—maksudku pelayan pribadi.

Semua orang berkumpul di meja perjamuan istana. Hanya aku wanita di ruangan itu. Atmosfir di sini sangat tenang dengan tidak adanya seorangpun prajurit yang ikut serta, berbeda sekali dengan  kemarin. Perjamuan berjalan sangat damai.

Kemudian, tibalah saat hingga Raja William menagih janji. Tepat seusai kami sarapan, Raja William bertanya, "Bagaimana dengan jawaban yang kalian janjikan kepadaku kemarin?"

"Saya menerima lamaran Yang Mulia," umumku tegas.

Seketika Raja William menyeringai. Agak menyeramkan di mataku, seolah dia baru saja menemukan mangsa yang tepat. Hal tersebut membuatku merinding.

"Kalau begitu sudah diputuskan," tuturnya, "kita akan menikah dalam wakti dekat. Dan aku ingin kau ikut ke negaraku untuk melakukan segala persiapan. Tidak apa-apa, kan, Raja Alexander?"

"Tidak masalah. [Your name] akan pergi ke Escalus. Dengan ini, akhirnya Nightford dan Escalus benar-benar akan berdamai," balas Alex akhirnya berbicara.

Raja William mengangguk. Dia membalas, "Tetapi tentu saja jika pernikahannya benar-benar terjadi. Sampai tanggalnya tiba, kita gencatan senjata."

Sepasang iris kebiruan itu lalu kembali menyorot kepadaku. Dengan seringai yang masih ia pertahankan, Raja William melanjutkan, "Tenang saja. Aku akan menjaga putrimu dengan baik."

Itulah yang dia katakan. Namun entah mengapa, aku merasakan firasat buruk dibaliknya.

Silahkan melanjutkan ke Part 12.



Revisi: Beast Darlin [bahasa indo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang