one_

15.9K 1.4K 217
                                    

Mulmed : yoongi atau jimin? :/



Yoongi menyesap rokoknya yang ke lima, menghembuskannya pelan di dalam gerbong kereta seolah peringatan bertuliskan dilarang merokok didalamnya hanya debu yang mencoba menarik perhatiannya.

Ia mengemut piercing di sudut bibirnya lalu memejamkan mata seakan menikmati asap nikotin yang menyelubungi indera penciumannya.

"Apa kau tidak baca peraturan?" Seseorang menegur Yoongi, kakinya jenjang, tubuhnya tidak terlalu tinggi menurut Yoongi. Dan sepatunya, ah. Mahal dan berkelas, seharusnya sepatu seperti itu berada di dalam ktx ber ac dengan layanan mobil bak hotel bintang lima.
Yoongi mendongak sengak, bibirnya berdecak dan beraut sinis.

"Tidak." Elaknya sarkasme, ia kembali menyesap rokoknya dan sengaja meniupnya tinggi-tinggi mencoba menciutkan nyali si peng-komentar hidupnya.

"Ah, menyusahkan sekali. semua anak SMA disini sepertimu?" Orang itu menyauti Yoongi lagi, menundukkan kepalanya dan menatap surai pink Yoongi yang nyentrik. Norakㅡdimatanya. "Hei, jawablah."

"Aku tidak suka berbicara dengan orang asing." Kali ini Yoongi berujar. Kembali mendongak untuk bersitatap dengan si pemilik sepatu mahal. "Dan berhentilah sok akrab kecil."

Rambutnya yang sewarna darah bergoyang, sepatu hitam bermerk gucci itu menghentak-hentak lamban, ia menyeringai mendengar penuturan Yoongi, dan apa Yoongi baru saja mengejeknya?
Anak SMA seperti Yoongi dengan baju usang dibagian kerah itu mengejeknya?
Seoul benar-benar biadab sekarang.

"Aku Park Jimin." Bisiknya kalem, Yoongi menyentak rokoknya jatuh lalu menginjaknya kesal. Secara terang-terangan menolak kehadiran pria yang mengaku namanya Park. Park sinting, Park gila dan idiot. Yoongi tidak berniat mengenal namanya, cukup dari marganya saja ia tau- pria ini sama biadabnya dengan Park yang lain.

Yoongi mengetuk gerbong kereta dengan sepatunya, tanpa meninggalkan sepatah katapun ia beranjak saat suara dari kotak penyiar mendengungkan stasiun dimana ia harus turun.
Jimin mengerlingnya. Menatap lekat ketika Yoongi begitu saja berlalu dari celah pintu yang terbuka otomatis. Jimin menarik nafas secara reflek saat bayangan Yoongi sudah tak ada lagi. Baunya yang seperti permen karet yang baru saja dibuka dari bungkusnya dan cegukan kecilnya yang menawan membuat Jimin tertawan. Jujur saja pria kecil berbalut baju sekolah SMA itu menarik perhatiannya ketika asap rokoknya ia tiup begitu saja tak ambil pusing pada sekelilingnya. Jimin mengakuinya ia menarikㅡbedanya, Jimin lebih tertarik untuk mencekiknya dibanding mengajaknya untuk berkencan. Tak ingin ambil pusing dengan pikirannya Jimin mengambil duduk bekas Yoongi tadi dan memilih terlelap dengan abu rokok yang sepertinya sengaja Yoongi buang sembarangan.



.
.
.






Jimin menaruh langkahnya dalam genangan air yang terus melebar, hujan mengguyurnya. Menyisakan noda bekas hujan yang menempel pada jaket boomber berwarna hijau lumutnya. matanya menyapu pandang pada jejeran flat yang berangka teratur dan berlenggak lurus saat alamat yang tertera di kertas yang ia bawa sama dengan nomer di salah satu flat.

Ia mengernyit, bukannya ia salah tempat, melainkan di depannya kini teronggok manusia mengepungnya, menjulurkan sebelah tangannya seperti pengemis tapi tak memasang wajah memelas namun antonimnya, wajahnya sengak, kaku dan mencoba untuk diseramkan.

"Apa?" Jimin membuka suara, hujan rintik masih menorehkan airnya pada kulitnya yang kecoklatan, sesekali alirannya Jimin seka saat terlalu banyak mengaburkan pandangan matanya.

"Hahaha, dia tidak mengerti maksud kita, men." Seseorang dengan jaket lusuh, namun ada yang janggalㅡseragamnya, seperti milik si surai pink norak di kereta tadi. "Aku minta uangmu, baru kau baru boleh lewat sini"

GANGSTA (pjmxmyg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang