six

6.8K 1K 222
                                    

Yoongi pikir dia akan meninggal disini, menjadi sampah yang biasa dionggok di pinggir gang lalu Taehyung akan menangisinya meraung. Namun saat seseorang seperti lewat dengan cepat bak bayangan itu dan menjatuhkan kakinya pada komplotannya yang melawan membuat Yoongi merasa nyawanya kembali berkumpul.

Terimakasih Tuhan hidupku kau perpanjangㅡbegitu ucap Yoongi dalam benaknya, mencoba berdiri dengan kedua tungkai kakinya yang rapuh karena pengusiran, sumpah demi Tuhan kakinya nyilu, baret luka melapisi kulit luarnya, cukup banyak hingga ia meringis, kenapa selalu kakinya yang menjadi korban?

"Eeh?"

Hanya Sepersekian detik yang ia lewatkan, hanya hitungan kerjapan mata yang tak ia lihat tapi sekarang semua tumbang. Jatuh dengan keadaan pingsan dan lainnya menggeram tak berdaya, babak belur dan darah deras mengalir di sela hidung, jumlah mereka tiga dengan senjata yang diringkus. Beberapa benda tumpul terpelanting namun tak terdengar debumannya.

"Ap-apa kau yㅡyang menghajarnya?"

Mata kucing itu melebar, mulutnya terbuka namun tak keluar suara, terlalu takjubㅡterlalu terkejut pada pemandangan di hadapannya. Bergerak seperti apa Park ini kenapa lebih brutal dari perkelahian mereka saat di sekolah tempo hari?

"Kau terlalu lama untuk di andalkan."

Sarkasme Jimin menyeruak, menyakiti telinga Yoongi dengan kalimat tajamnya yang menusuk, diangkatnya tubuh Yoongi yang susah berjalan ke atas punggungnya, tanpa bicaraㅡtanpa menggoda Yoongi dengan kalimat rendahan, Jimin melangkah layaknya pria perkasa lalu kakinya menginjak perut seseorang tadi yang membawa besi tumpul, besinya di ayunkan ke arah selangkangannya oleh Jimin lalu membuangnya sembarangan.

"Apa dia masih komplotanmu?" Jimin bertanya pada Yoongi yang memeluk leher Jimin erat, kakinya dibiarkan menggantung di sisi badan Jimin, mata sayunya mengerling pada anak buahnya yang Jimin habisiㅡmereka menggeram kesakitan seperti memohon pertolongan pada Yoongi namun Yoongi tak acuh lalu menggeleng. "Dia melanggar perintahku untuk tidak memalak di luar sekolah Park Ssaem, jadi mereka bukan komplotanku."

Bukkhh


Satu tendangan dia area leher Jimin berikan. Matanya seperti mencekik hidup-hidup orang yang terkapar di hadapannya lalu bunyi retakan tulang mendominasi gang sempit itu. "Aku muak pada bocah keroyokan."





.
.
.
.


"Kenapa kau diam saja? Takut?"

Jimin mengaduk mienya asal, menatap Yoongi yang sejak tadi menunduk seperti memilin bajunya atau sesekali bunyi geritan kukunya yang digigiti membuat Jimin gemas untuk melarangnya.

"Kalau aku menendangmu sekarang apa kau akan menghajarku juga?"

"Tergantung."


Gulp


Ludahnya yang mengganjal di tenggorokannya ia telan, menyisakan rasa pahit saat Jimin mengunci tatapannya pada Yoongi. "Tapi menghajar kau saat itu agak membuatku kesusahan."

"Huh?" Yoongi mengernyit, masih memaku tatapannya pada wajah Jimin yang berlagak santai.

"aku tidak biasa menghajar wanita."

Ditendanglah meja dihadapan mereka oleh kaki Yoongi yang masih berdenyut nyeri, "hajar saja aku, memuakkan sekali."

Jimin tertawa kecil, mienya di pegang, rokok di kantongnya di keluarkan, lalu menekan sikutnya pada material meja sehingga meja itu diam, tendangan Yoongi yang asal-asalan tak berpengaruh lagi sekarang.

GANGSTA (pjmxmyg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang