eight

6.4K 898 168
                                    

Hari ini mobil Jimin direparasi, ia berjalan dari halte ke rumahnya. Bersenandung di sepanjang gang memamerkan siulan. Tak di sangka gang rumahnya ternyata sangat luas jika tak dihuni preman-preman kampungan yang biasa Yoongi sebut budak.

"Kau pulang?"

Jimin mengernyit di depannya ada setan perempuanㅡJimin mendengus. "Kenapa mencariku?"


Pertanyaan di sambut pertanyaan.

Rokok marlboro di kantong Jimin di pukul hingga melayang menjadi bahan rampasan. "Woah, Oppa suka merokok sekarang."

"Jangan alihkan percakapan. Apa ada tugas lagi dari ayah, Jennie?"

Gadis yang memakai celana robek, compang-camping hingga paha itu tertawa. "Sudah lama Oppa tidak memanggilku begitu, biasanya dipanggil pengerat kecil." Ia mendengus diakhir kalimat, dijarinya ada pemantik api, membakar ujung rokok hingga mengepul asap.

"daddy memintaku memberimu peringatan jangan berhubungan dengan Min Yoongi." Jennie memanjat, duduk di tepi balkon dengan satu kaki dibuka, bibirnya tersumbat rokok.

"Hanya itu saja?" Jimin menendang kaki Jennie hingga gadis berambut pirang itu berteriak.

"Sial berandal. kau tidak boleh menendang kaki ibumu."

"Kau bahkan belum resmi jadi istri bapak tua itu." Jimin membuka pintunya asal, menutup sampai berbunyi klek yang membuat Jennie sontak menganga.

"Hei Park Jimin, kau mau membiarkan ibu mati kedinginan."




Klek

"Ah syukurlah kau pikir kau mau membiarㅡhei."

Jennie berjengit saat Jimin menutup pintunya dari luar sembari mengunci. "Ah pintuku yang manis, jangan sampai ada pengerat memasukimu ya." Sindir Jimin. Tanpa melengok kesamping dia melengos pergi.

"Mau kemana kau hah?!"

Jennie membuntuti, sepatu kerasnya menghentak diatas aspal. Dengan wajah mendung mendukung.

"Menemui princess Min."

"Jangan temui dia anak kecil, dia akan menambah masalahmu. Kau akan gagal mendapatkan warisan."

"Syukur 'kan? Kau dan para calon istri ayahku jadi bisa mendapatkannya tanpa halangan." Jimin mengendik, langkahnya agak di percepat, kali ini ia malas sekali meladeni mulut cerewet yang menggema dibelakangnya.

"Tapi kami semua menyayangimu. Tidakㅡtidak, kami mendekati ayahmu kan untuk mendekati juga sialan"

Berhenti, Jimin tak mengambil langkah lagi, ia menyeringai sebelum mengacungkan jari tengahnya kebelakang.

Fuck yeah




"Aku homo."























.
.
.













Jimin berdiri sambil mendongak keatas, kamar Yoongi disana, apartemen nomer 55 berpintu coklat dengan stiker kumamon menjadi penambal. Lampu depannya redup. Sulur bunga berputar mengelilingi tembok penyangga.


"Namjoon Hyung, ambilkan kontak Min Yoongi di data siswa." Telfon di telinganya tersambung dengan Namjoon, memorinya lekas mencatat beberapa digit nomor yang menjadi babak penentu misinya.

GANGSTA (pjmxmyg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang