seven

6.3K 945 301
                                    

Yoongi bersumpah tidak akan membiarkan pipinya memerah lagi karena si bajingan Park yang sedang duduk di atas atap Mobilnya dengan sikap congkak yang menguar. Ia mengemut permennya aroganㅡbenar-benar seperti bajingan yang pura-pura tak berdosa. Kaca mobil Yoongi sesekali ia injak membuat Yoongi meringis nyilu. Mobilnya mahal men, bahkan menjual Jimin di rumah pelacuran tak akan sanggup mengganti kerusakan pada mobilnya.

"Oh sudah datang rupanya." Jimin meraih bukunya yang biasa terselip di kantung jasnya, buku itu bersampul hijau terang dan Yoongi tau jelas buku jenis apa itu. Di ujung pembatasnya sudah koyak mungkin sering Jimin kerokoti atau bagaimana Yoongi tidak peduli, yang jelas namanya pasti akan masuk lagi ke dalam sana dan menambah rentetan sifat buruknya.

"10 poin pengurㅡ"

"Tunggu." Yoongi menyela, mengernyit heran pada Jimin yang mendongak dari bukunya sembari menekan pulpennya ke atas kertas putihnya, bibir tebalnya menguncup karena terselip permen di dalamnya. "Kenapa tiba-tiba 10? Biasanya kau memberikan 5."

"Kenapa ya?" Jimin menyeringai, mengendik seperti bicara suka sukaku aku penguasanya yang terlihat sangat-sangat menyebalkan.

Setan jenis apa Park Jimin ini?

"Hei keparat park."

"Tidak sopan pada Guru, 5 poin."

"Terserah kau saja bajingan, turun dari mobilku sekarang."

"Yoongi," Jimin berdeham. "Tidak ada peraturan membawa kendaraan ke sekolah apalagi baja hitam dengan merk mahal begini."

"Apa ini hidupmu?" Sadis, Yoongi berujar dengan mulut mendesis ular. Mata sayu yang seperti beruang itu menyipit sanksi. Seperti muak namun pipinya memerah; suka Jimin saat menggerakkan lidahnya didalam mulut yang terkatup.

Kemana hilangnya sumpahnya yang tadi?

"Galak sekali." Keluh Jimin, ia melompat, berpijak pada tanah begitu rupawan, mendekat pada Yoongi yang masih menghunus pedang tajam melalui tatapannya. "Kalau banmu bocor masih berniat sadis?"

Jimin memainkan alisnya nakal, gestur menggoda yang membuat Yoongi panik karena Jimin hampir melepas pentil ban nya.

"J-jangan bajingan, aku tidak punya uang untuk mengisi angin."

Jimin tergelak tampan, kepalanya terlontar ke belakang khasnya saat tertawa lalu kembali bersitatap pada Yoongi yang tidak lebih tinggi dari dia. "Mobil mahal tapi pemiliknya miskin percuma sekali, pantas kau tak membayar utangmu semalam."
Permen kuning dalam mulut jimin menyala-nyala, membuat Yoongi setengah waras untuk tak membuka mulut Jimin paksa dan melihat bagaimana lidah Jimin membelit-belitnya lalu menaruhnya di salah satu bagian kosong bibirnya, kananㅡkiri. Sama saja, apapun itu Jimin sexy.

"Hah?" Pongo. Tatapan itu kosong, bimbang antara menatap bibir atau tangan Jimin yang menyentuh bahunya dan mengguncang-guncang Yoongi perlahan.

"Ku bilang kau miskin." Yoongi tak peduli makian Jimin, Yoongi tidak peduli hinaan Jimin, ia mati rasa saat diterpa hembus nafas Jiminㅡbau lemon yang kental dari permennya menyeruak. "Ck, sudah kuduga."

Jimin melepas permen dari kulumannya hingga bunyi plup meraung berisik dalam telinga Yoongi;oh ayolah dude, bibir Jimin mengkilat berpendar-pendar minta jamahan lalu memasukkan ke mulut Yoongi yang menganga, "sebagai balasan, rokokmu ku sita."

Yoongi baru sadar saat Jimin menyelipkan masuk tangannya pada jas Yoongi dan menekan dadanya. Tangannya seperti meraba lalu tertawa. "Dada yang bagus ya Yoon, sumpalan kaos kakimu pintar jugaㅡakh." Jimin kian terbahak saat Yoongi mencubitnya dan mencoba menjauhkan diri.

"Marlboromu disini sayang." Jimin mengacung-acungkan bungkus putih keudara sambil menyender pada bagian samping Mobil Yoongi.

"Setan." Maki Yoongi, dadanya yang setengah berisi kaos kaki itu ia pegang dan menutupinya dari Jimin.

GANGSTA (pjmxmyg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang