9

306 16 0
                                    

Hari ini Agatha ada janji sama Anin untuk menemaninya jalan jalan dan membeli sesuatu.

Tapi tiba tiba sebuah pesan masuk ke hp nya dan itu dari Algio.

📩Agatha, lo hari ini pergi sama gue ya?

Setelah membaca pesan itu hatinya pun ragu, dia ragu antara memilih ikut dengan Algio atau menemani Anin.

Jika dia pergi dengan Anin pasti Algio bakalan marah dan meninggalkannya tapi bagaimana dengan Anin?

Jika dia pergi dengan Algio bagaimana dengan Anin, dia pasti akan kecewa jika ketahuan kalau dia jalan sama Algio.

Tapi akhirnya dia memutuskan jalan dengan Algio.

"Mendingan gue jalan sama Algio aja, Anin mah bisa di urus nanti" kata Agatha

"Eh tapi kan Anin sahabat lo?" tanya Rara teman sekelasnya

"Sahabat? Hmm gimana ya? Iya sahabat" jawabnya dengan ragu

"Terus kenapa lo lebih milih jalan sama Algio?" tanya Rara lagi

"Gue bilang ya sama lo tapi jangan bilang sama Anin" ancam Agatha

"Iya iya gue bakal tutup nih mulut kalau perlu ntar gue jahit" kata Rara lagi

"Gue suka Algio. Tapi Anin suka Algio. Awalnya gue yang deketin Algio tapi tiba tiba dia ngajak gue jalan ya gue terima lah. Tapi awalnya ketahuan sama Anin terus gue cari alasan dan minta maaf akhirnya dia maagin gue dan percaya sama gue" jelasnya

"Terus sekarang lo jalan lagi sama Algio?"

"Menurut lo gue bakal ngalah aja gitu? Eh para siswi sekolah ini pada ngejar Algio dan gue menolaknya begitu saja? Gila lo!"

"Tapi kan Anin sahabat lo dan dia juga suka Algio"

"Ga ada yang namanya 'Dia milik sahabat gue' kalau gue suka ya gue ambil"

"Aneh lo ya"

****
Anin melihat dengan mata kepalanya sendiri dan apa yang dilihatnya ini sungguh sebuah hal yang mengerikan baginya.

Bagaimana bisa sahabatnya yang tadi pagi minta maaf atas kesalahannya mengulang lagi kesalahan yang sama?

Dan dia hanya menatapnya dengan sekilas. Dia tidak mengubris keberadannya.

Tanpa dia sadari air matanya menetes dan jatuh.

Tapi tiba tiba Langit menariknya pergi dari tempat itu.

Langit membawanya ke toilet dan menyuruhnya masuk ke toilet itu.

"Lo bisa nangis di dalam, gue ga suka liat lo nangis di depan gue" kata Langit

"Kalau lo ga suka gue nangis di depan lo, ngapain lo ga pergi aja?" tanya Anin

"Gue lebih ga suka lagi ninggalin lo yang sedang nangis"

"Terus mau lo apa?"

"Mau gue? Lo nanya mau gue? Mau gue sekarang lo berhenti nangis dan pergi sama gue"

"Kemana?"

"Adalah, intinya lo sekarang berhenti nangis"

"Iya"

Setelah itu Langit membawanya kesebuah galeri lukis.

"Kita ngapain disini?" tanya Anin

"Mancing" jawab Langit singkat

"Lo gila ya? Mancing kok ke galeri lukis"

"Iya lo yang buat gue gila, gara gara lo nangis di depan gue"

"Emang kalau gue nangis di depan lo, lo bisa gila gitu?"

"Iya gue punya penyakit kalau cewek nangis deket gue, gue bisa jadi zombie"

"Zombie atau Zomblo?"

Langit tidak menjawab candaan Anin. Dia langsung jalan dan masuk ke galeri.

Sambil melihat lukisan lukisan yang ada di galeri, tiba tiba Langit bertanya

"Lo tau ga ini lukisan mirip apa?" kata Langit

"Ga tau lukisannya abstrak gini, emang mirip apa?"

"Mirip hati lo, yang ga jelas untuk siapa"

"Ihh sejak kapan lo bisa gombal receh gini?"

"Sejak sempak superman pindah ke dalem"

"Ihh lo apaan sih?"

"Lo udah makan?"

"Belom, masih kenyang"

"Sama gue juga, liat muka kamu aja aku kenyang"

"Kan mulai lagi"

"Iya aku mau mulai ini"

"Kok jadi aku kamu sih?"

"Biar tambah sayang"

"Gaje Gaje Gaje"

"Iya gaje, ga jelas kayak hati kamu"

"Langit, plis udah!" tiba tiba pipi Anin memerah.

"Cieee baper yaa?"

"Ihh siapa juga yang baper!!" kata Anin sambil memanyunkan bibirnya

"Lo kalau manyun gitu tambah cantik ya?"

"Kan lo mulai lagi, gue lagi males becanda"

"Siapa yang becanda? Ini serius"

"Hah?" pipi Anin memerah lagi, menahan malu yang dirasakannya.

"Kenapa? Ga boleh gue ngomong kayak gitu?"

"Bukannya ga boleh tapi aneh aja"

"Lo harus terbiasa dengan itu semua, karena gue mulai hari ini akan seperti  itu sampai seterusnya"

"Gue mencoba"

"Mencoba apa?"

"Mencoba menjadi seperti yang kau minta" kata Langit sambil terkekeh

"Lucu"

"Haha yaudah makan yuk? Gue udah laper banget"

"Hmm" kata Anin sambil mengangguk

Setelah lama berputar putar akhirnya mereka memutuskan untuk makan mi ayam di warung pinggir jalan.

Setelah pesanan mereka selesai, Langit terlihat risih melihat Anin yang membuang sayur pangsit yang ada dimangkoknya.

"Sayurnya kok lo buang?" tanya Langit

"Gue ga suka sayur, palingan sayur yang enak kangkung" jawabnya sambil terus membuang sayur yang ada dimangkoknya.

Langit sangat tidak suka melihat orang yang pilih pilih makanan.

"Kalau ga mau sayurnya ga usah dibuang kasih sama gue aja" kata Langit sambil menarik mangkok Anin dan memindahkan sayur yang tersisa

Anin cuma bengong melihat Langit.

"Milih milih makanan tu ga boleh" kata Langit

"Ya kalau ga suka mau di apain?"

"Makanan itu juga punya perasaan ntar kalau dia sedih gimana?"

"Kok perasaan sih?"

"Sama kayak lo, coba kalau perasaan lo tu ga di hargain gimana? Sakit ga?"

"Hmm iya sih"

"Makanya jangan milih milih makanan ntar hatinya sakit kayak hati kamu, hehehe"

"Iya Langit"

Langit hanya tersenyum dan mengacak rambut Anin pelan.

"Langit??-"

--------------

Maaf ya telat,
Maaf kalau banyak kesalahan tulisannya
Maaf kalau membosankan
Tapi jangan lupa vote + comment yaaaa
See youuuu

ErroneoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang