Bagian 1 - Sudah Kenal

40 7 2
                                    

Orang tua abil dari dua hari lalu telah meminta izin padanya pergi ke luar negeri karena ada urusan pekerjaan. Abil memang memiliki orang tua yang super sibuk. Tapi, kesejahteraan dan kebersamaan dalam keluarga mereka tak pernah luntur.

Kepedulian satu sama lain membuat mereka merasa selalu dekat. Bahkan jarak pun tidak bisa memisahkan mereka. Abil di rumah dengan kakak laki-lakinya dan bi Intan. Semalam Zafran menjemput abil dengan pertanyaan yang simpel. Dan jujur Abil menyukai itu. Kakaknya ini memiliki sifat yang tenang dan tidak blak-blakan apalagi kasar. Abil bangga memiliki kakak seperti Zafran.

Pagi ini Abil bangun dengan baju yang tidak diganti semalaman. Abil masih malas untuk beranjak dari kasur karena tadi malam dia tidur telat. Abil membuka matanya setelah jam alarmnya berbunyi yang ke 7 kali.

Seakan ingat sesuatu, Abil langsung menyambar jam alarmnya dan memelototkan matanya tepat pada jarum pendek jam tersebut, menunjukan pukul 06.50.

Astaga! Dia hampir lupa bahwa hari ini adalah piket ibu Yanti. Guru killer yang seramnya melebihi pembunuh berdarah dingin.

Dia berpikir berapa banyak waktu yang akan dia habiskan untuk mengambil handuk, mandi, memakai handuk, mengganti pakaian, mengeringkan rambut, menyisirnya, sampai pada berjalan menuju mobil.

Abil segera mengambil handuk dan langsung masuk ke dalam kamar mandi, mandi selama 10 menit mungkin sudah cukup. Dia memakai handuknya dan keluar dari kamar mandi. Sambil mengeringkan rambutnya abil mengenakan seragam putih abu-abunya.

Sekarang rambutnya hanya perlu disisir. Sepatunya pun sudah siap di tempatnya. Abil menyukai segala sesuatu yang menurutnya simpel. Jadi, dia hanya memoleskan sedikit bedak dan liptin pada Wajahnya, agar terlihat tidak pucat.

Dia memakai kaos kakinya yang berwarna putih bersih berukuran panjang di bawah lutut, dengan telaten dia beralih mengambil
sepatunya dan langsung memasangkannya pada kakinya.

Ia membetulkan letak tasnya dan berlari menuju mobil yang akan disupiri oleh pak upi. Karena dia tahu walaupun dia menelepon Reza atau Audi untuk menjemputnya percuma, mereka sudah berada di dalam kelas sekarang sedang mengikuti mata pelajaran jam pertama.

....

Gerbang sekolah tampak tertutup rapat. Abil pun sudah bingung bagaimana caranya agar bisa menerobos gerbang sekolah itu. Baru saja mbayangkan wajah bu yanti sudah sangat mengerikan. Tapi abil tidak mau rugi, dia harus masuk seseram apapun bu yanti. Baginya jika dia tidak bisa masuk percuma saja tadi ia kerepotan mengejar ketepatan waktu.

Secara perlahan, Abil berjalan mendekati gerbang sekolah yang lebih terlihat sebagai 'pintu terlarang' pada hari ini. Setelah menginjakkan kaki dengan pasti tepat di depan pintu gerbang, bersamaan dengan langkah kaki pak mahmud yang berhadapan dengan Abil. pak Mahmud adalah satpam SMA Taruna Jaya. Sekolah Abil.

"Assalamualaikum pak mud..." sapa Abil pada mahmud yang berdiri di depan abil dengan pembatas besi (gerbang sekolah).

"Neng Abil kan?" satpam iu membalas sapaan Abil dengan pertanyaan.

"Iya pak... Hehe.."

"Tunggu di sini sebentar ya neng, saya panggil guru piket dulu.."

Perkataan pak mahmud hanya dibalas dengan anggukan ramah dari Abil. Tidak menunggu lama, hal ynag sudah dianggap monster bagi seluruh murid sekolah ini pun muncul dengan langkah yang yakin menuju Abil. Tapi, ada yang mengganjal ketika Abil melihat raut wajah bu yanti.

Abil mendapat raut kesedihan. Mungkin?.

"pagi bu.. Assalamualaikum," tegur Abil dengan sangat ramah setelah bu Yanti berada di hadapannya.

"Saya tidak mau basa basi. Silahkan kamu masuk ke kelas kamu dan belajar dengan benar!"

Abil terdiam di tempat. Melongo dengan apa yang barusan beliau sampaikan hal yang sangat mengenyodkan hati setiap insan yang menghuni bumi. Bagaimana bisa seorang Yanti Kiirana membiarkan satupun murid terlambat masuk dengan mudahnya. Sangat mudah malah. satpam membuka pintu gerbang dan mempersilahkan Abil masuk dengan mulut 'o' nya.

"Beruntung kamu neng, hari ini bu yanti sedang ada masalah dengan pacarnya," bisik pak satpam di telinga Abil dan tentu saja tidak terdengar oleh bu Yanti.

"Kamu mau tetap disini Abilea?" sahut bu Yanti yang lantas membuat Abil tersadar dari lamunannya. Abil sadar ini bukan mimpi. Langsung saja Abil permisi kepada bu Yanti dan pak satpam dan berlari menuju kelasnya, daripada ibu Yanti berubah pikiran?.

Sesampainya di depan pintu kelas, Abil sangat bersyukur karena ternyata guru pada jam pelajaran pertama tidak masuk. "Huftt." hela Abil merasa lega "kenapa pak Tomo nggak masuk?" tanya Abil kepada Reza setelah mendaratkan bokongnya di tempat duduknya.

"istrinya mau lahiran katanya." kata Reza

"Ooh. Semoga persalinannya berjalan dengan lancar ya," Abil mendoakan istri pak Tomo.

"Lo kenapa baru datang jam segini sih?" tanya Reza

"Telat bangun gue Ja,"

"Begadang ya lo?" selidik Reza dengan telunjuk terangkat. "Lagian kenapa lo nggak minta jemput gue aja?"

"Emang lo mau?"

"Enggak sih.. Hehe..." jawab Reza dengan cengiran khasnya.

"Semakin hari semakin ogeb ya lo." ujar Abil merasa kesal.

...

istirahat yang di tunggu-tunggu pun telah tiba. Semua murid berbondong-bondong keluar kelas. Tapi, kali ini mereka bukan menuju kantin melainkan menuju koridor sekolah. Abil, Audi dan Reza meninggalkan kelas menuju tempat yang dituju oleh murid-murid sekolah lainnya.
Mereka menerobos kerumunan itu.

"Ooh, jadi ini murid barunya. Gila... Yang ini ganteng Bil, "ujar Audi setelah melihat cowok yang berjalan di koridor itu.

lain dengan Audi, Abil malah merasa sangat kaget dengan apa yang dia lihat sekarang. Abil masih mencerna baik-baik apa yang ditunjukkan matanya sekarang.

Pria yang berjalan dengan raut wajah yang biasa saja padahal semua kaum hawa sudah mematung menatapnya ini, menangkap sesosok gadis yang ditemukannya semalam.Lalu ia memberikan senyumannya pada Abil.

Demi apa cowok itu adalah Zyan?.

Demi upin-ipin yang nggak pernah grow bigger deh.

Senyuman itu hanya dibalas dengan keterkejutan oleh Abil. Dan Zyan pun tidak mengambil pusing atas kekagetan yang ditampilkan Abil itu, dia malah melanjutkan jalannya tanpa beban.

Lengan Abil terasa tertarik, Abil menoleh dan mendapati Audi yang menarik lengannya dengan tatapan yang tidak lepas dari Zyan.

"Lo kenal dia??" tanya Audi dengan nada dramatis.

"Iya. Gue sudah kenal." jawab Abil dengan pikiran yang berputar kembali dengan apa yang terjadi semalam.

***

Jangan lupa vote dan komentarnya. Meninggalkan jejak itu lebih baik.


Thankyouu 😘

#authoryangmasihamatir

DouteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang