Abil berjalan ke arah mobil seraya membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras. Mendapati Zafran yang sudah berada di dalam mobil. Dengan wajah yang sangat ceriah tentunya.
"Selamat pagi adek kesayangan.." sapa Zafran dengan suara yang dibuat-buat sambil memasang saltbelt. Sapaan itu hanya dibalas Abil dengan raut masam dan kesal di wajahnya.
"Kita berangkat ya. Siap?" tanya Zafran.
Tanpa menunggu jawaban Abil, Zafran langsung melajukan mobilnya ke luar kompleks. Untungnya jalanan tidak terlalu macet seperti biasanya. Memungkinkan Abil bisa datang tepat waktu ke sekolah.
Setelah sampai di depan gerbang sekolah, Zafran menepikan mobilnya dan menginjak rem. Dia hendak menunggu adiknya turun, tapi selang beberapa menit kemudian Abil tidak pula turun dari mobil.
"Eh, lo nunggu apaan? Cepetan turun. Nanti telat, lagi."
"Bang.. Please.. Sekaliii ini aja," mohon Abil dengan tangan disatukan di depan dada menghadap ke arah Zafran.
"Nggak ada. Udah lebih dari seratus kali tim andalan lo kalah. Beda jauh lagi skornya."
"jangan gitu lah abangku yang gantengg,," Abil tetap keukeuh dengan permohonannya.
Zafran memalingkan wajahnya ke depan dan melihat sebuah motor king berwarna hitam baru saja memasuki gerbang sekolah. Seketika sebuah ide terjun dikepalanya.
"Gimana kalo kita mulai hukumannya pagi ini aja?" baru saja Abil akan mengelak atas pertanyaan yang diberikan Zafran tadi, Zafran langsung melanjutkan kalimatnya.
"Gue nggak mau tau. Pulang sekolah lo harus tunjukkin foto selfie lo sama cowok itu ke gue." sembari mengangkat telunjuk ke arah motor ninja hitam yang tadi ia lihat.
"Eh?! Yang benar aja. Itu Zyan bang. Yang lain aja ah." wajah Abil semakin tertekuk dengan emosi yang mendidih.
Sedangkan Zafran hanya menampilkan senyum miringnya. "Tuh kan lo kenal dia. And up to you. Turun atau gue bawa lo ke kampus?"
"Ish. Awas ya lo! Percaya sama gue suatu hari nanti pasti gue akan balas aksi kejam lo ini!" Abil melepas saltbelt miliknya dan membuka pintu kemudian membantingnya dengan kuat. Tatapan tajam ia layangkan ke arah Zafran.
"Silahkan. Gue menunggu dengan sabar." balas Zafran dengan senyuman puas di bibirnya.
Astagaa. Bagaimana Abil harus menyikapi ini? Apakah dia harus merelakkan sendal jepit birunya menjadi bagian dari tempat sampah? Atau dia harus rela membuang malu hanya untuk meminta foto bersama Zyan.
Oh tuhan.. Bantulah Abil.
....
"Rejaa, aduuuhh ini gimanaa??" Abil langsung menghampiri Reza dan menarik-narik tangannya.
"paan sih ni anak?" Tanya Reza kaget dengan kedatangan Abil.
"Jaaa! Ini gila. Ini gawat. Ini serius!" sahut Abil dramatis. Bahkan sekarangpun dia tidak tahu jelas apa yang membuatnya menggila hanya untuk meminta foto dengan Zyan.
"Ada apa?? Lo kenapa?" Reza mulai panik dan mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Abil.
....
Setelah menceritakan semuanya pada Reza dan Audi, mereka malah tertawa dengan senangnya. Apasih susahnya cuma minta foto dan bilang kalau ini hukuman dari kakaknya. Apa coba? Pasti Zyan akan memaklumi. Apalagi wajah Abil tidak cukup memalukan untuk melakukan itu.
Tapi kali ini Reza dan Audi akan membantu Abil. Karena cewek ini yang sangat menjengkelkan jika sedang memaksa. Bolehlah untuk cowok se-kadar-an Zyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doute
Teen Fiction=== Keraguan. Satu kata yang sulit dipercayai akan definisinya. Satu kata yang mampu membasmikan 1001 kata yang mendahuluinya. Apa yang akan terjadi jika keraguan menyelimuti perasaan yang berjalan menuju pasti?. Bagai sebuah magnet yang menarik ki...