"Nanti kalo temen gue dateng itu mulut dikondisikan ya!" Abil mengingatkan dahulu pada Zafran supaya omongannya tidak ceplas-ceplos. Apalagi menyangkut kebiasaan buruk Abil dirumah.
"Ya... Insyaallah aja deh bil." balas Zafran berkaca di lemari yang berada di ruang tamu.
Sesuai jadwal, hari ini Zyan akan datang ke rumah Abil untuk berlatih. Abil segera berjalan menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Rasanya Abil sudah tidak terlalu gugup disaat berdekatan dengan Zyan. Sudah tidak seperti kemarin-kemarin. Dia jadi lebih leluasa sedikit mengobrol dengan Zyan.
Sehabis mandi, dia menggunakan baju rumah berwarna putih dan mengeringkan rambutnya. Abil bingung harus ditata bagaimana rambutnya. Padahal cuma dirumah. Akhirnya, dia menguncir rambutnya asal.
Setelah selesai dengan semua persiapannya, Abil langsung keluar dari kamarnya berniat menunggu 'teman berlatih' nya itu sambil menonton tv.
"Hei." sapa seseorang dari ruang belajar Abil.
Abil menoleh mendapati laki-laki yang sedang duduk santai di sofa yang terletak di sisi kanan ruangan. Yang ia ketahui bernama Zyan.
Sapaan Zyan tadi hanya dibalas oleh keterkejutan yang kedua kalinya oleh Abil.
"Tadi kakak lo nyuruh gue langsung kesini." seolah mengerti dengan tatapan yang diberi Abil.
"Ooh... Terus tadi abang gue bilang apa aja?" tanya Abil sambil berjalan menuju Zyan.
"Nggak ada. Cuma nanya gue siapa."
"Itu aja?"
Pertanyaan Abil hanya dibalas anggukan oleh Zyan.
Abil berjalan menuju piano hitam putih yang ada di sisi kanan ruangan.
"Yuk mulai?" kepala Abil terpaling ke arah Zyan yang masih asik duduk di sofa.
Zyan segera bangkit dan berjalan ke arah Abil. Zyan terlihat simple dengan pakaian yang dikenakannya. Dengan kaos abu-abu dan ceper ditambah dengan arloji hitam yang melingkar di tangannya.
Tiba-tiba Zyan berhenti karena getaran di saku celananya.
"Hallo?" sapa Zyan menjawab telepon seseorang di seberang.
"Hallo? Ini dengan Zyan?"
"Iya, saya Zyan. Ini siapa?"
"Ini pak Chan. Kamu lagi sama Abil nggak?"
"Iya pak, saya lagi sama dia. Memangnya ada apa pak?"
" Gini... Kan Abil juga tau nyanyi, gimana kalo kamu nyanyi sama Abil aja? Duet gitu."
"Kalo saya boleh tahu, kenapa harus diubah yah pak?"
"Soalnya lagunya itu kan lebih cocoknya dibawain sama dua orang, nah... Kamu sama Abil kan pas gitu."
"Ooh gitu yah pak. Yaudah nanti saya tanya Abilnya dulu pak."
"Oke deh. Selamat berlatih.. "
Tut...tut...tut...
Telepon ditutup secara sepihak oleh pak Chan. Zyan melanjutkan jalannya menuju Abil yang sempat tertunda tadi.
"Siapa?" tanya Abil.
"Pak Chan." kata Zyan sambil menarik bangku tanpa sandaran yang ada di dekat Abil. "Katanya lo disuruh nyanyi."
"Nyanyi? Nyanyi dimana? kapan? Gue sendiri?" tanya Abil beruntun.
"Disekolah. Minggu depan. Sama gue." jawab Zyan sama beruntunnya. Sebenarnya sedikit ada perasan aneh yang berdesir di dada Zyan ketika mengucapkan kata terakhir tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doute
Teen Fiction=== Keraguan. Satu kata yang sulit dipercayai akan definisinya. Satu kata yang mampu membasmikan 1001 kata yang mendahuluinya. Apa yang akan terjadi jika keraguan menyelimuti perasaan yang berjalan menuju pasti?. Bagai sebuah magnet yang menarik ki...