Seperti yang sudah dikabarkan Reza semalam, hari ini Abil akan mengikuti latihan untuk acara sekolahnya minggu depan. Dan sampai saat ini, Abil sendiri masih belum tahu siapa yang akan mengiringi pianonya.
Tapi jawaban yang Abil nantikan akan tiba tidak lama lagi.
Abil hanya mengikuti pelajaran jam pertama dan kedua hari ini. Selebihnya, dia harus mengunjungi ruang musik untuk berlatih.
Disini, terdapat banyak alat musik milik sekolah. Mulai dari gitar, piano, angklung, suling, dan masih banyak lagi terutama alat musik Indonesia sangat beragam disini.
Sekolah Harapan Bangsa selain mendapat pengahragaan atas kedisiplinannya, mulai dari berpakaian sampai perilaku siswa-siswinya, sekolah ini juga banyak meraih juara di bidang musik.
"Permisi," Abil menyapa dengan ramah.
Tidak ada siapa-siapa yang menyahut. Berarti di ruangan ini hanya ada Abil sendiri. Tiba-tiba pintu di belakang Abil terbuka dan menampilkan pak Chan, guru berlatih Abil.
"Dari tadi nunggunya bil?" pak Chan bertanya sambil menutup kembali pintu tersebut.
"Enggak kok pak, baru sampe kok,"
Abil dan pak Chan memang sudah akrab sejak Abil baru masuk di sekolah ini. Selain bakat Abil bermain piano, pak Chan juga adalah teman papanya.
"Oh iya pak, partner saya kok nggak pernah keliatan sih?" Abil mulai penasaran.
"Oh iya ya. Dari kemarin saya belum kasih tau kamu. Tapi sebentar lagi dia datang kok."
Tepat setelah kalimat pak Chan tersebut terucap, sebuah ketukan dari pintu putih itu terdengar.
"Masuk," ujar pak Chan.
Pintu putih itu mulai terbuka. Menampakkan sosok lelaki yang tampak sedang menutup kembali pintu. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah pak Chan dan Abil tanpa mengangkat kepalanya.
Semakin dekat.
Hingga akhirnya dia mengangkat kepalanya.
Abil terpelonjak kaget ketika melihat objek di depannya ini. Saking kagetnya dia reflek memegangi kursinya. Untungnya tidak ada yang memperhatikan aksinya tadi.
"Abil, dia yang akan menjadi partner kamu. Sekaligus akan menjadi teman berlatih kamu seminggu kedepan." pak Chan memberi senyuman kepada Abil dan melanjutkan kalimatnya, "Zyan, silahkan duduk."
Kontras dengan Zyan, Abil malah sangat merasa Shok dengan apa yang barusan terjadi. Sangat mengagetkan. Oke, ini terlalu lebay menurut Abil. Tapi apa daya jika ini yang dirasakannya?
Abilpun mulai memainkan pianonya dan begitupula dengan Zyan yang memulai nyanyiannya.
Setelah beberapa menit latihan, waktu istirahat untuk Abil dan Zyan pun tiba. Mereka berhenti memainkan piano dan bernyanyi. Masing-masing sibuk dengan kegiantannya. Pak Chan saat ini sedang ke ruang guru. Entah ada keperluan apa.
Youre go leave me speechless mr. Chan. Seriously.
Abil mulai membuka tasnya, mencari botol yang diisi air mineral oleh mamanya tadi pagi.
Setelah kurang lebih 5 menit Abil mencari botol minumannya, dia tak kunjung menemukannya juga. Sedangkan waktu istirahat yang diberikan pak Chan hanya 20 menit saja.
Zyan yang seakan mengerti sikon, mengahadap ke arah Abil dan menyodorkan botol minuman berwarna merah. "Mungkin lo perlu ini?"
Seketika suara berat itu menghentikan Abil dari kegiatan 'bongkar tas' nya. Bukannya tempo hari Abil sudah pernah 'bongkar dompet'?
KAMU SEDANG MEMBACA
Doute
Teen Fiction=== Keraguan. Satu kata yang sulit dipercayai akan definisinya. Satu kata yang mampu membasmikan 1001 kata yang mendahuluinya. Apa yang akan terjadi jika keraguan menyelimuti perasaan yang berjalan menuju pasti?. Bagai sebuah magnet yang menarik ki...