"Kenapa kau ceroboh sekali?"
Satu lagi pertanyaan keluar dari mulutmu dan Yoongi tak menggubrisya. Dengan keadaannya yang seperti ini, omelan yang kau luncurkan sebelumnya dan pertanyaan itu hanya membuatnya tambah pusing. "Ah, pergi!"
Dan begitu saja. Pintu tertutup kasar. Kau hendak menangis, tapi untuk apa? Sebenarnya kan maksudmu baik, tapi mungkin Yoongi terlalu lelah untuk meladeni pembicaraan yang menurutnya tidak penting. Ya, tidak penting karena sekarang ia harus mempersiapkan mixtapenya yang kedua. Yoongi terlalu sibuk. Sibuk untuk masa depannya.
---Kau berjalan di jalan setapak dengan pasrah. Mengetahui keadaan kekasihmu yang keracunan makanan kedaluwarsa. Bermaksud baik, tapi malah diusir. Sambil berjalan, kau sambil berpikir. Ini salah. Kau menyalahkan dirimu atas kejadian tadi. Tidak mungkin Yoongi mengusirmu jika kau tidak mengganggu.
Seberapa pantaskah dirimu untuk Yoongi?
Kau tidaklah secantik para ulzzang atau pun artis. Kau juga tidaklah segenius Yoongi. Banyak hal yang kurang pada dirimu dan kau sadar itu. Mengapa Yoongi memilihmu sebagai kekasihnya? Apa karna kasihan terhadap dirimu yang bahkan tidak percaya pada diri sendiri?
Kau berpikir, jika Yoongi sudah sedikit berbagi kebaikan hatinya padamu, biarlah setidaknya untuk terakhir kalinya kau merawatnya dengan lebih baik. Membalas budinya yang akan selalu kau kenang. Mungkin ini yang terakhir kalinya, kau bisa bersama Yoongi.
Kau membeli obat dan sup untuk Yoongi. Kau berlari secepat yang kau bisa agar makanan itu tetap hangat dan kekasihmu bisa minum obat secepatnya. Sebelum kau menaiki tangga menuju apartemennya, kau melihat seorang wanita masuk ke dalam apartemen Yoongi. Wanita itu cantik sekali, dari jauh. Haruskah kau ke sana?
Siapa wanita itu ya? Kau mengendap-endap menaiki tangga menuju apartemen Yoongi. Mungkin dia adalah pilihan Yoongi, mau bagaimana lagi. Tujuan akhirmu hanyalah mengantarkan sup dan obat untuk Yoongi, kau sudah tidak peduli lagi siapa wanita tadi. Jika wanita itu yang akan merawat Yoongi, kau hanya dapat memohon agar dia merawat Yoongi lebih baik.
Ketika kau telah meletakkan plastik sup dan obat itu di kenop pintu, pintu terbuka dan memperlihatkan wajah pucat Yoongi. Wajahnya sangat pucat dengan ekspresinya yang tidak bisa dideskripsikan. Kau tertangkap basah!
"Eh," kau menggaruk tengkuk lehermu yang tidak gatal. "Aku hanya ingin minta maaf dan mengantarkan itu." Katamu sambil menunjuk benda yang kau gantung tadi dengan dagumu.
Sebelum kau pergi, akan kah lebih baik jika kau melepaskan Yoongi sekarang?
Mungkin.
"Eung.. Sebelum aku pergi, selamat ya, pacarmu yang baru cantik sekali, lho."
Kau berlari sebelum Yoongi sempat mengatakan sepatah kata pun. Ketika kau sampai di lobi, kau langsung menghentikan taksi yang ada di depan lobi gedung apartemen. Kau juga langsung menangis sejadi-jadinya di dalam taksi. Kau merasakan nyeri di dalam hatimu. Kau benar-benar belum bisa melepaskan Yoongi sepenuhnya. Kau memutuskan hubungan secara sepihak dengan Yoongi.
"Tujuan?"
Kau menjelaskan tujuanmu.
"Lagi patah hati ya?" Tanya sang supir sambil mengendarai taksi.
Kau hanya tersenyum dengan wajah sembab, jelas sekali sekarang kau pasti sangat jelek dengan wajah memerah.
"Kenalkan saya, Namjoon." Kau tak memberikan respon sama sekali. "Ah, ini bukan maksud apa-apa, kok."
"Jika kau butuh teman cerita, ceritakan saja." tawarnya.
Awalnya kau ragu, tapi akhirnya kau menceritakannya juga. Kau ceritakan semuanya dan menangis lagi. Namjoon memberikan sekotak tisu agar kau dapat mengelap air matamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT Fanfictions [BTS]
Fanfiction"Gue pikir, dia yang paling mengerti gue, Bang. Gue pikir, tanpa harus gue ucapkan, dia bakal tau sendiri kalau gue sayang banget saman dia. Gimana bisa dia bilang gue udah nggak sayang lagi sama dia di saat gue selalu berusaha buat dia bangga, untu...