Langit mendung diluar sana. Tampaknya hujan akan mengguyur seoul sore ini."Dingin."
Ia memeluk-meluk dirinya sendiri.
"Tunggu disini, aku akan ambilkan selimut."
Dia mengganggukan kepalanya pelan. Aku berdiri dan berjalan menuju kamar.
Diluar hujan turun lumayan deras. Suaranya membuat film yang kami tonton tak terdengar.
Udaranya juga menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Kami menghangatkan diri dibalik selimut sambil berpelukan.
"Kenapa akhir-akhir ini kau jarang membalas pesanku? Aku rindu sama kamu."
"Handphone ku sering silent mode."
"Kau juga sering tak bisa diajak bertemu."
"Akhir-akhir ini aku sibuk."
Kami diam cukup lama. Menikmati film yang kami tonton.
Sedari tadi matanya fokus menatap layar Tv. Entah kenapa beberapa hari ini ia terasa berbeda saat bersamaku.
"Kemarin, aku melihat mu berjalan dengan seorang laki-laki,dia?"
"Dia mantanku."
Sungguh aku terkejut. Apa? Mantannya?. Ada urusan apa ia dengan mantan kekasih nya?.
Banyak pertanyaan yang ingin kukatakan. Tapi, kurasa lebih baik aku tak mengatakan apa-apa lagi.
Film yang kami tonton telah selesai. Hujan juga tampaknya sudah reda.
Ia bangun dari pelukanku dan mengenakan kembali sweaternya.
"Aku pulang dulu, terimakasih sudah mengajak ku nonton."
"Biar ku antar."
"Ah, tak usah, lagi pula aku mau mampir kerumah teman."
Teman? Malam-malam begini? Atau jangan-jangan ia mau menemui mantan kekasih nya?.
Akh, pikiranku mulai terganggu.
Ia tersenyum kecil saat berpamitan denganku. Bahkan ia sempat melambaikan tanganya.
Mungkin hanya perasaanku saja yang sudah meragukanya.
Ia masih sama seperti dulu.
*
Sedari tadi aku menelpon dirinya. Aku tak sabar mengajaknya kencan di hari jadi kami ini. Banyak hal sudah kusiapkan.
Dia masih belum juga mengangkat telponku. Kurasa ia sedang sibuk.
Tak mungkin kan ia tak mengangkat telponku karena sedang bertelepon dengan mantan nya.
"Apa kau yakin?"
Suara bisikan terdengar ditelingaku.
"S-siapa?!"
"Kurasa kekasih mu lebih penting dariku."
Ia kembali berbisik.
Benar juga. Saat ini aku harus mencarinya.
Aku mengendarai mobilku menuju rumahnya. Tapi, ia tak ada disana.
Sejak ia mengatakan menemui mantan nya lagi, pikiranku jadi sering terusik.
Aku turun dari mobilku. Berjalan-jalan ditaman sambil menetralkan pikiran.
"Lihat siapa itu!"
Bisikan itu muncul kembali.
Apa aku sudah gila? Berdelusikah?.
Saat ku lihat kedepan sana. Aku tak menyangka akan melihat kekasih ku berjalan dengan mantan kekasihnya.
"Wah,wah,wah, kekasihmu selingkuh dihadapan mu."
"T-tidak! Mereka pasti hanya kebetulan bertemu!"
"Yakin?"
Mereka berdua berjalan pergi masuk kesebuah mobil. Tanpa sadar aku jadi mengikuti mereka.
Agh! Bisikan-bisikan ini membuatku gila.
Tiba-tiba, ponsel ku berdering. Siapa sangka ia menelponku.
"Ne, ada apa, sayang?"
"Apa kau bisa datang kerumah ku? Ada yang ingin ku bicarakan."
Apa yang ingin dia bicarakan? Apakah ia ingin memutuskan ku? Dan dia akan pergi bersama mantan nya?.
"Hoseok? Kau mendengarkan?"
"Ah, iya, aku akan kesana."
Tidak. Ini tak bisa dibiarkan.
*
Aku mengendarai mobil dengan penuh amarah, benci, dan dendam.
Bisikan-bisikan aneh kembali terdengar.
"Menyedihkan, dikhianati kekasih sendiri."
"Tentu saja ia lebih memilih mantan nya dari pada kau yang pecundang ini."
"Hahaha...lebih baik kau relakan saja dia."
"DIAM!"
Teriaku.
Sial sepertinya aku sudah benar-benar gila. Aku tak terima ini. lihat saja akan kubalas kalian.
*
Author's POV
Mobil yang dikendarai Hoseok berhenti tepat didepan rumah kekasihnya. Tampak gelap didalam sana.
Hoseok membuka pintu rumah kekasihnya itu. Ia melihat kekasihnya dengan sebuah lilin.
"Jung Hoseok, sebenarnya ak-"
"Tak ada yang perlu kau katakan, sayang."
Hoseok baru saja menancapkan sebilah pisau yang dibawanya ke tubuh kekasihnya itu.
"A-apa yy-ang kau lakukan, Hoseok?"
Ucap kekasihnya dengan tangan yang menutup lukanya itu.
"Selama ini kau selingkuh dengan mantanmu kan."
"K-kau salah paham."
Kekasih nya berjalan menuju tombol lampu dan menyalakannya.
Betapa terkejut nya Hoseok melihat semua ini.
Sebuah banner bertuliskan 'Happy Anniversery' tertempel di dinding. Bukan cuma itu saja. Foto-foto mereka berdua juga ada.
Sebuah cake manis dan beberapa makanan tertata rapi di meja.
Sebuah pesta kecil yang harusnya berakhir bahagia malah berkahir seperti ini.
Cahaya masa depanku meredup
Karena cintaku yang kekanak-kanakan, aku kehilangan jalan mimpiku
Hoseok jatuh terduduk dilantai melihat kekasihnya sudah tak bernyawa lagi.
Ada darah dari hancurnya kenyataanku
Aku tak pernah berpikir bahwa
Keserakahan akan menjadi terompet sangkakala.
Mucul sosok hitam dibelakang Hoseok. Sambil memegang kedua bahunya ia berbisik.
Yeah it’s evil
*
"AAAAAAAA!"
"Hoseok ada apa?! Bangun-bangun malah berteriak."
"Kau...kau masih hidup! Jadi selama ini aku bermimpi."
Aku memeluk erat gadis yang kucintai ini. Sangat erat, sampai-sampai ia memintaku untuk melepaskannya karna sulit bernafas.
"Hei, aku mencintai mu."
"Aku juga, aku mencintai mu Hoseok."
[END]
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT Fanfictions [BTS]
Fanfiction"Gue pikir, dia yang paling mengerti gue, Bang. Gue pikir, tanpa harus gue ucapkan, dia bakal tau sendiri kalau gue sayang banget saman dia. Gimana bisa dia bilang gue udah nggak sayang lagi sama dia di saat gue selalu berusaha buat dia bangga, untu...