Sejeong's Side
"Sejeong cantik, liat sini dong",
"Apaan si bagong gajelas foto-fotoin gua",
Lelaki tidak jelas tersebut adalah salah satu teman terdekatku selama dua bulan terakhir ini, namanya Seongwoo Bagaskara, atau sering dipanggil Ong.
Saat hari pertama kami memulai perkuliahan aku sempat mengalami culture shock, bagian yang membuatku agak sedikit tidak nyaman adalah kenyataan bahwa aku berkuliah di sebuah tempat dimana perbandingan jumlah kaum hawa dan adamnya adalah 1:3. Aku yang sejak kecil tidak terbiasa berada dekat disekitar laki-laki sempat merasa canggung. Namun, berbeda dengan pria ini. Aku bahkan masih mengingat bagaimana kami dapat saling mengenal. Ah mengatakannya seperti ini membawa ingatan kecil mengenai kami.
Hari itu merupakan hari kedua setelah masa orientasi berakhir, setelah jadwal kuliahku berakhir, aku berjalan menuju parkiran motor bersama Pinky, sahabatky sejak SMA yang kebetulan satu departemen denganku. Namun, saat sampai didepan motorku, aku berteriak panik.
"Eh helm gua kemana, eh terkutuk kok bisa nggak ada sih?!", akupun langsung berlarian kesana kemari sambil mencari helm. Dibantu Pinky tentu saja.
"Eh jeong, warna helm lu apaan dah? Ada stikernya kagak?", dan akupun terdiam, sedari tadi kami mencari helm dan baru sekarang dia bertanya ciri-ciri helmku. Memang Tuhan itu Maha Adil, ia sangat cantik, tapi otaknya agak sedikit miring dari tempat seharusnya.
"Item ky, ada stickernya bonek mania di belakang helmnya". Sekitar tiga puluh menit kemudian, aku dan Pinky yang masih mencari helmku mendengar suara deru motor. Tanpa sengaja karena ia parlir di depanku aku mengamati helm yang ia gunakan, dan kejadian selanjutnya adalah...
"EH MALING HELM GUA!", iya helm yang digunakan lelaki itu adalah helmku, tak peduli dengan dengan wajah kaget sang pelaku, aku langsung menarik helm yang masih bercokol di kepalanya.
"Eh mbak, aduh beringas banget, sakit ini. Dan lagi saya bukan maling"
"Lah ini helm saya mas, terus kalo bukan maling ini helm kenapa bisa dipake sama mas?"
"Tadi ini ada diatas motor saya mbak ya saya pake ajalah, lagian bentuknya sama kaya punya saya", jelasnya sambil melepas helm dan menyerahkannya padaku.
"Ini mas liatin ya, ini punya saya, helm masnya ada stiker kaya gini enggak?" , ujarku sambil menunjuk bagian belakang helm, lalu ia tersenyum lucu sambil menggelengkan kepalanya, entah apa yang membuatnya tertawa yang jelas itu membuatku semakin dongkol.
"Kok ketawa sih mas? Ya pokoknya ini punya saya. Udah saya mau pulang, permisi", sebelum aku sempat melangkah, sebuah tangan menahanku
"Mahasiswi baru juga kan? Kenalin aku Seongwoo Bagaskara, panggil aja Ong", sejenak aku sempat bingung dengan orang dihadapanku ini, dan juga suasana canggung melingkupi kami setelah ia memperkenalkan diri.
"Ha? Oh iya, Sejeong Narya, panggil aja Sejeong", lalu setelahnya ia melepaskan tanganku dan meminta maaf atas kejadian tadi,
"Eh Sejeong boleh minta id line kamu? Kan kita seangkatan siapa tau butuh ntar",
Kok jadi aku-kamu begini?
"Eh iya ini id line gua, @sejeoong, gua balik duluan ya Ong", karena sudah mendengar teriakan Pinky aku langsung bergegas menghampirinya, lagipula helm sudah ada ditangan.
"Makasih Jeong! Hati-hati ya", aku pikir dia memang orang yang kelewat ramah.
Itulah awal perkenalanku dengannya, hingga akhirnya aku dan dia menjadi sangat dekat. Anak lain bahkan menyebut kami kembar siam karena kemanapun kami selalu berdua. Kebetulan kami juga berada di kelas yang sama. Terkadang kedekatanku dengan Ong membuat sahabatku Pinky protes,
"Kenapa si Jeong lu berduaan terus sama si Ong? Udah pacaran ya lu? Kok lu sering ninggalin gua si", dan aku hanya tertawa mendengar celotehannya.
"Enggak gitu Pinky sayang, udah ih gausah cemberut, lu jelek tau kalo manyun gitu", sebenarnya Pinky bukanlah satu-satunya orang yang bertanya akan statusku dan Ong yang memang kelewat dekat. Jujur saja, aku juga mulai merasa khawatir akan status kami, kuakui aku memang nyaman bersamanya, tidak mungkin kan tidak ada perasaan terhadap laki-laki yang selalu ada dan dekat denganmu dalam jangka waktu yang lama? Aku tidak ingin munafik, memang benar aku menyukainya, apalagi sikap yang ia tunjukkan kepadaku berbeda dari sikap yang ia tunjukkan kepada gadis lain. Ia akan selalu ada disaat aku butuh, menemaniku pergi kemanapun, dan kapanpun. Jadi bagaimana mungkin aku tidak jatuh kepadanya?
💮💮💮💮
"Jenongku, udah makan belum?"Bayangkan bagaimana aku tidak baper jika setiap ia memanggilku, walaupun hanya melalui chat selalu ia sisipkan kata-kata yang menunjukkan hak miliknya atasku. Jenongku, yang benar saja! Bahkan kami belum memiliki status yang jelas.
"Belum bagong, mager keluar", setelah sepuluh menit, ia pun membalas,
"Keluar nong, aku udah di depan rumahmu, ayo makan sama aku", melihat nya membuatku tersenyum dan bergegas mempersiapkan diri untuk pergi, tidak salah kan kalo aku suka padanya?
Sampai di depan, Seongwoo yang duduk diatas motornya tersenyum sambil mencubit pipiku gemas,
"Udah dibilangin kan Jenongku jangan suka telat makan kaya gitu, kalo kamu sakit gimana coba?", aku bisa mendengar nada khawatir dari suaranya, yang membuatku tanpa sadar tersenyum dan mungkin pipiku sedikit merona karena perhatiannya itu.
"Kan ada kamu, kalo aku sakit ya kamu ntar yang rawat sampe sembuh hehe"
"Mulai nakal kan kamu, udah ayo naik, nasi goreng aja ya? Kamu kemaren bilang pengen nasi goreng depan kampus itu kan?"
Selesai makan, Seongwoo mengajakku pergi ke taman yang ada didekat komplek perumahanku. Kami duduk dan bercerita mengenai apapun, seputar kuliah, teman-teman kami sampai hal yang tidak jelas sekalipun. Selain perhatian, selera humor Seungwoo merupakan salah satu daya pikat lainnya yang ia miliki. Tidak pernah satu haripun aku tidak tertawa karena kelakuan konyolnya atau ucapannya yang lucu, karenanya aku dan ia jarang bertengkar, dan dia adalah mood booster terbaik Sejeong Narya.
Namun, ada yang berbeda hari ini, dia lebih banyak diam dan hanya menanggapi ceritaku sekedarnya. Karena sudah tidak tahan dengan tingkahnya, aku pun bertanya,
"Kenapa si Ong? Kok diem terus daritadi? Kamu sakit?", dan setelahnya terdapat jeda yang cukup lama. Hal ini tiba-tiba saja membuat suasana menjadi berubah serius,
"Sejeong Narya, mungkin kita baru kenal beberapa bulan ini, aku tau aku belom bisa menjadi sosok yang sempurna buat kamu, tapi seiring waktu nanti aku akan belajar buat jadi laki-laki yang baik buat kamu. Aku gabisa janjiin kebahagiaan, tapi aku bakal berusaha sebisa mungkin nggak akan nyakitin kamu, aku akan selalu ada buat kamu, jadi sandaran kamu disaat hari terbahagiamu, ataupun hari terberatmu. Jadi, maukah kamu kasih aku kesempatan itu?
Would you be mine, Sejeong Narya?"
"Officialy yours Mr. Ong"
KAMU SEDANG MEMBACA
💮S E R E N E 💮 ✔
FanfictionWanna hear a story about us? Starred by : 💮Kim Sejeong 💮Kang Daniel 💮Ong Seungwoo Alternate Universe