7

654 122 3
                                    

Daniel's Side

Cuaca hari ini sepertinya cukup untuk membuat kulitku berubah menjadi tanned seketika tanpa perlu harus berjemur, panas sekali. Kepalaku sudah ingin pecah rasanya, maklum efek praktikum dan kepanasan.

"Tau gini aku masuk bisnis aja dah daripada belajar ngelas gini kaya montir", itu barusan suara Chungha sahabatku sejak SMA.

Ardiana Chungha namanya, gadis yang kuakui memiliki pesona yang menarik hingga walaupun kami masih baru di departemen yang terkenal miskin kaum wanita ini, ia sudah menjadi idola disini. Banyak kakak tingkat maupun teman seangkatan kami yang mendekatinya, tapi gadis ini tidak pernah menanggapinya serius. Dia bilang, ia tidak mau pacaran dulu dan ingin fokus pada studinya.

Awalnya aku iya-iya saja mendengarnya dan tidak memusingkannya, karena toh ini pilihannya dan aku tidak berhak ikut campur. Tapi semua berubah setelah hari itu terjadi, aku tidak bisa lagi memandangnya seperti dulu lagi. Semuanya berbeda dan menjadi rumit.

"Danik? Oi? Kok bengong sih? Aku lagi ngomong nih", lamunanku buyar saat mendengar suaranya. Aku mencoba mengontrol ekspresiku,

"Mikirin urusan BEM tadi gua, maaf ya, tadi lo ngomong apa?"

"Dasar anak sibuk, aku mau ngajakin kamu nemenin nyari buku Termo ntar malem, bisa nggak?"

"Bisa kayaknya, yaudah ntar jam 7 gua jemput ke kos"

"Bener ya? Sekalian makan ya hehe"

"Iya, gua duluan ya. Ada urusan di Sekre BEM", sebenarnya itu hanya alasan. Ada hal yang kupikirkan sekarang, dan rasanya masalah ini harus diselesaikan secepatnya.

Aku pulang kerumah dengan perasaan bimbang, gadis itu, gadis yang kutemui pada saat hari terakhir masa orientasi jelas masih belum bisa kulupakan bahkan sampai sekarang aku masih mencari tahu tentangnya, tapi apakah mungkin aku bisa kehilangan sahabat yang sudah kuanggap seperti adik sendiri demi mempertahankan gadis itu?

**********

"Gua suka sama Daniel udah lama Som, lo tau kan? Tapi Daniel selalu cuek sama gua. Akhir-akhir ini dia jadi aneh, dia kaya nyembuiin sesuatu dari gua. Kayanya dia lagi naksir cewek, soalnya dia sering senyum-senyum sendiri gitu Som. Sakit liatnya. Gabisa gua kaya gini terus, apa gua mundur aja ya Som? Terus gua bakal mundur pelan-pelan dan ngilang dari kehidupan Danik, gua bisa ikut ortu gua ke Spore",

Aku yang tadinya berniat mengajak Chungha untuk berangkat bersama untuk acara departemen tidak sengaja mendengar suara isakan yang aku kenal, dan malah mendengar pengakuan yang membuatku kaget dan seketika beku.

**********

Seharusnya memang aku menyadari tentang perasaan Chungha dari awal sehingga aku bisa mencegah perasaan itu, aku jelas tidak memiliki perasaan yang sama seperti apa yang dirasakan olehnya. Ia adalah sahabat baikku, tidak lebih. Tapi aku tidak ingin menyakitinya. Aku menyayanginya seperti aku menyayangi adikku. Aku juga tidak tega terhadapnya, dan aku tidak ingin dia pergi karena bagaimana pun ia adalah teman terdekat yang aku miliki. Egois memang tapi memang ini yang aku rasakan sekarang.

Mungkin aku harus mencobanya, siapa tahu seiring berjalannya waktu aku bisa menyayanginya dengan cara yang sama seperti cara dia menyayangiku.

**********

"Makasih ya, Dan, udah mau anterin aku"

"Iya sama-sama, em Chungha ada yang mau gua omongin sama lu"

"Tinggal ngomong aja kenapa? Nggak biasanya"

"Gua suka sama lu, lu mau nggak jadi pacar gua?"

"Danik? Kamu serius?"

Aku mencoba meyakinkannya dengan ekspresi wajah dan tatapan mataku, dan juga menyakinkan diri sendiri dalam hati. Semoga saja pilhanku ini merupakan pilihan tepat yang tidak akan membawa bencana kedepannya.

"Iya Ardiana Chungha, gua serius"

Setelah cukup lama terdiam, akhirnya ia mengiyakan pengakuanku dengan angukan malu-malu.

**********

Tidak kusangka statusku dengan sahabatku ini, yang sekarang resmi menjadi pacarku akan membuat satu departemen gempar. Dengan cepat berita menyebar, dan setiap orang yang melihatku langsung menyerukan suara-suara syaitonnya.

"Cie yang udah gak jomblo PJ jangan lupa, Dan", itu suara Aron, salah satu teman terdekatku di departemen. Dan ucapannya itu hanya kubalas dengan toyoran di kepalanya.

"Gila ya Chung masih baru jadi mahasiswa udah pacaran aja", kalau yang ini suara Somi. Sahabat Chungha sedari kecil yang juga satu departemen denganku dan Chungha.

Kami, aku, Aron dan Chungha ada di jurusan Teknik Mesin. Sedangkan Somi ada di jurusan Teknik Industri. Departemen kami memang terdiri dari dua jurusan.

Chungha, yang sedang berada di sebelahku hanya tersenyum malu-malu, kulihat ia menjadi lebih ceria sejak hari jadi kami. Dan aku merasa bersyukur, setidaknya aku tidak menyakitinya. Aku ikut tersenyum sambil mengusap ujung kepalanya.

"Udah dong kalian mesra-mesraannya, bikin sakit mata tau gak!"

"Tau nih yang mentang-mentang baru jadian, Chung inget ya traktiran!"

"Minta dia aja nih, kan dia yang cowok, bener gitu kan my Danik?"

💮S E R E N E 💮 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang