LDR 10

769 64 32
                                    

Segera setelah memasukkan piala dan hadiah lain hasil nilai tertingginya ke dalam kamar, Lisa bergegas untuk pergi menyusul Rendy ke bandara. Masih menggunakan kebayanya, dan hanya mengganti heelsnya dengan flat shoes, Lisa berlari ke arah jalan dan menyetop taksi.

"Ke Bandara Adisutjipto ya Pak, cepet"

Di belakang Pak Sopir, Lisa terlihat sangat kacau. Dengan menatap jalanan di balik kaca, terdengar helaan nafasnya yang dibuang dengan kasar berkali kali.

Pandangannya memang terlihat fokus pada jalanan di balik kaca taksi, tapi tidak dengan pikirannya. Perlahan pandangannya berubah menjadi kabur. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Sekuat hati Lisa telah menahan tangisnya, tapi nyatanya kenyatan itu menyakitkannya. Rendy akan meninggalkannya. Mereka akan berpisah beratus ratus kilo. Tak dapat membayangkan bagaimana kedepannya hubungan mereka, yang ada dipikiran Lisa sekarang hanya ingin bertemu Rendy. Mungkin untuk terakhir kalinya sebelum nanti mereka bertemu kembali dalam ikatan takdir yang berbeda dari keadaan yang ada.

"Dek, maaf mengganggu itu dari tadi hpnya bunyi".

"Oh iya Pak" setelah menghapus air matanya, Lisa mengambil ponsel yang tadi dilemparkannya asal setelah masuk ke dalam taksi.

Noni is calling...

"Hallo, Lis lu dimana. Tadi abis gua liat lu sama Rendy ko tiba tiba kalian berdua ilang?"

Noni langsung memberi pertanyaan beruntun kepada Lisa. Membuat hatinya serasa tertusuk ketika mendengar nama Rendy disebut.

"Hello, Lis ko malah diem sih. Lu denger gua ngomong apa ga"

Setengah kaget Lisa menjawab telpon dari Noni.
"Eh iya, em gua lagi di jalan mau ke Bandara nganter Rendy"

"What? Lu ke Bandara sendiri Lis? Knapa lu ga bilang sama gua. Gua bisa nganterin elu"

"Waktunya terlalu mepet buat minta anter ke elu Nik" dengan lesu Lisa menjawab pertanyaan Noni. Lelah merasakan semua keadaan yang telah memeras tenaganya dan pikirannya.

"Gua sama Arkan mau nyusul lu. Ati-ati disana. Sampai ketemu nanti" belum sempat Lisa melarang Noni, panggilan telponnya telah dimatikan sepihak dari seberang. Dengan murung Lisa melanjutkan aktifitas melamunnya sambil melihat jalanan.

~~~~~~

"Ini Pak ambil aja kembaliannya" setelah memberikan uang seratus ribuan kepada Pak Sopir, Lisa langsung bergegas turun dari taksi dan berlari masuk ke dalam Bandara. Banyak orang yang melihatnya dengan tatapan aneh tapi Lisa tak memperdulikannya.

Dengan mata sembabnya Lisa melihat sekeliling. Didapatinya Rendy tengah berjalan ke arah petugas tapping untuk menyerahkan boarding pass miliknya.

"Rendy..." beberapa orang tampak asik memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tak peduli dengan tatapan orang-orang itu, Lisa berlari ke arah Rendy yang disambut dengan ekspresi terkejut sekaligus haru darinya.

"Lis ngapain disini? Lu kesini sendiri?"

Bukannya menjawab Lisa malah menubruk tubuh Rendy dengan kencang dan memeluknya. Untungnya Rendy telah siap untuk mendapatkan serangan tak terduga dari Lisa.

"Lu itu bego apa gimana. Gua disini ngapain? Ya gua mau nganter elu lah Rend".

Rendy tak menjawab. Hanya membalas pelukan Lisa dengan erat. Perlahan Rendy merasakan pandangannya yang mulai kabur. Dengan gerakan cepat Rendy menghapus air bening di pelupuk matanya. Mencoba untuk lebih kuat dan memberi pengertian kepada Lisa. Perlahan Rendy menarik napas dalam dalam. Mengisi rongga dadanya dengan oksigen. Menghilangkan sesak didada yang dialaminya sejak mengingat perpisahannya dengan Lisa yang sebentar lagi akan terjadi.

"Gua emang bego, bisa sesayang ini sama cewe bego kaya elu yang ga tau kode apapun dari gua".

Lisa hanya mendengarkan dan menunjukkan tatapan herannya pada Rendy.

"Maafin gua yang belum bisa ngasih kebahagian buat lu Lis". Kedua tangan Rendy menangkup pipi Lisa dan menatap mata hitam Lisa. Terdapat ketulusan di setiap ucapannya, dan Lisa merasakan itu.

Kedua tangan Rendy turun dan menggenggam jemari tangan Lisa yang terasa dingin. "Gua minta satu permintaan sama lu boleh?"

"Iya Rend. Apapun yang lu mau. Sekiranya gua bisa bakal gua lakuin".

Rendy tersenyum menanggapi itu. Yang kemudian dilanjut dengan kalimat permintaan dari Rendy. "Jaga hati lu buat gua ya, jangan pernah kecewain gua. Raga gua boleh pergi, tapi hati gua masih tertinggal disini, di hati lu. Janji sama gua, sehabis perpisahan ini, lu ga boleh sering-sering galau. Harus semangat buat ngejalanin hari hari tanpa adanya gua. Gua tau lu pasti bisa. Lu cewe kuat Lis, malu kalu misal lu ga bisa ngadepin takdir yang hanya memisahkan ini. Suatu saat nanti kita bakal ketemu lagi. Bisa jalan bareng lagi. Ya walaupun ga tau kapan. Tapi percaya aja, saat seperti itu akan ada. Love you Lis".

Setelah mengucapkan itu Rendy mendekatkan badannya kepada Lisa. Melepas genggaman tangannya dan beralih menangkup pipi Lisa, yang kemudian di ciumnya kening Lisa dengan sangat dalam. Rendy dan Lisa, saat ini mereka tengah merasakan sakit itu. Tapi keduanya saling menguatkan untuk bisa lebih baik menjalani hari hari kedepannya tanpa adanya belahan hati yang dulunya selalu menemani.

"Ren, janji juga ya sama gua lu harus jaga hati sama jaga mata. Gua ga mau lu kepincut sama cewe Surabaya. Awas kalau lu pindah haluan ke cewe Surabaya. Gua pecat lu jadi cowo gua. Disana hati-hati ya. Kalau naruh barang jangan sembarangan. nanti dipesawat juga hati-hati. Berdoa terus biar sampai tujuan selamat. Jangan asal ngobrol sama orang baru".

Dengan linangan air mata Lisa mengucapkan itu semua seolah tak ada beban yang dirasakannya. Padahal deretaan kalimat itu hanya sebuah pelindung untuknya agar Rendy tak mengetahui bagaimana sakit yang dirasanya.

"Bro hati-hati ya disana. Gua bakal kangen banget buat gulat sama lu kalo misal lu udah bener pergi ke Surabaya". Arkan yang baru datang langsung meninju pelan bahu Rendy dan memeluknya singkat.

"Tunggu gua balik kesini. Nanti kalau gua disini lagi, kita gulat sepuasnya" Rendy menanggapi gurauan Arkan untuk mencairkan suasana.

"Hati-hati ya Rend, awas kepincut sama cewe Surabaya. Gua ga akan maafin lu sampai itu terjadi. Soalnya dengan itu lu udah nyakitin temen gua yang nyebelin ini. Jadi jangan pernah gua denger kabar lu kepincut sama cewe Surabaya!" Noni yang baru datang bersama Arkan langsung mengancam Rendy. Rendy yang masih belum siap hanya menatap bingung pada Noni.

"Ish bego. Pokoknya jangan sampe kepincut cewe Surabaya. Lu harus inget sama Lisa yang nungguin pertemuan kalian selanjutnya".

"Iya iya. Gua tau ko. Gua juga ga bakal pindah ke lain hati lah orang udah ada yang sempurna kaya gini ko" ucap Rendy sambil menggoda Lisa.

"Ish Rendy apaan sih" terlihat semburat merah di pipi Lisa.

"Gaes. Kayaknya gua harus pergi sekarang. Em nitip cewe gua ya bilang ke gua kalau dia nakal disini"

"Iya Rend. Selow nanti gua laporan ke elu" Arkan menanggapi dengan nada seriusnya. Membuat Rendy tertawa lagi.

"Rend, buat lu" Lisa memegang tangan kanan Rendy, dan di letakkannya gelang di telapak tangan itu. "Pakai biar lu inget terus sama gua".

"Iya Lis. Gua pergi dulu ya. Jaga diri lu baik-baik. Inget pesen gua"

"Bye sayang gua bakal kangen sama lu. Jangan lupa kabarin kalau udah sampai ya" ucap Lisa dengan pandangan yang mulai kabur. Dari jauh terlihat Rendy tengah memberikan boarding passnya yang kemudian hilang karena Noni mengajaknya untuk pulang.

"Nik gua mau duduk dulu disini bentar" Lisa duduk di ruang tunggu yang menghadap langsung pada langit biru di hadapannya. Terlihat burung besi itu mulai naik melewatinya. "Gua bakal kangen banget sama lu Rend" Lisa berkata lirih.

Sedang di tempat berbeda, Rendy pun tengan mengucapkan kalimat yang sama sambil menggenggam gelang pemberian Lisa yang kemudian di pakainya. "Gua bakal kangen banget sama lu Lis"

Hufttt part ini mikirnya lama😅tapi untung bisa ke publish juga. Happy reading gaes. Tinggalkan jejak kalian. Voote dan komen dari kalian sangat berarti buatku😊

LDR STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang