LDR 23

390 22 1
                                    

Bel tanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Teman-teman Lisa sudah pulang sejak tadi. Tapi sepertinya belum ada tanda-tanda bahwa Lisa akan segera pergi dari kelasnya. Diatas satu buku tulis yang terbuka, Lisa meletakkan kepalanya menghadap jendela dalam posisi terpejam.

Pikiran Lisa seharian ini mulai kacau karena lagi-lagi Rendy tak memberinya kabar. Entah alasan apa lagi yang akan di berikan Rendy nantinya, yang jelas saat ini Lisa sedang kesal dengan Rendy. Akhir-akhir ini Rendy sering menghilang dan tak memberinya kabar. Hanya satu dua chat yang masuk ke ponselnya. Itu juga hanya satu kata dua huruf "Bi". Itu saja. Jelas Lisa kesal.

Ponsel Lisa kembali bergetar. Satu pesan masuk dari Rendy. Lagi-lagi pesan yang isinya sama seperti 4 jam sebelumnya. Lisa menjatuhkan ponselnya ke meja dengan kasar dan kembali menelungkupkan kepala di kedua lipatan tangannya.

"Lis, untungnya lu masih di sini." Tegar tiba-tiba sudah berada di samping Lisa dan tangannya langsung terulur mengambil sebuah botol mineral milik Lisa yang baru di minum sedikit

"Tadi gua abis di hukum gara-gara telat masuk pelajaran Bu Eka. Lari keliling lapangan sepulang sekolah. Sebenernya tadi gua pengen kabur, tapi Bu Eka kayanya tahu. Dia nungguin gua keluar kelas dan langsung nyuruh gua lari begitu lihat gua. Jadinya gua baru bisa nemuin lu sekarang. Maaf ya."

Tak ada jawaban dari Lisa. Tegar yang sejak tadi ingin menyentuh gadis di sampingnya itu, kini perlahan mulai menempelkan tangannya pada rambut Lisa. Lisa tak mengelak, diam menikmati sentuhan Tegar. Sentuhan yang di harapkannya, bahwa itu adalah Rendy. Tapi mengingat hubungannya dengan Rendy terbatas jarak, Lisa hanya bisa menahan. Menahan semua rasa yang dialaminya seorang diri.

"Lis..."

"Hmm." Perlahan Lisa bangun dari posisi nyamannya. Berpura-pura bahwa ia tadi sedang tertidur dan tidak menyadari kehadiran Tegar di sisinya.

"Udah dari tadi?"

"Belum. Baru aja sampai."

"Gimana soal jadwal lesnya?"

"Gua les bimbel seminggu tiga kali. Hari Senin, Rabu, sama Jumat. Gimana kalau kita les di sisa hari itu? Selasa, Kamis, dan Sabtu?"

"Boleh. Gimana soal tempat?"

"Pertanyaan bagus. Tempatnya di rumah gua aja. Setiap sore di hari yang udah kita tentuin. Deal?"

"Oke kalau gitu." Lisa mengambil tasnya dan satu buku kemudian berjalan meninggalkan kelas.

"Lis, gua anter ya?"

"Ga ngerepotin?"

"Engga." Tegar bangun dari duduknya dan berjalan mendahului parkiran.

Lisa merasa canggung, dia hanya diam mengikuti arahan Tegar untuk masuk ke dalam mobilnya. Selama perjalanan, Lisa diam memandang jalan. Rasa bersalah menyelimutinya karena saat Rendy menghilang dan tak memberinya kabar, Lisa malah asik bersama dengan Tegar.

Berbeda dengan Tegar yang sibuk menyusun kalimat untuk memulai obrolan bersama Lisa. "Ehm, Lis. Ko lu bisa tidur di kelas tanpa di marahin guru sih? Apa rahasianya?"

Tegar menatap Lisa yang berada di sampingnya. Gadis itu melamun. Setengah kesal karena ternyata Lisa tak mendengarnya, Tegar memanggil Lisa kembali.

"Lis. Lisa." Tegar melambaikan sebelah tangannya ke depan wajah Lisa.

"Eh iya. Rahasia apa?"

"Tadi gua nanya, gimana caranya lu bisa tidur selama jam pelajaran tanpa ada guru yang negur lu?"

"Tinggal tidur aja. Tapi walaupun tidur, harus tau materi hari itu apa aja dan mengumpulkan tugas tepat waktu. Gua rasa cuma itu." Lisa mengingat-ingat kesehariannya di sekolah. Tak ada nada sombong dalam bicaranya. Membuat Tegar ingin mencubit pipi chuby Lisa. Gadis itu sangat menggemaskan saat sedang berpikir. Sisi lain yang baru di ketahui Tegar tentang Lisa.

"Sampai."

"Mau mampir dulu?" Lisa mengucapkannya spontan. Pertanyaan yang membuatnya merasa grogi sendiri. Pipi Lisa merona setelah melontarkan kata itu. Bayangan dirinya akan bersama dengan Tegar selama beberapa waktu dalam satu rumah, membuatnya berpikir yang tidak-tidak.

"Emangnya boleh?"

"Nngg, iya boleh."

Tegar tertawa melihat ekspresi Lisa. Membuat dorongan untuk memiliki gadis itu semakin kuat. Namun Tegar harus bersabar menunggu waktu untuk bisa memiliki gadis itu.

Ponsel Lisa berdering cukup keras. Mengagetkan Tegar dan juga Lisa. Saat Lisa melihatnya, nama Rendy tertera di layar ponsel. Menghadirkan rasa gugup karena Rendy menelpon di saat yang tidak tepat. Namun berkat ekspresi dingin Lisa, perasaan itu dapat di sembunyikannya dengan mematikan ponsel sesegera mungkin. Yang kemudian menyalurkan bunyi pada ponsel Rendy, bahwa nomor Lisa tidak aktif.

"Ko di matiin?"

"Bukan telfon yang penting." Maafin ya Rend.

Tegar merasakan perbedaan sikap yang di tunjukkan Lisa. Pertanyaan siapa yang menelpon Lisa berkecamuk dalam benaknya.

"Ohh. Eh lain kali gua boleh main kan Lis? Kalau ada orang tua lu gitu." Tegar menolak halus. Memunculkan kelegaan karena untungnya Tegar tak menerima ajakannya. Apa yang nantinya akan di pikir oleh tetangga Lisa jika seorang anak gadis yang sedang sendiri di rumah membawa teman lelakinya ke rumah?

"Boleh ko."

"Ya udah pamit dulu ya Lis. Titip salam buat orang tua lu. Bye." Tegar tersenyum pada Lisa dan mobil mewah itu segera meninggalkan halaman rumah Lisa.

Lisa segera menghidupkan ponselnya dan membuka chat dari Rendy.

Bi
Bi
Bi
Maaf. Gua ngilang. Kemarin ada acara di tempat sodara. Jadi gua ga bisa ngabarin. Sibuk bantu-bantu.

Rendy terlihat online di sana. Tapi tak ada niat dari Lisa untuk membalas chat dari Rendy. Lisa hanya menatap ponselnya.

Malas melihat setiap chat penjelasan dari Rendy, Lisa berniat menyimpan ponselnya dan berjalan masuk ke halaman rumah. Sebentar saja, ponsel itu berdering keras. Panggilan telfon dari Rendy. Lisa menekan tombol merah di layarnya berkali-kali. Tapi berkali-kali juga ponselnya berbunyi.

"Hallo."

"Maaf gua baru bisa ngabarin."

"Gua itu nunggin kabar lu. Sibuk-sibuk terus. Emangnya ga ada waktu sebentar, buat ngabarain gua? Lu itu sibuk apa sih sebenernya?" Lisa sampai di depan pintu, dengan kasar membukanya dan melepas semua atribut sekolah yang telah di kenakannya seharian.

Perumahan di tempat Lisa selalu sepi, karenanya Lisa lumayan bebas untuk melakukan apapun di rumahnya. Selama masih dalam batas wajar. Seperti saat ini. Marah dan berbicara dengan nada tinggi hingga membuka pintu dengan suara yang cukup keras pun tak akan ada yang tahu.

"Kan tadi gua udah bilang. Gua sibuk bantuin saudara gua. Ada acara keluarga. Jadi baru bisa ngabarin. Maaf."

"Acara keluarga yang mana? lu itu cuma tinggal berdua sama Om lu. Gimana bisa ada sodara? Emangnya Om lu udah nikah apa? Alasan terus. Cape dengernya."

Lisa mematikan telfonnya sepihak. Di lanjutkan dengan mematikan ponselnya. Rasanya masih kesal karena Rendy selalu saja sibuk dengan urusannya. Seolah Lisa di lupakan. Atau, Rendy sebenarnya punya wanita lain di sana?

Ya ampun :3 updatenya seminggu sekali masa. Duhhh. Kurang cepet ya😖Coba aja bisa tiap hari atau dua hari sekali update😂cepet tau deh endingnya :')
Happy reading ya gaes😙😘😙 jangan luoa vomentnya. Thankyou.

LDR STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang