14

866 104 20
                                    

Yook Sungjae membanting kasar tubuh kekarnya pada kasur big size berwarna abu-abu miliknya.

Ia merentangkan tangan dan kakinya. Ia menerawang jauh keatas langit-langit kamar. Jiwanya masih tetap dibumi, karena pikirannya sesak dengan gadis yang sudah ia kenal selama 17 tahun. Dan gadis itu masih sama-selalu membuatnya serbasalah. Itulah keahliannya, Park sooyoung.

"Apa yang terjadi dengannya hari ini ?"bisik sungjae lebih kepada dirinya sendiri.

Perasaan tertolak, itu yang ia rasakan saat ini. Ia berharap jika saat ini ia benar-benar salah.

Ia cukup terbiasa dengan sikap sooyoung yang tiba-tiba cuek dan tak acuh padanya. Ia terlalu mengenal gadis itu. Namun mengapa kali ini "sedikit" berbeda ? Sooyoung meletakkan pembatas yang ia tidak tahu alasannya. Itu membuatnya frustasi.

Sungjae menyilangkan tangan kirinya dibelakang kepala, sedangkan tangan kanannya sibuk mengotak-ngatik handphone. Ia mencari kontak sooyoung, dan ketika menemukannya, ia menahan diri untuk tidak menekan tombol hijau saat ini juga,

"Ah... eotteohke…..." desah sungjae frustasi. ‘’Aku cari mati jika menelponnya dalam keadaan seperti ini.’’

‘’Argghh….’’Ia membanting kasar benda berbentuk segiempat itu. Ia berguling-guling dan menjambak rambut pendeknya kasar.

Hyaaah... park sooyoung.. Neo gwaenchanha ?

Malam itu, tak hanya sungjae yang menahan diri untuk menelpon, tak hanya sungjae yang memaksa dirinya untuk terlelap, tetapi gadis itu pun melakukan hal yang sama.

Entah  sampai kapan, ego mempermainkan mereka dalam lingkaran yang tak berujung. Dan kita cukup menjadi saksinya.

**

*Sooyoung's Pov*

Sungjae. Sungjae. Sungjae. Dia disana, dia disini. Sungaje di kanan, sungjae di kiri.
Namanya berputar di kepalaku. Wajah manisnya mendorong aku untuk terus menggali kenangan.
Aku penasaran, apa isi kepalaku selain sungjae saat ini ?

Aku heran, mengapa aku sekeras kepala ini ? Memilih untuk tetap menyukainya adalah kesalahan terbesar. Itu adalah kesalahan termanis dari catatan kebodohan yang pernah kulakukan. Sekarang, aku menyesal. Alasan klasik, namun itu yang terbaik.

Jika aku tak mampu membuang kenangan tentangnya, setidaknya aku jangan menambah kenangan lain bersamanya. Aku harus menjauh, sebelum perasaan ini membebaninya, ketika masa itu datang--masa dimana ia tahu perasaanku.

Namun, langit berkehendak lain, kini lelaki itu ada dihadapanku. Ia tak datang dengan api biru, ia tak datang dengan kilatan guntur. Ia hanya datang dengan seragam sekolah dan tas punggung yang menggantung di pundaknya.

‘’Annyeoongg…’’Seperti biasa senyumnya membuatku tertular, refleks aku tersenyum membalas senyumannya.

‘’Uri sooyoungie. Kelihatannya kau sudah sehat.’’Ia mengacak lembut kepalaku. ’’Kau tidak sekolah ?’’

Aku tersadar kedalam duniaku. Aku lupa jika baru saja aku berpikir untuk menjauhinya. Serapi mungkin lengkungan bibirku berubah 180 derajat.

‘’Sooyoungie, jawab aku ?’’Ulangnya, karena tak ada jawaban dariku.

‘’Dtcch,, tubuhmu tidak panas lagi. Apa sekarang otakmu yang sakit ?’’Ia menyentuh dahiku dan bertanya heran pada dirinya sendiri. Ia berpikir keras, seakan mencoba untuk mendiagnosis penyakitku.

‘’Lepaskan.’’Aku menghempas tangan besarnya kasar, yang masih menempel diatas mataku.

‘’Kau jadi aneh saat sakit.’’Kata sungjae melemah, aku tahu sikapku sedikit kasar. Saat melakukan ini pun hatiku juga ikut teremas. Ini menyakitkan, karena ini bukanlah aku.

Player be My Lover (Sungjoy Couple)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang