"Rasa itu ngga masuk akal, irasional, buta."
❤
Laki-laki itu melangkah jengah, tangannya terkepal, nafasnya menggebu-gebu, sorotan matanya tajam dan raut wajahnya menyiratkan sebuah ke khawatiran yang sangat besar.
Mata elangnya tidak henti-hentinya berputar, mendelik setiap ada orang yang menatapnya takut.
Iqbaal menggebrak meja resepsionis sampai perempuan cantik dibaliknya terlonjak kaget.
"A.. ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai bagian resepsionis itu takut-takut
"Cari kamar atas nama Abbdydzar yang check in hari ini"
"Baik, tunggu sebentar" perempuan cantik itu memeriksa data dari layar komputer. tangannya sedikit bergetar, sesekali menatap iqbaal ragu.
"Tidak ada, mas"
"Agy"
"Apa?"
"Atas nama agy"
Si resepsionis kembali melihat ke layar komputernya, mencari satu nama yang kembali disebut iqbaal.
"Tidak ada juga"
Iqbaal mendesah frustasi, untuk kesekian kali nya dengan ragu dia mengatakan, "Atas nama (namakamu) athaya"
Lagi, resepsionis itu kembali mengecek satu persatu daftar nama yang check in hotel hari ini. Dan lagi dia menggeleng pelan, "Ngga ada, mas"
Iqbaal mengacak rambutnya, mundur beberapa langkah setelah melihat ada dua pasangan yang mengantri dibelakangnya.
"Gue harus cari lo kemana lagi, (nam)" Iqbaal memejamkan matanya, tubuhnya merosot di sofa tunggu yang tersedia di lobby.
Ini hotel yang ke 16 yang sudah dia datangi, tapi dia belum menemukan apa yang dicarinya.
Handphone nya bergetar didalam saku celana jeans light blue yang dipakainya kali ini. iqbaal merogohnya, mengambil benda pipih yang langsung dia tempelkan ditelinganya setelah melihat nama Irzan yang tertera di caller id.
"Gimana?"
Irzan mendengus di sebrang sana, "Lo dimana?" bukannya menjawab, irzan malah bertanya juga.
"Hotel"
"Ngapain?"
"Ngemis" iqbaal berdecak, "Ya cari (namakamu) lah"
"Terus ketemu?"
"Udah 16 hotel gue datengin, tapi gue ga nemuin mereka"
"Lo emang sekhawatir itu atau emang bego?"
Terdengar lagi irzan yang mendengus disambungan teleponnya, "Ada yang bilang, (namakamu) dibawa pergi sama dua laki-laki"
"Hah?!"
"Yang satu anak kecil"
"Anak kecil?"
"Ya. ga mungkin mereka ke hotel kan"
"Sialan, gue ditipu!"
"Lagian bego banget. kaya gatau aja agy selicik apa"
"Terus salah gue yang bego karna emang se khawatir itu?"
"Hm"
Iqbaal mematikan sambungan teleponnya sepihak.
Matanya yang sayu kembali menajam. Memasukan handphonenya ke saku celana, iqbaal berdiri dan bersiap untuk meninggalkan tempat yang tidak seharusnya dia datangi ini.