Pukul 09:45 wib, hari ini tanggal 28 Desember 2017.
Di dalam mobil pajero sport putih yang dikendarai Papanya, (Namakamu) tidak berenti-berenti nya menghela nafas lalu membuangnya perlahan. Berkali-kali juga di mengigit bibir bawahnya, padahal sudah mendapat peringatan dari Mama nya untuk tidak melakukan itu, karena bisa merusak lipcream warna pink alami yang dipakainya.
"Masih jauh, Pah?"
"Kamu udah ga sabar banget emang?"
"Ih, bukan gitu pah."
Papa (Namakamu) malah tertawa diikuti Mama yang duduk dikursi penumpang sebelah kemudi. "5 menit lagi sampe ko."
(Namakamu) menyalakan layar ponselnya, jam menunjukan pukul 09:50 wib. Jantungnya berpacu ketika mengingat, tepat di jam 10:00 yang artinya 10menit lagi dia akan berstatus resmi sebagai orang istri.
Istri seorang Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan.
Mobil pajero putih milik papa (Namakamu) berenti disebuah pelataran Masjid Agung didaerah jakarta. Sudah ada beberapa mobil yang terparkir ditempat ini.
(Namakamu) tersentak ketika Mama membuka pintu mobil lalu menyodorkan tangannya untuk digandeng.
(Namakamu) menghela nafas pelan, lalu meraih tangan mama tercintanya yang hari ini cantik menggunakan kebaya simpel berwarna putih. Disampingnya, papanya yang berjas hitam turut menggandeng tangannya, menuntun (Namakamu) berjalan di karpet merah yang tersedia di jalan masuk kedalam Masjid.
(Namakamu) melirik mama papanya bergantian dengan tatapan haru, sebelum mereka benar-benar sampai diambang pintu.
Semua perhatian kini tertuju padanya. Tidak terkecuali dengan Iqbaal yang sudah duduk didepan penghulu yang terhalang sebuah meja pendek ceper.
Hari ini kadar kegantengan Iqbaal bertambah berkali-kali lipat ketika memakai setelan jas hitam ditambah sebuah kopiah yang juga berwarna hitam. Iqbaal pun merasakan perbedaan yang sangat ketika pertama kali melihat (Namakamu) dengan kebaya putih modern yang simpel namun sangat indah ketika dipakai gadisnya. Make-up nya sangat natural, dan Iqbaal suka itu. Selalu suka.
Satu senyum lebar Iqbaal mampu menggetarkan semua syaraf yang ada ditubuh (Namakamu). Badannya seketika menjadi panas dingin, tangannya gemeter dan jangan tanya bagaimana debaran jantungnya karena rasanya tidak bisa dideskripsikan.
"Baiklah, kedua mempelai sudah ada didepan saya. Jadi, sebelum dimulai saya akan bertanya, apakah kalian berdua sudah siap?" tanya pak Penghulu.
(Namakamu) melirik Iqbaal yang juga melihat kearahnya, lalu tersenyum. Dibawah sana, tangan Iqbaal mengelus lembut punggung tangan (Namakamu) yang berada di atas paha.
"Siap!" kata Iqbaal dengan suara yang sangat meyakinkan. (Namakamu) hanya mengangguk dan tersenyum malu.
Iqbaal menggeser duduknya semakin mendekat ke (Namakamu) setelah diintruksikan bundanya, karena akan dipasangkan selendang putih diatas kepala mereka berdua.
Papa (Namakamu) mengulurkan tangan kanannya kedepan Iqbaal yang langsung dijabatnya dengan erat.
"Saudara Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan bin Herry Hermawan Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama (Namakamu) Athaya binti Surya Atmaja dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya (Namakamu) Athaya binti Surya Atmaja dengan mas kawin tersebut, tunai."
(Namakamu) tidak bisa lagi menahan air matanya yang lolos begitu saja ketika semua yang ada disini berteriak "SAH!" dengan kompak.