Bima mengangkat tubuh Santiago hingga berdiri dan memutar lengan Santiago kebelakang lalu memborgolnya dan mendorong tubuh Santiago yang terluka cukup parah masuk ke dalam mobil polisi. Brampun melakukan hal serupa pada 1 komplotan Santiago sementara pria penembak dengan bazooka kini terbaring di dalam ambulan setelah tertembak tepat diatas paru parunya.Bima berjalan menuju mobil box yang isinya berantakan antara makanan dan senjata berbagai ukuran yang siap antar ke tempat pemesan. Dipegangnya satu bungkus makanan bergambar chef pria gendut tersenyum sambil membawa sepinggan kue di tangan kanan.
"Kasus ini masih belum selesai Bram. Gue harus usut tuntas kasus ini., kata Bima sambil meremas bungkusan makanan yang dipegangnya.
Bram tersenyum, ia paham betul dengan isi kepala Bima yang selalu menyelesaikan tugasnya sampai ke akar akarnya. Bram menepuk pundak Bima dan meremasnya.
"Kamu gak usah khawatir. Soal ini serahkan sama aku, besok kamu menikah dan nikmati pernikahanmu selama 4 hari dengan berbulan madu bersama Kiran. Sekarang kamu pulang saja, siapkan dirimu untuk pernikahanmu. Soal ini serahkan saja kepadaku," kata Bram.
"Gue tahu, gue mau ke pemakaman dulu untuk berdoa di pusara keluarga gue. Cari tahu sebanyak -banyaknya Bram, gue mau konsen sama urusan pernikahan. Kasihan juga Kiran gue cuekin akhir-akhir ini," kata Bima yang segera bangkit.
"Percaya sama aku," ucap Bram sambil tersenyum dan mulai melakukan pekerjaannya.
***
Keesokan paginya, Bima mengenakan pakaian adat Jawa duduk bersimpuh dan mengucap janji suci di depan penghulu dengan wali nikah ayah Kiran yang tak lain Joko Saputro dan pernikahan sakral yang dilakukan di kediaman keluarga Saputro berjalan dengan khidmat dan kini Kiran resmi menjadi istri Bima.
Acara dilanjutkan dengan resepsi pernikahan yang dihelat di pelataran kediaman Joko dengan undangan para tetangga dan handai taulan. Sergio dan Luckypun hadir dan memberi ucapan selamat.
Sergio tersenyum menatap Kiran. Kiran tidak mampu menutupi perasaannya.
"Kamu cantik sekali. Bapak sampai tidak mengenalimu," ungkap Sergio.
"Iya dong pak. Terima kasih bapak mau datang," ucap Kiran bahagia.
"Bapak doakan pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan." Doa Sergio.
"Terima kasih, Pak," jawab Bima.
Selepas acara di kediaman Kiran, resepsi dilanjutkan di sebuah gedung mewah dimana para tamu undangan adalah rekan seprofesi Bima dan Bram. Kiran memicingkan mata saat melihat tamu yang kebanyakan pria bertubuh tegap.
"Mereka teman gymku hun, makanya badannya seksi," bisik Bima berdusta.
Kiran ber oh ria setelah mendengar penuturan Bima.
***
Acara pernikahan berjalan dengan lancar, Kiran dengan anggunnya keluar dari gedung dimana perhelatan pernikahannya dilangsungkan. Kiran berjalan dengan telapak tangan yang tergenggam erat oleh tangan Bima. Kiran tersenyum memandang wajah Bima yang kini telah menjadi suaminya.
Wajah tampan dan menawan itu pasti takkan membuatnya bosan untuk berlama-lama memandangnya. Wajah blasteran Eropa tentu saja akan membuat anak-anaknya kelak pasti cantik dan tampan.
Bima membawa Kiran ke apartemennya yang bisa terbilang mewah. Kiran yang masih mengenakan busana pengantinnya berjalan sambil menggelayut manja di lengan Bima. Sesekali Kiran menengadah memandang wajah suaminya yang kini wajahnya bersih tanpa cambang. Kiran tersenyum manis sekali saat Bima memandangnya dengan senyum indah menghiasi wajah Bima.
Di depan apartemen Bima, wajah kedua pengantin berubah saat melihat dua pria tinggi tegap yang tak lain anak buah Bima yang bernama Adi dan Marco menunggu di depan pintu apartemen. Bima segera menekan pasword apartemennya dan terbukalah pintu apartemen yang menunjukkan isi di dalamnya yang tak seberapa.
"Maaf pak, ada hal penting yang harus kami laporkan," kata Marco seorang pria berambut cepak.
"Masuklah!" perintah Bima.
Bima meraih pinggang Kiran dan menggiringnya masuk kamar.
"Hun, tunggu sebentar. Aku ada perlu dengan kawanku," kata Bima yang segera berlalu meninggalkan Kiran yang wajahnya berubah masam.
Bima mempersilahkan tamunya untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Jadi apa yang akan kalian laporkan padaku?" tanya Bima to the point.
"Tentang Fernando Prado. Kakak Santiago Prado yang merupakan produsen dan otak penyelundupan senjata," kata Adi, pria yang berambut gondrong.
"Maksudmu?" tanya Bima.
Marco menyerahkan sebuah berkas dengan berbagai jenis gambar wajah.
"Jadi, kalian belum pernah melihat wajah Fernando?" tanya Bima sambil membolak balik berkas yang dipegangnya.
"Fernando , buronan internasional pak. Mr. Takeru kemarin ke kantor dan mengajak kita kerja sama dalam misi ini, Pak," kata Adi.
"Maksudmu Takeru Yamada?" tanya Bima memastikan.
Marco dan Adi mengangguk bersamaan.
"Ok aku tahu. Besok aku akan menemuinya," kata Bima yang segera mempersilahkan tamunya untuk keluar.
"Maaf mengganggu honeymoon bapak. Tapi misi ini sangat penting, Pak," ucap Adi tak enak hati.
"Ya ya, gue tahu. Pastikan kalian menginterogasi Santiago dan mencari petunjuk baru selama gue libur," kata Bima.
Adi dan Marco menghormat lalu pergi meninggalkan Bima dengan berkasnya.
Kiran melepas hiasan rambut sambil mengernyitkan dahi, mengapa Bima merahasiakan percakapannya dengan sahabatnya. Itu yang berkecamuk di pikiran Kiran. Apakah suamiku sama seperti uncle dan mas Bram, pikiran itu juga terlintas di pikirannya. Kiran menoleh saat suara pintu terbuka dan Bima dengan senyum indah masuk ke dalamnya.
"Tadi siapa, Mas," tanya Kiran penasaran.
Bima tersenyum dan segera meraih pinggang Kiran untuk direngkuhnya.
"Tadi bukan siapa siapa. Ehm, akhirnya kamu jadi istriku hun. Aku bahagia sekali," tandas Bima dengan senyum merekah mendekati Kiran yang tengah duduk diatas ranjangnya.
"Iya mas. Aku semalaman gak bisa tidur mikirin hari ini," aku Kiran.
"Hun, kamu cantik sekali," puji Bima membuat Kiran tersenyum
"Mas, aku boleh nanya gak?" tanya Kiran.
"Boleh," jawab Bima.
"Sebenarnya pekerjaan Mas Bima apa. Kenapa bisa kenal sama Mas Bram?" tanya Kiran.
Bima tersenyum, diraihnya tangan Kiran dan dikecupnya.
"Bram teman kuliahku hun. Kami bersahabat sejak lama," dusta Bima sekenanya.
Kiran mengernyitkan dahi, Kiran tentu saja tahu siapa kawan Bram semasa kuliah dan itu sudah sangat lama karena perbedaan usia Kiran dan Bram terpaut hampir 9 tahun.
Bima tersenyum, sadar dustanya ketahuan oleh Kiran. Kemampuan accuracy empathy yang dikuasai Bima membuat Bima dengan mudah membaca pikiran Kiran melalui bahasa tubuhnya.
"Aku tahu kamu tahu aku bohong. Istriku sangat hebat, ayolah hun. Gak usah mikir macam macam. Kita ehm ehm ya," kata Bima mulai mencumbu Kiran.
Kiran mendesis, otaknya tersesat dan kemudian Bima membawa Kiran terbang ke angkasa untuk pertama kalinya.
Keesokan harinya, Kiran terbangun tanpa Bima di sampingnya. Kiranpun mencari Bima di seluruh penjuru apartemen hingga mendapat secarik kertas memo menempel di kulkas.
Hon, aku ada urusan penting. Nanti sore aku kembali. Aku sudah siapkan makanan untukmu di kulkas, kamu bisa menghangatkannya..
Kiran menghela nafas, tanpa kata kata Kiran mengambil makanan dari dalam kulkas dan memakannya tanpa menghangatkannya dahulu.
Seharian Kiran berada di apartemen sendirian, tanpa melakukan apapun kecuali menonton film sambil tiduran di ranjang hingga malam menjelang dan Bima pulang dengan keadaan lelah.

KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY HUSBAND
RomanceBagi Bima, cinta tidak butuh alasan. Karena cinta pula, ia mengesampingkan segala keanehan Kiran dan mempersuntingnya. Namun siapa sangka, keanehan sang istri menyimpan sebuah kisah yang sangat kelam dan mengerikan. Seperti bawang, Bima harus mengu...