Bab 5 - Ingkar Janji

29.9K 2.2K 15
                                    

Nafas Hikari tersengal sengal karena marah. Menghadapi sifat putrinya membuat Hikari menghilangkan kejaimannya sebagai calon mertua bagi Bima.

"Lihat yah, ngidam apa aku sampe ngelahirin anak aneh kayak dia," kata Hikari ketus.

"Ia, ibu ngidam apa sampe aku seperti ini. Pasti ngidamnya gak jelas deh," jawab Kiran tak mau kalah.

Hikari menyingsingkan lengan bajunya bersiap melayangkan pukulan di kepala putrinya.

"Masih berani jawab nih bocah," seru Hikari.

"Ya beranilah orang tinggal jawab coba," jawab Kiran.

"Liat kelakuan calon istrimu Bim. Nanti kalo Kiran macam macam pukul saja pantatnya biar kapok," saran Hikari karena emosi.

Kiran mendelik tidak percaya ibunya menyarankan tindakan kekerasan kepada Bima.

"Pantatku seseksi ini mau main pukul. Enak aja, lagian ibu nih aneh mana ada ibu yang nyaranin calon mantunya buat mukul anaknya. Ish, ish, ish sungguh ter.la.lu," kata Kiran sambil menggeleng gelengkan kepala.

Joko menghela nafas lalu memilih melenggang pergi sambil menarik tangan Hikari. Kiran menengadah menatap wajah Bima.

"Liat mas, ibu dan mas Bram setiap hari ya kayak gini. Suka main pukul seenaknya hati hati kalo masuk keluarga ini. Bisa bisa kamu juga kena pukul lo," kata Kiran dengan mimik muka menggemaskan.

Bima tersenyum lalu meminta agar Kiran duduk di kursi di sebelahnya. Kiran mendengus menggerakkan kedua mata dan bibirnya secara bersamaan membuat Bima kembali tertawa.

"Honey, besok aku jemput untuk fitting baju pengantin ya," kata Bima tiba tiba.

Kiran mendelik menatap Bima tak percaya dengan apa yang baru di dengarnya.

"Fit. Fit. Fitting baju...Pengantin...," kata Kiran terbata bata.

"Katanya pengen cepet cepet nikmatin mu mu sepuasnya. Berarti harus nikah secepatnya," ucap Bima memaknai ciuman dengan sebutan mu mu.

"Tapi gak secepat ini, Mas," protes Kiran.

"Aku ingin cepat menikah agar kehormatanmu tetap terjaga dan aku ingin kita cepat disatukan oleh pernikahan. Besok kujemput jam 10 ya," kata Bima menjanjikan.

Kiran menghela nafas pasrah. Sejak awal pun Kiran tidak memiliki kesempatan menolak perjodohannya dan kini setelah seharian bersama Bima entah mengapa Kiran seolah tersihir oleh ketampanan dan kelembutan Bima.

"Iya iya, besok kutunggu," ujar Kiran akhirnya.Hikari memukul pundak Kiran karena kesal dengan sikap yang di tunjukkan anaknya. Kiran mengusap pundaknya sambil memandang Hikari. Joko mengerling Bima dan mengajaknya keluar dan membiarkan Hikari dan Kiran adu mulut.

***

Mengingat kejadian semalam, Bima tersenyum sendiri. Tak sabar ingin menjadi bagian dari keluarga yang sangat seru itu. 

Namun saat masuk ruang meeting, ia berdeham untuk mengatur dirinya. Tapi tak bisa dipungkiri kalau hari ini wajahnya berseri-seri.

Bima berada di ruang meeting bersama anak buahnya untuk mengerjakan misi baru. Sebuah foto pria paruh baya dengan seluruh rambutnya yang putih dan kulit sawo matang terpampang di papan whiteboard melalui pantulan proyektor. Bima memimpin aksi penangkapan seorang penyelundup senjata ilegal kelas kakap yang jaringannya tersebar di beberapa kota besar. Bima benar benar larut dalam misi besar membuatnya tak ingat akan janjinya bersama Kiran untuk fitting baju pengantin.

Bima mengakhiri meetingnya dengan duduk di kursi sambil merentangkan kedua tangannya diatas meja.

"Pastikan misi ini terlaksana dengan sempurna." Kalimat penutup Bima.

HE IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang